Kantor berita Reuters melaporkan bahwa per 5 Desember 2023 lebih dari 15.900 warga Palestina termasuk 250 petugas kesehatan telah terbunuh di Gaza, sejak pecahnya perang pada 7 Oktober lalu. Serangan Israel yang terus berlanjut diperkirakan berpotensi menambah korban luka maupun jiwa, hal ini sebenarnya tidak hanya dikhawatirkan penduduk muslim tetapi juga umat Kristen di sana.
Mantan pendeta gereja Baptis Gaza menceritakan pengalamannya ketika ia terjebak di Mesir dan keluarganya tertahan di Gaza. Sejak dimulainya perang Hana Mahir berusaha keras untuk mengevakuasi istri dan anak-anaknya yang berlindung di Gereja Ortodoks Santo Porphyrius di Gaza. Sementara istrinya yang bernama Janet Maher tidak bisa mandi berminggu-minggu di tempat perlindungan itu, dia memberi makan ketiga anaknya hanya satu kali sehari, seringkali tidak lebih dari roti dan keju saja.
Janet juga menyaksikan sepupunya tewas akibat tertimpa reruntuhan tembok Gereja Ortodoks Santo Porphyrius oleh serangan rudal Israel, saat ia melindungi anak laki-lakinya yang berusia 7 dan 5 tahun. Korban dari kelompok Arab Kristen Palestina lain juga berjatuhan.
Umat Kristen Arab di Palestina tidak hanya menghadapi bahaya karena serangan Israel, namun juga dari kelompok Islam garis keras. Kondisi mereka yang terjepit membuat mereka merasa tidak mendapat perhatian dari gereja dan dunia barat. Untuk itu umat Kristen Palestina memohon agar dunia mengingat keberadaan mereka, dan gereja bersuara tentang mereka dan mendorong penyelesaian konflik di Palestina sesegera mungkin.
Tonton ulasan selengkapnya tentang berita ini dalam video berikut ini:
BACA JUGA :
Beda Pendapat Tentang Perencanaan Gaza Pasca Perang, Rapat Kabinet Israel Ricuh
Israel Waspada Serangan Balasan Karena Tewasnya Wakil Pemimpin Hamas Saleh al-Arouri
Sumber : Jawaban Channel