Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram mengucapkan salam lintas agama. Hal ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat, karena Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan hidup berdampingan dalam keberagaman suku dan agama. Mengucapkan salam lintas agama bukan hanya sebagai sebuah salam pembuka atau sapaan, namun lebih dari itu sebagai sebuah ungkapan toleransi atar umat beragama.
BACA JUGA: Fatwa Terbaru MUI Tentang Salam Lintas Agama Tuai Pro Kontra
Dalam budaya masyarakat Indonesia, mengucapkan salam adalah hal yang penting sebagai sebuah ungkapan sopan santun dan rasa hormat. Lalu, bagaimana pandangan Kristen dalam hal mengucapkan salam? Mari kita lihat bersama apa Kata Alkitab tentang mengucapkan salam.
Memberi salam dan memberkati orang lain saat bertemu adalah tindakan yang sangat didukung dalam ajaran Kristen. Melalui ayat-ayat Alkitab dan pandangan teologis, kita melihat bahwa salam bukan hanya bentuk sopan santun, tetapi juga sarana untuk menyebarkan kasih, damai sejahtera, dan berkat Allah. Dalam interaksi sehari-hari, baik kepada sesama orang Kristen maupun kepada mereka yang berbeda keyakinan, memberi salam dengan tulus adalah cerminan dari kasih Kristus yang sejati.
Ketika Tuhan Yesus Kristus mengutus murid-muridnya untuk pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit, mereka diperintahkan untuk mengucapkan salam.
“Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”
Lukas 10:5-6
Kata damai sejahtera dalam hal ini mengacu pada ucapan salam yang lazim diucapkan oleh orang Israel, yaitu “Shalom aleichem” (שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם).
Shalom (שָׁלוֹם) adalah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti damai, kesejahteraan, kemakmuran, kesehatan, dan keselamatan. Ini adalah salam yang sangat umum dalam budaya Yahudi dan mencakup berkat-berkat yang holistik bagi penerima salam tersebut.
Shalom Elohim (שָׁלוֹם אֱלֹהִים) secara harfiah berarti “Damai Allah” atau “Damai sejahtera dari Allah.” Ini menekankan bahwa damai sejahtera tersebut berasal dari Allah sendiri, yang membawa ketenangan, keutuhan, dan berkat yang sempurna.
Pengucapan salam “Syalom Elohim” sudah menjadi budaya orang Israel selama ribuan tahun, salah satu contohnya adalah catatan Alkitab di Rut 2:4, saat Boas datang ke ladang dan memberi salam kepada pekerjanya.
"Lihatlah, Boas datang dari Betlehem. Ia berkata kepada para penuai: 'Tuhan kiranya menyertai kamu!' Jawab mereka kepadanya: 'Tuhan memberkati tuan!'"
Ketika orang mengucapkan Syalom Elohim, maka orang yang diberi salam akan mengucapkan balasan, “Elohim Syalom.” Hal ini mencerminkan kebiasaan Yahudi yang saling memberkati dalam salam mereka sehari-hari.
Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk menyebarkan damai dan kasih Allah di mana pun mereka pergi. Ketika mereka mengucapkan salam “Damai sejahtera,” mereka menyampaikan shalom yang mencakup semua aspek kesejahteraan dan keselamatan dari Allah. Ini adalah bagian dari misi mereka untuk membawa Kerajaan Allah ke dunia.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari, mengucapkan “shalom” atau “damai sejahtera” merupakan cara untuk menyampaikan keinginan tulus agar orang yang ditemui mendapatkan berkat dari Allah. Ini mencerminkan ajaran Yesus tentang mengasihi dan menghormati sesama.
Memberi salam dan memberkati orang lain saat bertemu adalah tindakan yang sangat didukung dalam ajaran Kristen. Melalui ayat-ayat Alkitab di atas kita melihat bahwa salam bukan hanya bentuk sopan santun, tetapi juga sarana untuk menyebarkan kasih, damai sejahtera, dan berkat Allah. Dalam interaksi sehari-hari, baik kepada sesama orang Kristen maupun kepada mereka yang berbeda keyakinan, memberi salam dengan tulus adalah cerminan dari kasih Kristus yang sejati.
Sumber : Jawaban.com | Puji AstutiBACA JUGA:
Kata Shalom atau Syalom Bukan Sekadar Sapaan Biasa, Ini Makna yang Sebenarnya
Dewan Kota Betlehem : Umat Kristen Palestina Ucapkan Assalamu'alaikum