Seberapa pentingkah seorang anak dimata Tuhan? Apa pandangan Alkitab mengenai anak-anak? Lalu, apa yang Alkitab ajarkan pada orangtua perihal anak? Mari kita bahas!
Alkitab memberi tempat penting untuk Anak
Anak-anak di dalam Alkitab bukanlah sekedar renungan. Ada 1168 ayat dalam Alkitab yang menyebut kata anak-anak. Bahkan semua kata yang terkait dengan anak dan keluarga disebutkan sampai dengan 8000 kali.
Alkitab memberi tempat yang sangat penting untuk anak-anak. Didalamnya kita bisa menemukan selain penting bagi kita untuk memperdulikan dan memperhatikan perintah Tuhan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk mengajarkan anak-anak mengenai pengenalan akan Tuhan secara berulang-ulang sampai semua itu tinggal di dalam diri anak.
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” (Ulangan 6:6-9).
Anak kecil terkadang jenuh dan sulit untuk berkonsentrasi. Oleh karena itu, orangtua harus mampu berulang-ulang mengajarkan mereka kebenaran sehingga mereka bisa menangkap intinya dengan baik. Dibutuhkan usaha, kerelaan dan pengorbanan orangtua dalam melakukannya, tapi itulah yang diinginkan Tuhan bagi para orang tua.
Anak menurut Alkitab
Alkitab begitu banyak berbicara tentang anak-anak. Bagian Perjanjian Lama mengungkapkan beberapa identitas mengenai anak-anak, antara lain: Anak merupakan bagian dari perjanjian Allah (Kej. 1:28; Ul. 6:7-9; Yos. 24:15), anak merupakan pernyataan berkat Allah (Maz.127:3-5), anak adalah kudus (Ezra 9:2), anak adalah milik pusaka dari pada Tuhan (Maz.127:3), anak adalah mahkota orang tua (Ams.17:6), dan Allah sudah menyediakan berkat-Nya kepada anak-anak (Maz. 25:13; 89:5; 112:2; Yes. 44:3).
Sementara itu, Perjanjian Baru tidak ketinggalan memberikan fokusnya untuk anak-anak. Dalam Markus 10:13-16, penulis Injil menuliskan bahwa Tuhan Yesus merindukan kehadiran anak-anak dan ingin memberkati mereka, yang terkadang kehadiran mereka dianggap mengganggu ketika itu.
Sebagaimana Perjanjian Lama, Perjanjian Baru juga menegaskan bahwa anak-anak adalah bagian dari perjanjian Allah (Kis. 2:39). Lukas 1:7 mengisyaratkan bahwa kehadiran anak juga merupakan salah satu berkat Allah. Sementara itu, Matius 21:15-16 menulis bahwa sejak kecil Allah sudah menyediakan puji-pujian di dalam hati anak-anak.
BACA JUGA: Teruntuk Ayah, 3 Kata Kerja dari 1 Tesalonika 2 Ini Perlu Dilakukan ke Anak
1. Samuel
Kelahiran Samuel bukanlah suatu kelahiran biasa. Kelahirannya merupakan buah pergumulan Hana dengan hati yang pedih karena selalu direndahkan sebab tidak memiliki anak oleh Penina madunya.
Hana bernazar apabila Tuhan memberikannya anak, maka anaknya akan diberikan kepada Tuhan seumur hidupnya. Hana kemudian melahirkan dan menamai anaknya Samuel. Diperkirakan dalam usia 3 atau 4 tahun, Samuel diserahkan kepada Tuhan untuk melayani di Tabernakel atau Kemah Pertemuan bersama dengan Imam Eli.
Dalam 1 Samuel 2:26 dituliskan bahwa, “Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” Bahkan panggilan Tuhan untuk memakai Samuel menjadi Imam sudah dinyatakan saat Samuel masih sangat muda (1 Samuel 3).
Menurut Flavius Yosefus, seorang sejarawan dan penulis apologetik Yahudi abad pertama menyatakan bahwa Samuel baru saja mencapai usia dua belas tahun pada saat Tuhan berbicara kepadanya.
Sumber : jawaban channel