Konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Israel dan Hamas telah menimbulkan penderitaan dan duka yang mendalam bagi masyarakat di sana. Ribuan orang, termasuk anak-anak, terluka dan meninggal dunia, serta harus mengungsi. PBB bahkan menyebut situasi ini sebagai bencana kemanusiaan.
Menanggapi keadaan ini, Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) mengadakan kegiatan doa bersama untuk solidaritas bagi korban kemanusiaan dan perdamaian di Timur Tengah yang digelar di Lt 5 Grha Oikoumene, Jakarta, pada Selasa (14/11/2023).
Berbagai lembaga gereja dan pemimpin di Indonesia bersatu dalam kegiatan doa bersama untuk mendoakan korban kekerasan dan perang di Timur Tengah. Kegiatan ini melibatkan lembaga gereja nasional, pemimpin Institut Agama Kristen Nasional (IAKN), ASN di Ditjen Bimas Kristen, serta pimpinan sinode gereja beserta jemaat.
Dirjen Bimas Kristen, Dr. Jeane Marie Tulung, STh, MPd, menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan respons terhadap himbauan Menteri Agama untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan melalui doa bersama.
“Kita di sini semua berkumpul untuk bersama-sama menyatakan rasa simpati dan empati untuk bersatu hati, untuk doa bersama dan solidaritas bagi mereka korban dari kekerasan dan perang di Timur Tengah,” ujarnya.
BACA JUGA: Ramai Boikot Produk Israel di Indonesia, Apa Dampak dari Tindakan Ini?
Jeane menyampaikan pentingnya menyatukan hati dalam doa dan solidaritas sebagai bentuk empati terhadap penderitaan dan kehilangan yang dialami saudara-saudara kita di Timur Tengah akibat kekerasan, ketidakadilan, dan peperangan.
Dalam khotbahnya, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom, menyoroti keinginan bersama akan perdamaian, tetapi kenyataannya perang dan kekerasan masih terus terjadi.
“Masih terjadi kekerasan peperangan di Ukraina vs Rusia, yang terbaru Israel vs Hamas, bahkan di intern kita masih terjadi korban kekerasan seperti di Papua. Seperti belum sembuh luka lama tapi luka baru sudah dicongkel,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Pdt. Gomar menyatakan bahwa keinginan setiap individu adalah mencapai kedamaian, tetapi ironisnya, seringkali orang mencapai kedamaian mereka dengan mengorbankan perdamaian orang lain. Padahal, menurutnya, kedamaian sejati terletak dalam kehidupan berdampingan harmonis.
BACA JUGA: Terlalu Banyak Korban, PGI Serukan Perdamaian Atas Perang Israel-Hamas
“Kedamaian tidak semata dalam perang, tetapi bagaimana semua bisa menggapai kedamaian, tanpa membedakan, baik pribadi maupun kelompok. Kita justru selalu menggunakannya untuk kepentingan sendiri. Ini yang paling menyulitkan kita dalam mewujudkan kedamaian,” tegasnya.
Meskipun dihadapkan pada konflik dan situasi sulit, Pdt. Gomar memberikan pengingat agar kita tidak menyerah dan terus menerus berdoa agar perdamaian dapat terwujud. Ia menekankan pentingnya mempercayai kekuatan doa sebagai sarana untuk membawa perubahan.
Dalam rangkaian ibadah tersebut, doa bersama dipimpin oleh para pemimpin gereja tingkat nasional, termasuk di antaranya Pdt. Antonius Natan yang mewakili Ketua Umum PGLI, Pdt. Dr. Ronny Mandang yang berhalangan hadir, Ketua Umum Gereja Advent Pdt. Andrew, dan Ketua Umum PGPI Pdt. Dr. Jason Balompapueng. Setiap pemimpin gereja membawakan masing-masing pokok-pokok doa.
BACA JUGA: Rendy Chandradinata Kutip Ps. Hengky So: "Berhenti Berdoa Supaya Tuhan Memberkati Israel"
Kegiatan doa bersama ini merupakan solidaritas umat Kristen Indonesia terhadap mereka yang menjadi korban konflik di Timur Tengah. Selain itu, doa bersama ini juga menjadi ungkapan harapan agar perdamaian dapat segera terwujud di wilayah tersebut. Marilah kita bersatu hati berdoa untuk kedamaian atas Israel dan Palestina.
Sumber : pgi.or.id