Proses Habibah Mengubah Keterbatasan Menjadi Motivasi
Sumber: jawaban.com

Family / 17 January 2024

Kalangan Sendiri

Proses Habibah Mengubah Keterbatasan Menjadi Motivasi

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
508

Namaku Habibah, anak kedua dari tiga bersaudara, tinggal bersama ayah tiri, ibu, dan saudara-saudara aku di Jakarta Utara. Saat ini aku menempuh pendidikan sebagai seorang siswa Paket A kelas V di PKBM OBI Tanah Merah.

Seringkali, aku merasa malu dengan pekerjaan orang tua aku yang menjadi pemulung. Hal ini membuat aku jarang masuk sekolah dan kurang percaya diri, bahkan aku tidak aktif dalam kegiatan belajar di Sol Rawasengon seperti mengikuti kelas online Bahasa Inggris dan konten kurikulum. Aku bertanya-tanya, mengapa aku dilahirkan dalam keluarga yang ekonominya kurang, bahkan untuk makan saja harus pergi mencari barang bekas. Aku merasa berbeda dengan anak-anak lain yang dapat fokus pada sekolah dan mengejar cita-citanya. Sedangkan aku harus membantu ibu dengan pekerjaan mencari barang bekas, jarang bisa bermain sepulang sekolah bersama teman-teman. 

BACA JUGA : Transformasi Cio Si Anak Pemalu yang Tampil di Super Christmas

Banyak cita-cita yang ingin aku raih, salah satunya adalah seorang dokter, meskipun aku tahu itu hal yang sulit karena orang tuaku hanyalah seorang pemulung. Terkadang aku malu mengakui pekerjaan orang tuaku, karena takut teman-teman akan mengolok-olokku. Sehingga ketika jam belajar berlangsung aku lebih banyak diam dan tanpa sadar sering membuatku kehilangan fokus.  

Hingga akhirnya salah satu guru mengajakku untuk mengobrol dan bercerita, mereka bertanya mengapa aku lebih sering bolos sekolah daripada fokus sekolah. Aku menjawab dengan jujur bahwa aku ingin fokus pada sekolah, tapi di rumah kami kesulitan mendapatkan makanan, jadi aku harus membantu ibu dengan mencari barang bekas untuk mendapatkan uang yang cukup.

BACA JUGA : Silvi Melepaskan Pengampunan Berkat Kisah Ini

Melihat kondisiku, guru-guru PKBM OBI Tanah Merah memberikan motivasi dan beberapa nasihat padaku. Konseling terus berlanjut, dalam konseling itu aku diingatkan bahwa aku harus tetap bersyukur dan tidak perlu khawatir karena Tuhan telah mengatur semuanya untuk aku dan keluarga aku. Aku diajak untuk selalu berdoa dan percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan impian aku.

Selain itu, aku juga mengikuti pembinaan karakter melalui konten SoL Kurikulum dengan tema SELF AWARENESS di minggu ke-1 bulan Oktober tentang emosi dan minggu ke-4 bulan Oktober tentang cita-cita. Aku mampu mengidentifikasi emosi dalam diri aku dan menyadari bahwa aku harus memiliki cita-cita meskipun dalam kekurangan. Aku bertekad mulai sekarang aku harus rajin sekolah agar menjadi anak yang sukses di masa depan. Setiap kali ada yang berkenalan denganku, aku akan dengan bangga mengatakan pekerjaan orangtua ku adalah mulung.  

Kini aku semakin rajin untuk datang ke sekolah dan belajar, meskipun waktu bermain ku tetap harus aku gunakan untuk membantu ibu. Ayah dan ibu juga sangat bahagia dengan perubahanku. Ayah aku menceritakan bahwa aku sekarang lebih fokus belajar dan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian semester.

Saat ini CBN sudah memuridkan 3.720 anak lewat Sanggar Belajar Anak School of Life (SoL) di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal yang memerlukan akses pendidikan bagi mereka.

SAYA MAU DUKUNG SoL 

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami