Cawapres Gibran Viral Karena Sebutan Nepo Baby, Apa itu Nepo Baby?

Parenting / 27 December 2023

Kalangan Sendiri

Cawapres Gibran Viral Karena Sebutan Nepo Baby, Apa itu Nepo Baby?

Puji Astuti Official Writer
797

Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadi buah bibir dan viral dengan sebutan “nepo baby,” setelah kantor berita Aljazeera membahas hasil debat cawapres  pada Jumat (22/12/2023) lalu. Berita yang berjudul “Indonesian leader’s son brushes off ‘nepo baby’ tag in feted debate showing,”  sebenarnya bernada positif mengenai performa Gibran dalam debat tersebut.

Walau demikian mereka juga menyoroti isu bahwa Gibran melakukan nepotisme dalam karir politiknya dan bahwa lolosnya dia sebagai kandidat cawapres dinodai oleh kontroversi tentang keputusan Mahkamah Konstitusi tentang usia capres dan cawapres. Namun diluar isu politik tadi, apakah sebutan nepo baby adalah hal positif?  

Dan apa yang dimaksud dengan “Nepo Baby” itu? 

"Nepo baby," singkatan dari nepotism baby, kata ini adalah istilah yang merujuk kepada anak-anak selebriti yang telah berhasil dalam karir yang mirip dengan karir orangtua mereka. Implikasinya adalah bahwa karena orangtua mereka sudah memiliki jaringan dalam industri tertentu, sehingga anak-anak mereka dapat menggunakan jaringan tersebut untuk membangun karir mereka. Di kalangan selebriti sendiri istilah nepo baby memiliki konotasi negatif karena merujuk pada seorang yang tenar atau sukses namun dianggap bahwa ketenaran dan kesuksesan mereka tidak pantas atau kurang pantas mereka raih karena hasil dari memanfaatkan kesuksesan orangtua mereka. 

Istilah ini popular di awal tahun 2010 dengan kata “nepotism baby”, dan pada tahun 2020-an di pendekkan menjadi “nepo baby.” Di tahun 2022, beberapa anak artis Amerika viral dengan istilah ini, dan bahkan New York Magazine menobatkan tahun 2022 sebagai “The Year of the Nepo Baby.” 

Apakah salah mengikuti jejak karir orangtua? 

Terbukti bahwa tidak sedikit anak yang mengikuti jejak karir orangtua mereka, baik itu dalam dunia entertaiment, bisnis, politik dan bahkan di dunia religius, seperti anak yang menjadi pendeta karena kedua orangtuanya adalah pendeta.  

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka—dan mereka seringkali bersedia melakukan segalanya untuk membantu anak mereka meraih kesuksesan. Namun, sejauh mana pengaruh orangtua kepada anak-anak mereka dalam memilih jalur karier? 

Menurut artikel yang dirilis oleh Forbes.com, sebuah penelitian dari Joblist tentang pengaruh orang tua terhadap pilihan pendidikan dan karier bagi individu Generasi-X, Milenial, dan Generasi-Z, yang saat ini sudah bekerja ternyata sangat besar.  Sebagian besar (sekitar 65%) responden , saat ini sudah bekerja di bidang yang diinginkan oleh orang tua mereka. Dan bahkan ketika ada anak muda memilih jalur yang berbeda dari yang diinginkan orang tua, sebagian besar menyatakan bahwa keputusan yang sulit bagi  mereka. 

Kapan sebaiknya orangtua memberikan arahan untuk karir dan pendidikan anak? 

Banyak orangtua baru mulai pembicaraan tentang pilihan pendidikan ke depan dan karir mereka ketika anak sudah duduk di bangku sekolah menengah atas, atau SMA. Ada sebuah survei menyatakan ada 6% orangtua mulai berbicara tentang karir dengan anak saat usia 5 tahun atau bahkan lebih muda. Sedangkan 24% orangtua mulai saat anak usia anak 6-9 tahun, dan 35% saat anak usia 10-15 tahuan. Sedangkan 35% lainnya saat anak sudah berusia 16 tahun atau lebih.  

Tetapi pilihan karir terlalu penting, jadi sangat disayangkan kalau anak baru diajak bicara dan melakukan eksplorasi saat sudah duduk di bangku SMA. Jadi, semakin muda anak diperkenalkan kepada pilihan karir dan melakukan eksplorasi, maka akan semakin baik untuk mereka.  

BACA JUGA :

Like Father Like Daughter

Milenial dan Generasi Z: Karakter yang Dibutuhkan untuk Menghadapi Tantangan Era Digitalis

Mengapa demikian? Karena hal tersebut akan membantu mereka dalam memasuki tahap penting mereka, yaitu saat memilih kuliah yang bisa menunjang karir mereka. Hampir 58% Milenial merasa terpaksa untuk pergi ke perguruan tinggi oleh orang tua mereka, diikuti oleh 57% Generasi-Z, dan 48% Generasi-X melaporkan tekanan dari orang tua terkait pendidikan tinggi. Rasa tertekan dan terpaksa tadi pada akhirnya dapat mempengaruhi semangat dan daya juang anak dalam menempuh pendidikan.  

Penulis mendapati bahwa saat masuk di dunia kerja, banyak anak yang akhirnya bekerja di bidang yang jauh berbeda dengan latar belakang pendidikan mereka. Memang hal ini karena ada banyak faktor, namun ada beberapa yang menyatakan karena mereka merasa salah memilih jurusan sehingga memilih mengembangkan karir dibidang yang mereka sukai.  

Menginspirasi anak dalam memilih karir 

New York Times merilis artikel tentang seberapa besar dampak karir orangtua terhadap anak. Menurut tim analis mereka, anak laki-laki 2.7 kali akan mengikut jejak karir ayahnya, dan 2 kali lebih mungkin mengikuti jejak karir ibunya. Sedangkan anak perempuan 1.7 kali akan mengikuti jejak karir ayahnya dan 1.8 kali lebih mungkin mengikuti jejak karir ibunya.  

Dapat dilihat dari data di atas bahwa pilihan karir anak laki-laki lebih mungkin dipengaruhi oleh orangtuanya daripada anak-anak perempuan. Namun ada beberapa pekerjaan yang lebih besar kemungkinan di wariskan kepada anak-anak, seperti : pandai besi, legislator, pengacara, tukan roti atau kue, dan dokter.  

Salah satu faktor besar dalam mewariskan pekerjaan—dan keuntungan atau kerugian—adalah jaringan yang orang tua tawarkan kepada anak-anaknya. Anak-anak yang mengejar pekerjaan yang sama dengan orang tua mereka seringkali memulai dengan posisi yang lebih baik, baik melalui mewarisi bisnis keluarga, mendapatkan magang di perusahaan orang tua, atau mendapatkan rekomendasi baik dari orang tua kepada rekan kerja. 

BACA JUGA : 

Generasi Milenial Jaman Now Ogah Kerja Kantoran, Ini 4 Alasannya

Biar Karir Makin Melesat, Bekali Diri Dengan 4 Cara Maksimalkan Potensi Ini!

"Jika seseorang kurang memiliki modal finansial, kemungkinan besar mereka juga kurang memiliki jenis modal lainnya," kata Claudia Goldin, seorang ekonom di Harvard. "Dengan semua alasan ini, dunia bukanlah tempat yang sangat adil bagi beberapa anak." 

Dari data dan pemaparan di atas, sebagai orangtua sangat penting mempersiapkan anak untuk memasuki persaingan dunia kerja dari mereka sangat muda. Pada akhirnya, walau pun dunia melihat hal tersebut sebagai ketidakadilan, namun apa yang orangtua lakukan adalah tanda cinta mereka untuk menolong anak-anak mereka bersaing dalam dunia yang keras.  

Walau tidak memungkiri ada anak-anak yang berhasil memulai karir dari nol, atau bahkan minus, seperti yang dikatakan Claudia Goldin, karena mereka tidak memiliki modal baik secara finansial atau dukungan yang lain. Namun anak-anak itu harus berjuang lebih keras untuk mewujudkan apa yang jadi mimpi-mimpi mereka. Sebagai orangtua, apa yang Anda pilih, mempersiapkan anak-anak Anda sejak dini dalam karir mereka, atau membiarkan mereka bergulat dan berjuang tanpa persiapan apapun? 

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. - Amsal 22:6 

Sumber : Berbagai Sumber / Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami