Menagih hutang sering kali menjadi momen yang sensitif dan bisa menimbulkan konflik. Juhono Sudirgo, hamba Tuhan yang berkecimpung di dunia keuangan dengan pengalaman luas, memberikan saran praktis untuk menghindari konflik dan menjaga hubungan tetap baik, baik bagi pemberi pinjaman maupun penerima pinjaman.
Mengenal Jenis Pinjaman dan Penanganannya
Juhono mengingatkan bahwa pemberian pinjaman harus dipahami dengan baik oleh kedua pihak. "Sumber konflik biasanya terjadi karena kita menganggap mudah dan menyepelekan persoalan pinjaman," ujar Juhono.
Beliau menyebut contoh pinjaman online yang sering kali dianggap remeh karena prosesnya yang mudah hanya dengan foto KTP dan selfie, namun sering kali menimbulkan masalah besar.
BACA JUGA: Bolehkah Orang Kristen Memberikan Pinjaman dengan Bunga?
Dalam artikel sebelumnya, Juhono telah membagi pinjaman menjadi dua jenis: hutang konsumtif dan hutang produktif. Beliau menegaskan bahwa hutang konsumtif tidak diperkenankan untuk ditagih karena pada dasarnya itu adalah bentuk bantuan.
Agar pinjaman yang kita berikan tepat sasaran, Juhono Sudirgo menyarankan untuk melukan verifikasi dan memberikan pinjaman tersebut secara langsung sesuai dengan kebutuhannya.
"Misalnya mau bayar uang sekolah, saya akan cek berapa biayanya, rekeningnya mana, bukti tagihannya mana? Sehingga waktu saya memberi, saya memberi dengan benar," jelasnya.
"Saya ga akan kasih cash ke dia karena kadang-kadang manusia tergoda untuk menyalahgunakan untuk hal lain. Misalnya beli hp atau yang lainnya, sehingga uang sekolah tidak dibayarin," sambungnya lagi.
BACA JUGA: Bolehkah Orang Kristen Menolak Memberikan Pinjaman? Ini Jawaban Pakar Keuangan
Berbeda dengan hutang konsumtif, hutang bisnis memerlukan perjanjian yang jelas dan tertulis. "Orang seringkali salah di sini adalah menyepelekan dan tidak membuat perjanjian. ‘Sudahlah, sesama saudara seiman, tidak usah pakai tertulis atau perjanjian.’ Itu yang katanya gampang di awal, tetapi ketika bisnisnya sukses dan menjadi besar, bisa menjadi biang perseturuan," ungkap Juhono.
Beliau menyarankan bahwa setiap pinjaman, baik itu untuk pribadi, sosial, atau bisnis, harus selalu diikat dengan perjanjian yang jelas.
"Mau pinjamnya untuk pribadi, sosial, kebutuhan, maupun untuk bisnis, tetap harus pakai perjanjian, komitmen. Ini yang membuatnya kedepannya kita masing-masing aman," tutur Juhono.
BACA JUGA: 8 Langkah Membebaskan Diri dari Jerat Hutang Pinjol dan Kartu Kredit dari Pakar Keuangan
Sumber : Juhono Sudirgo