Mengapa Kesepian Lebih Sering Dirasakan oleh Istri daripada Suami?
Sumber: Canva.com

Marriage / 26 April 2024

Kalangan Sendiri

Mengapa Kesepian Lebih Sering Dirasakan oleh Istri daripada Suami?

Aprita L Ekanaru Official Writer
329

Dalam dinamika pernikahan, kesepian sering kali menjadi sebuah isu yang mendalam. Namun, menariknya, kesepian cenderung dirasakan lebih banyak oleh istri daripada suami. Pendapat menarik ini dikemukakan oleh Ibu Charlotte Priatna, Pendiri Sekolah Athalia (1995), yang juga dikenal sebagai Pakar Pendidikan Karakter di Indonesia.

Menurut Ibu Charlotte, mengapa kesepian lebih banyak dirasakan oleh wanita karena wanita cenderung lebih terhubung dengan perasaan mereka. Mereka cenderung memproses pikiran mereka melalui perasaan, sehingga kesepian bukan hanya menjadi sebuah keadaan fisik, tetapi juga sebuah pengalaman emosional yang mendalam. Wanita lebih peka terhadap hubungan interpersonal, dan kesepian bagi mereka bukan hanya tentang ketiadaan kegiatan, tetapi juga tentang kurangnya koneksi emosional dengan pasangan mereka.

Dalam pandangan Ibu Charlotte, perempuan sering kali menaruh harapan yang besar pada suami mereka. Mereka berharap suami mereka akan menyapa, menemani mereka, atau merayu mereka misalnya. Namun, ketika harapan ini tidak terpenuhi, kekecewaan muncul. Ibu Charlotte menekankan pentingnya untuk tidak menaruh harapan semata pada manusia, termasuk suami. Dia mengajak wanita untuk mengarahkan harapan mereka kepada Tuhan, yang dianggapnya sebagai sumber kekuatan yang tidak terbatas.

Menurut Ibu Charlotte, dengan menempatkan harapan pada Tuhan, wanita dapat mengurangi kekecewaan dan kesepian yang mungkin timbul dari keterbatasan manusia, termasuk suami mereka. Ini bukan berarti mengabaikan peran suami dalam memenuhi kebutuhan emosional, tetapi lebih tentang memperluas perspektif dan sumber dukungan dalam menghadapi kesepian dan kekecewaan dalam pernikahan.

Dengan demikian, pandangan Ibu Charlotte Priatna memberikan sudut pandang baru tentang mengapa kesepian lebih sering dirasakan oleh wanita dalam konteks pernikahan. Dia menyoroti pentingnya untuk mengelola harapan dan emosi dengan bijak, serta menempatkan kepercayaan pada sumber kekuatan yang lebih besar dari sekadar manusia semata, yaitu Tuhan.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami