Mengapa Hari Natal Dirayakan Pada 25 Desember?
Sumber: Canva

Fakta Alkitab / 30 November 2023

Kalangan Sendiri

Mengapa Hari Natal Dirayakan Pada 25 Desember?

Puji Astuti Official Writer
1776

Tahukah Anda kapan Hari Natal diakui sebagai hari raya resmi di Indonesia? Hari Natal diakui sebagai hari raya resmi di Indonesia melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia. Keputusan ini diambil pada tanggal 6 Januari 1952 oleh Presiden Indonesia saat itu, yaitu Soekarno, tentang hari libur yang dirayakan di seluruh Indonesia.  

Kita patut mensyukuri bahwa di negeri ini, umat Kristen bisa merayakan Hari Natal dan perayaan sakral umat Kristen lainnya dengan bebas. Natal memiliki makna penting bagi kita umat Kristen, dimana kita mengingat kembali lahirnya Sang Juru Selamat.  

Tapi benarkah tidak semua umat Kristen merayakan Natal? Mengapa? 

Bagi beberapa orang Kristen, keputusan untuk tidak merayakan Natal didasarkan pada perspektif teologis pribadi atau kelompok gereja mereka. Mereka berpendapat bahwa meskipun Natal memiliki makna mendalam, namun Alkitab secara tertulis tidak memerintahkan merayakannya. Oleh karena itu, merayakan atau tidak merayakan Natal dianggap sebagai keputusan pribadi yang tidak mempengaruhi iman dan hubungan pribadi dengan Tuhan. 

Lalu mengapa umat Kristen merayakan Natal pada 25 Desember?   

Catatan Awal Gereja Mula-mula 

Dalam catatan Kisah Para Rasul dimana banyak kisah gereja mula-mula dituturkan tidak ada catatan tentang perayaan kelahiran Yesus. Demikian juga para penulis Kristen mula-mula, seperti Irenaeus (sekitar tahun 130–200) atau Tertullian (sekitar tahun 160–225). Origen dari Alexandria (sekitar tahun 165–264) bahkan mengejek perayaan ulang tahun di Roma, bahkan menyebutnya  sebagai praktik "kafir". 

Hal ini berbeda dengan perayaan Paskah, dimana Yesus saat peringatan Paskah bangsa Yahudi, atau sebagai orang Kristen kita mengenalnya sebagai “Perjamuan Malam Terakhir”, Dia berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku,” (Lukas 22:19). 

Itu sebabnya tradisi gereja merayakan Paskah jauh lebih tua daripada perayaan Natal.  

BACA JUGA : 

11 Ayat Alkitab Tentang Nubuatan Yesus di Perjanjian Lama

Biar Natal Kali Ini Gak Biasa-biasa Aja, Ajarkan Anak Makna Kelahiran Tuhan Yesus Yuk!

Catatan Penulis Kristen Abad ke 2 

Hingga sekitar tahun 200 Masehi, seorang pengajar Kristen di Mesir merujuk tentang tanggal kelahiran Yesus. Menurut Klemens dari Alexandria, beberapa kelompok Kristen meneliti dan mengajukan beberapa tanggal yang berbeda. Yang mungkin mengejutkan untuk kita, Klemens sama sekali tidak menyebutkan 25 Desember.  

Klemens menulis: "Ada orang-orang yang telah menentukan bukan hanya tahun kelahiran Tuhan kita, tetapi juga hari; dan mereka mengatakan bahwa itu terjadi pada tahun ke-28 pemerintahan Kaisar Augustus, dan pada tanggal 25 bulan Pachon [20 Mei dalam kalender kita] ... Dan mengenai Penderitaannya (Paskah-red), dengan sangat akurat, ada yang mengatakan bahwa itu terjadi pada tahun ke-16 pemerintahan Tiberius, pada tanggal 25 Phamenoth [21 Maret]; dan yang lain pada tanggal 25 Pharmuthi [21 April] dan ada kelompok yang lain mengatakan bahwa pada tanggal 19 Pharmuthi [15 April] Juruselamat menderita. Lebih lanjut, ada yang mengatakan bahwa Dia lahir pada tanggal 24 atau 25 Pharmuthi [20 atau 21 April]." 

Jadi kapan Natal ditetapkan pada 25 Desember? 

Pertama kali disebutkan bahwa 25 Desember adalah kelahiran Yesus berasal dari sebuah almanak Romawi pertengahan abad keempat yang juga mencatat tanggal kematian berbagai uskup dan martir Kristen. Dalam catatan tersebut ditulis, 25 Desember, disebut dengan: natus Christus in Betlehem Judeae: "Kristus lahir di Betlehem Yudea."  

Sekitar tahun 400 M.S., Augustinus dari Hippo menyebutkan kelompok Kristen pemberontak setempat, yaitu Donatis, yang tampaknya merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Kelompok itu  menolak merayakan Epifani pada 6 Januari. Kelompok Kristen Donatis muncul selama penganiayaan di bawah Diokletianus pada tahun 312 M.S. dan kemudian tetap teguh pada praktik-praktik saat itu, mereka tampaknya mewakili tradisi Kristen Afrika Utara yang lebih tua. 

Untuk kalangan Kristen Ortodoks Timur, mereka tetap pada tradisi bahwa 6 Januari sebagai perayaan Orang Majus dan 7 Januari sebagai perayaan Natal hingga hari ini. 

Dua Teori Tentang Penetapan 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus 

1. Tradisi Pagan dan Perayaan Sol Invictus 

Teori perayaan Natal pada 25 Desember muncul pada abad ke 12 berdasarkan catatan komentator Alkitab berbahasa Suriah, Dionysius bar-Salibi. Ia mencatat hari Natal sebenarnya dipindahkan dari 6 Januari menjadi 25 Desember agar jatuh pada tanggal yang sama dengan perayaan pagan Sol Invictus. Hal ini mendorong pemikiran ahli Alkitab abad ke 18 dan 19 bahwa, karena orang Kristen awal tidak tahu kapan Yesus dilahirkan, mereka hanya mengadopsi festival solstis kaum pagan sebagai waktu kelahiran Mesias.  

Studi-studi terkini juga menunjukkan bahwa banyak unsur modern perayaan Natal  mencerminkan adat pagan ketika Kekristenan berkembang ke wilayah utara dan barat Eropa. Sebagai contoh adalah pohon Natal, dikaitkan dengan praktik druidik di akhir Abad Pertengahan. 

2. Teori Natal Dihitung Mundur dari Hari Paskah 

Teori tersebut mendapat sanggahan, karena Kristen Donatis dipercaya sudah menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal sebelum kekaisaran Romawi memeluk agama Kristen. Pandangan bahwa hari kelahiran Yesus terkait dengan hari kematian-Nya pertama kali disampaikan kepada dunia modern oleh sarjana Prancis, Louis Duchesne, pada awal abad ke-20. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Thomas Talley dari Amerika. Namun, dipercaya teori ini sudah ada jauh sebelum mereka, salah satu buktinya adalah kelompok Kristen Afrika Kuno.  

Sekitar tahun 200 M.S., Tertulianus dari Kartago melaporkan perhitungan bahwa tanggal 14 Nisan (hari penyaliban menurut Injil Yohanes)  hal ini sama dengan 25 Maret dalam kalender Romawi. Mereka percaya bahwa hari kematian Yesus sama dengan hari pertama Yesus dikandung, itu sebabnya sembilan bulan kemudian Yesus lahir, yaitu pada 25 Desember. Tanggal 25 Maret kemudian diakui sebagai Hari Kabar Sukacita—peringatan akan konsepsi Yesus.  

Pernyataan tentang hal ini muncul dalam sebuah risalah Kristen tanpa nama berjudul, "On Solstices and Equinoxes," yang tampaknya berasal dari Afrika Utara abad ke-IV. Berdasarkan risalah tersebut maka ditetapkan kelahiran Yesus pada titik balik musim dingin. 

Kembali Kepada Makna Natal Yang Sejati  

Saat ini perayaan Natal di berbagai tempat telah mengalami pergeseran fokus dari aspek kelahiran Yesus Kristus menjadi peristiwa yang mencakup berbagai elemen budaya, komersial, dan sosial. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan ini melibatkan evolusi tradisi, pengaruh media, dan perkembangan masyarakat modern. 

Namun sebagai umat Kristen, kita harus kembali kepada makna Natal yang sejati, yaitu merayakan datangnya Sang Juru Selamat Dunia, dan menjadi pembawa kabar baik ini kepada semua orang. Natal bukan hanya sebuah perayaan biasa, namun sebuah kesempatan istimewa untuk mewartakan kasih dan keselamatan yang ada di dalam Yesus Kristus kepada semua orang. Mari kita menjadi pembawa pesan di Natal ini, seperti para malaikat menyampaikan kabar baik kepada para gembala di malam Natal.  

Lalu kata malaikat itu kepada mereka:  "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." - Lukas 2:10-12 

Fakta Alkitab lainnya : 

Fakta Alkitab Tentang Pembantaian Bayi-bayi Di Betlehem

Suriah, Pusat Kekristenan Yang Hampir Punah

Sumber : Berbagai Sumber / Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami