Beberapa waktu lalu, heboh peristwia anak 10 tahun bersetubuh dengan pacarnya yang baru dikenal selama 2 minggu dari media sosial.
Usut punya usut, anak 10 tahun tersebut menginap di rumah seorang teman yang kebetulan tengah ditinggal kedua orang tuanya sehingga hanya menyisakan mereka berdua yang kemudian mengundang pacarnya yang berusia 13 tahun.
Miris, bukannya trauma, anak tersebut justru mengaku senang dan menikmati hubungan badan tersebut.
"Dia itu nginep di rumah temannya berempat. Jadi, dua cewek, dua cowok, udah janjian ada di situ. Cowoknya itu anak-anak juga usianya baru 13 tahun dan katanya dia pacaran baru dua minggu dan itu pun kenal di Instagram, TikTok dan sebagainya," ungkap akun @dr.yulfa.spog melalui akun TikTok pribadinya pada Rabu (14/08).yang merupakan seorang psikolog anak.
Sebagai orang tua, tentu kita merasa khawatir dan takut jika hal serupa terjadi kepada anak-anak kita.
BACA JUGA: Kenal dari Sosmed, Anak 10 Tahun Hubungan Badan. Orangtua Kecolongan?
Apakah melarang anak menginap di rumah temannya adalah langkah paling baik yang bisa kita lakukan untuk melindungi anak?
Pada usia berapa kita bisa memerikan kepercayaan kepada anak untuk menginap di rumah temannya?
Mengutip dari cnnindonesia, Dr. Stephanie Mihalas, seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga, menjelaskan bahwa tidak ada usia pasti untuk menentukan kapan anak siap untuk menginap. Beberapa anak mungkin siap pada usia 5 tahun, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama.
Apa yang bisa kita lakukan ketika anak ingin menginap?
1. Memberikan Edukasi Seks kepada Anak
Langkah pertama yang sangat penting adalah memberikan edukasi seks kepada anak. Edukasi seks bukan hanya tentang organ reproduksi, tetapi juga mencakup batasan-batasan tubuh dan pentingnya privasi.
Ajarkan anak Anda tentang bagian tubuh yang bersifat pribadi dan tidak boleh disentuh oleh orang lain tanpa izin. Jelaskan pula bahwa mereka berhak mengatakan "tidak" jika merasa tidak nyaman dengan sentuhan orang lain.
Edukasi seks juga harus mencakup pembicaraan tentang perasaan mereka. Bantu anak memahami bahwa perasaan takut, bingung, atau tidak nyaman adalah sinyal penting yang harus mereka dengarkan.
Edukasi ini harus diberikan sesuai dengan usia anak dan bisa dimulai sejak dini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
BACA JUGA: Mengapa Anak Harus Diajarkan Speak Up saat Melihat atau Mengalami Hal yang Tidak Benar?
2. Ajarkan Anak Cara untuk Membela Diri
Selain edukasi seks, langkah selanjutnya adalah mengajarkan anak cara untuk membela diri. Anda bisa mendaftarkan anak ke kelas seni bela diri atau mengajarkan teknik dasar perlindungan diri di rumah.
Bekal ini bukan hanya akan memberi mereka rasa percaya diri, tetapi juga keterampilan yang diperlukan untuk melindungi diri jika situasi yang tidak diinginkan terjadi.
Ajarkan anak untuk berteriak atau membuat suara keras ketika mereka merasa terancam. Teriakan dapat menarik perhatian orang lain di sekitar dan dapat membuat pelaku pelecehan merasa takut.
Jelaskan kepada anak bahwa tidak apa-apa berteriak jika mereka merasa tidak aman, bahkan jika itu terjadi di tempat umum atau di rumah seseorang.
3. Ajarkan Anak tentang Tanda-tanda Pelecehan Seksual
Mengenali tanda-tanda pelecehan seksual adalah keterampilan penting lainnya yang perlu diajarkan kepada anak. Beberapa tanda umum meliputi:
Berikan contoh situasi yang jelas dan realistis kepada anak untuk membantu mereka memahami apa yang harus diwaspadai. Pastikan untuk mengkomunikasikan bahwa jika mereka mengalami salah satu dari tanda-tanda ini, mereka harus segera mencari bantuan.
BACA JUGA: 5 Pelajaran Hidup Penting yang Perlu Anda Ajarkan Kepada Anak
4. Ajarkan Cara Mencari Pertolongan saat Mengalami Tanda-tanda Pelecehan Seksual
Jika anak merasakan tanda-tanda pelecehan seksual, ajari mereka untuk mencari pertolongan. Ajarkan anak untuk segera memberitahu orang dewasa yang mereka percayai, seperti orang tua temannya atau guru di sekolah.
Anda juga dapat mengajarkan anak untuk menghubungi nomor darurat atau layanan perlindungan anak jika merasa terancam.
Bicarakan juga tentang pentingnya kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi situasi yang sulit. Anak perlu tahu bahwa mereka tidak bersalah jika menjadi korban pelecehan, dan penting untuk berbicara kepada seseorang yang dapat membantu mereka.
5. Berikan Kontak Darurat Anda untuk Bisa Dihubungi Saat Anak Merasa Terancam
Langkah terakhir namun tak kalah penting adalah memberikan kontak darurat Anda kepada anak. Pastikan mereka tahu nomor telepon Anda dan cara menghubungi Anda kapan saja.
Jelaskan bahwa mereka bisa menghubungi Anda jika merasa terancam atau tidak nyaman, tanpa perlu merasa takut atau malu.
Pastikan juga anak memahami bahwa mereka bisa menghubungi Anda tidak hanya saat darurat fisik, tetapi juga saat mereka merasa bingung atau khawatir dengan sesuatu yang terjadi.
Sumber : Berbagai Sumber