Tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia, momen yang mengingatkan kita akan tanggung jawab besar yang Tuhan percayakan kepada gereja dan orangtua. Dengan tema Hari Anak Sedunia adalah “For Every Child, Every Right” kita diingatkan pentingnya memenuhi hak mendasar anak-anak Indonesia.
Anak-anak bukan hanya pewaris masa depan, tetapi juga jiwa-jiwa yang dikasihi Allah. Mereka adalah generasi yang dipersiapkan Tuhan untuk membawa terang-Nya bagi dunia. Bagaimana kita, sebagai gereja dan orangtua, dapat memenuhi hak-hak mereka dan mempersiapkan mereka bertumbuh dalam kasih dan kebenaran firman Tuhan?
Menurut UNICEF, hak anak mencakup hak untuk hidup, tumbuh, belajar, dan dilindungi dari kekerasan atau eksploitasi. Sebagai umat Kristen, kita diingatkan bahwa hak ini sejalan dengan firman Tuhan. Dalam Mazmur 127:3, tertulis:
"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah."
Ayat ini menegaskan bahwa setiap anak adalah anugerah dari Tuhan, yang harus diperlakukan dengan kasih dan tanggung jawab. Hak anak menurut hati Tuhan meliputi:
Di Indonesia, banyak anak menghadapi tantangan yang menghambat hak-hak ini, seperti akses pendidikan yang terbatas, kemiskinan, serta paparan konten digital yang merusak. Sebagai gereja dan keluarga Kristen, kita dipanggil untuk menjadi pelindung dan pembimbing mereka.
Gereja dan orangtua memiliki peran vital untuk menjadi tembok pelindung yang menjaga anak-anak dari gelombang ini, sekaligus membimbing mereka menemukan jati diri mereka sebagai anak-anak Allah.
Gereja adalah tempat di mana anak-anak dapat merasa dicintai dan dihargai. Melalui pelayanan yang berfokus pada pemuridan anak, gereja dapat berkontribusi dalam memenuhi hak mereka secara holistik. Gereja dapat melakukan pemuridan anak melalui berbagai cara:
Program-program sekolah minggu harus dirancang sedemikian rupa agar anak-anak bukan hanya belajar, tetapi juga mengalami kasih Tuhan secara pribadi. Animasi Alkitab seperti Superbook adalah alat yang efektif untuk membuat cerita Alkitab hidup di hati mereka.
Gereja harus menjadi tempat di mana anak-anak merasa diterima apa adanya. Komunitas gereja yang sehat membantu anak-anak memahami nilai kekeluargaan dan bertumbuh dalam karakter dengan membuka pintu gereja menjadi tempat aman, salah satu contohnya adalah dengan menyediakan sanggar belajar School of Life. Sanggar belajar ini adalah kegiatan sepulang sekolah yang menyediakan bimbingan akademik seperti calistung, dan juga bimbingan karakter dan pertumbuhan iman.
Tidak semua orangtua memahami bagaimana menjadi orangtua yang baik dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Gereja dapat menyediakan pelatihan atau seminar untuk orangtua agar lebih siap memimpin anak-anak mereka mengenal Tuhan, salah satunya adalah melalui The Parenting Project.
Alkitab jelas mengajarkan bahwa peran mendidik dan memuridkan anak dimulai dari rumah. Ulangan 6:6-7 berkata, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau tanamkan dalam hatimu, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu...”
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti