“Saya sadar menjadi anak malas itu tidak keren, malah menyusahkan orang lain,” ujarnya.
Saat itu, ia membuat sebuah janji dalam hati, “Tuhan Yesus, saya ingin mencintai Engkau. Saya mau rajin dan tidak malas-malasan.”
Andreas, seorang anak pertama dari empat bersaudara, tumbuh di tengah keluarga perantau asal Medan. Orang tuanya, Risda dan Marlen Simatupang, adalah orang tua yang penuh kasih, namun mereka sering menghadapi tantangan dalam mendidik Andreas yang dikenal sebagai anak yang malas.
Sejak kecil, Andreas sering menunjukkan sifat enggan melakukan aktivitas yang memerlukan usaha lebih. Bangun pagi adalah tantangan besar baginya, terutama di hari Minggu.
Sering kali, kemalasannya membuat keluarga terlambat ke gereja atau bahkan tidak berangkat sama sekali. Bahkan di gereja, Andreas enggan terlibat dalam pelayanan karena merasa malas berlatih dan takut menghadapi konsekuensi jika melakukan kesalahan.
Selain itu, kecanduannya bermain gawai membuat hubungan dengan orang tua menjadi semakin rumit. Setiap kali Andreas diminta berhenti bermain, ia cenderung melawan dan marah. Situasi ini membuat keluarganya khawatir akan masa depannya.
Namun, titik balik dalam hidup Andreas dimulai ketika ia mengikuti kegiatan Sekolah Minggu dengan modul Superbook. Modul ini membahas kisah Samuel yang dipanggil Tuhan di usia muda.
Kisah Samuel yang rajin berdoa, melayani pendeta, dan rela memberikan hidupnya untuk Tuhan, membuat Andreas merasa malu. Ia menyadari betapa jauhnya sifatnya dibandingkan dengan Samuel.
Janji ini menjadi awal dari perubahan besar dalam hidup Andreas. Ia mulai disiplin bangun pagi dan mengurangi waktu bermain game. Keinginannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan semakin terlihat dalam kesehariannya. Andreas kini rajin beribadah ke gereja, aktif membantu orang lain, dan terlibat dalam pelayanan.
Salah satu langkah konkrit yang ia ambil adalah mengikuti latihan gitar di gereja. Dedikasi dan semangatnya tidak sia-sia. Pada April 2024, Andreas akan melayani di bidang musik dalam Ibadah Umum.
Ia merasa sangat bersyukur atas kesempatan ini dan percaya bahwa Tuhan melihat perubahan dalam hidupnya.
Selain itu, Andreas juga menemukan kedamaian baru dalam menghadapi masalah. Jika sebelumnya ia sering lupa berdoa, kini doa menjadi kekuatan utama yang membantunya lebih tenang dan berani menghadapi setiap permasalahan di dalam kehidupannya.
Kisah Andreas adalah bukti bahwa Tuhan bisa mengubah hidup siapa saja, termasuk anak-anak muda, melalui momen kecil namun berarti. Dengan bantuan Sekolah Minggu dan dukungan orang tua, Andreas kini tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, mencintai Tuhan, dan siap melayani-Nya.
Semoga kisah ini menginspirasi banyak anak lainnya untuk tidak menyerah pada kebiasaan buruk, melainkan memilih untuk berubah dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sumber : Jawaban.com