Di zaman serba digital ini, kita seringkali merasa terasing dari anak-anak, meskipun berada dalam rumah yang sama. Gadget, media sosial, dan teknologi semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
BACA JUGA: Ini yang Perlu Anda Tahu Tentang Cara Efektif Berkomunikasi dengan Anak di Era Digital
Pertanyaannya, bagaimana orang tua bisa tetap terhubung dengan anak tanpa membuat mereka merasa terganggu? Inilah tantangan besar yang dihadapi orang tua saat ini.
Banyak orang tua merasa harus selalu bertanya langsung kepada anak, seperti, "Bagaimana sekolahmu hari ini?" atau "Apa kabar teman-temanmu?" Sayangnya, cara ini sering kali dirasakan seperti interogasi oleh anak-anak. Mereka mungkin akan merasa jengah dan enggan untuk bercerita. Justru, memaksakan komunikasi seperti ini dapat membuat mereka menarik diri.
Lalu, bagaimana cara yang lebih baik?
Salah satu pendekatan yang bisa dicoba adalah memulai percakapan tanpa harus langsung bertanya. Orang tua bisa berbagi cerita tentang keseharian mereka terlebih dahulu atau mengangkat topik yang sedang populer di media sosial. Misalnya, membahas konten menarik yang ditemukan di Instagram atau tren yang sedang viral bisa menjadi pintu masuk yang efektif untuk membuka komunikasi.
Di sisi lain, dunia digital memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak, bahkan bisa jadi lebih besar dibandingkan pengaruh orang tua. Sosial media, konten digital, dan gadget telah menjadi bagian penting dari kehidupan anak-anak, terutama generasi Z, E, dan Alfa. Namun, ini bukan berarti orang tua harus menyerah. Justru, fleksibilitas dalam pengasuhan menjadi kunci. Orang tua harus mampu menanamkan nilai-nilai moral dan agama sambil tetap membuka ruang bagi anak untuk mengeksplorasi dunia digital dengan batasan yang jelas.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” – Amsal 22:6
Peran orang tua juga harus bertransformasi seiring bertambahnya usia anak. Ketika anak menginjak remaja, orang tua tidak lagi berperan sebagai pengajar yang disiplin, melainkan sebagai mentor atau teman yang mendampingi. Ini berarti orang tua memberikan kepercayaan, namun tetap dengan batasan yang jelas. Misalnya, tren K-pop atau media sosial bukanlah masalah selama anak tahu mana yang benar dan salah, serta mampu mengenali tanda bahaya seperti permintaan yang melanggar moral.
BACA JUGA: Waspada, Jumlah Anak Gunakan Sosial Media Naik Drastis! Ini Dampaknya
Pada akhirnya, keluarga menjadi benteng pertama dalam menghadapi pengaruh buruk dunia digital. Rumah adalah tempat terbaik untuk memuridkan anak-anak kita dan menjaga mereka tetap berpegang pada nilai-nilai iman yang kuat.
Jangan lewatkan kesempatan untuk memperdalam pemahaman Anda tentang cara efektif berkomunikasi dengan anak di era digital. Tonton video ini sekarang dan temukan tips praktis yang bisa langsung Anda terapkan!