Adakah Waktu Ideal yang Menentukan Berapa Lama Kita Boleh Bersedih?
Sumber: canva.com

Kata Alkitab / 27 July 2023

Kalangan Sendiri

Adakah Waktu Ideal yang Menentukan Berapa Lama Kita Boleh Bersedih?

Bella Tiurma Official Writer
1883

Dalam perjalanan hidup, perasaan sedih menjadi bagian alami yang muncul sebagai respons ketika kita menghadapi berbagai kejadian yang menyakitkan, berita buruk, atau penderitaan. Terkadang, saat kesedihan datang karena duka cita, kita mungkin merasa bersalah karena masih merasa sedih dan bertanya-tanya kapan saatnya melanjutkan hidup tanpa rasa sedih tersebut. 

Mungkin kita adalah salah satu yang sering mempertanyakan apakah ada waktu ideal yang ditentukan oleh Tuhan berapa lama kita boleh bersedih. Tetapi di dalam Alkitab telah mengakui bahwa kesedihan adalah respon alami terhadap kabar buruk. Namun, kesedihan yang kita rasakan mengarahkan kita kepada kedekatan hubungan kita dengan Tuhan yang berdiri bersama dalam segala situasi dan menawarkan sebuah harapan serta bantuan di kala kita sedang bersedih. 

Dalam menanggapi rasa sedih kita dapat mempelajari dari berbagai kisah dari tokoh-tokoh Alkitab yang mengungkapkan kesedihannya secara jelas, seperti kisah Abraham yang bersedih karena kedukaan atas kematian istri terkasihnya Sarah (Kejadian 23 : 2), Raja Daud yang bersedih atas hilangnya sang putra Absalom (2 Samuel 18 : 33), dan kisah Ayub yang harus berjuang menemukan pengertian dalam penderitaan.

 

Baca Juga : Jadi Dampak Buat Orang lain Yang Sedang Berduka, Orang Tua Kristen Perlu Lakukan 3 Hal ini

 

Berdasarkan kisah tokoh Alkitab, kita memahami bahwa Yesus sendiri berbelas kasihan kepada kita yang sedang bersedih. Tindakan belas kasih ini sebagai bentuk gambaran kepada kita bahwa Yesus memahami setiap kesedihan yang kita alami dan ia akan selalu berdiri bersama kita melewati setiap proses kesedihan tersebut. 

Alkitab menegaskan bahwa Tuhan dekat dengan yang patah hati dan menyelamatkan orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:18). Ia adalah tempat perlindungan bagi yang terinjak dan dalam kesesakan (Mazmur 9:9). Ia juga adalah penyembuh bagi mereka yang patah hati dan membalut luka-luka mereka (Mazmur 147:3). 

Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki pengharapan hidup yang kekal dan nyata melalui keselamatan yang diberikan oleh Yesus. Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita tidak perlu bersedih seperti mereka yang tidak memiliki pengharapan, karena kemenangan Yesus atas maut memberikan sukacita abadi bagi mereka yang percaya kepada-Nya. 

“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” - 1 Tesalonika 4 : 13 – 14

BACA HALAMAN BERIKUTNYA ->

Sehingga tidak ada durasi atau pun waktu ideal yang ditetapkan sebagai standar bagi umat Kristiani untuk bersedih. Karena setiap orang memiliki waktu tertentu dan proses yang bervariasi bergantung pada kedalaman kesedihannya dan cara mengatasinya. 

Melalui Pengkhotbah 3 : 4 kita diingatkan kembali bahwa “ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;” Sehingga rasa sedih yang kita alami adalah respon alami terhadap kabar buruk dan menjadi penting bagi kita untuk membebaskan diri kita menjalani setiap prosesnya sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 

Kesedihan yang dirasakan oleh setiap orang tidak dapat diprediksi, karena beberapa orang akan mengalami kesedihan yang mendalam dan secara bertahap akan menemukan kesembuhannya dari waktu ke waktu. Bahkan seseorang yang telah menemukan sukacitanya akan memiliki kemungkinan untuk mengalami masa sedih kembali secara tak terduga.

 

Baca Juga : Apa yang Kamu Alami Mungkin Begitu Pahit, Tetapi Ini Kabar Sukacita Untukmu!

 

Perlu diingat bahwa kesedihan yang dirasakan setiap orang tidak dapat diprediksi, karena seseorang yang telah menemukan sukacitanya dapat mengalami kesedihan kembali secara tak terduga. Sebagai umat Kristiani, kita tidak perlu khawatir atau merasa kurang iman ketika merasa sedih, meskipun mungkin memerlukan waktu yang lama. Sebab Alkitab tidak menetapkan waktu khusus berapa lama boleh bersedih. 

Namun, dalam proses kesedihan yang dialami, kita tetap perlu merasakan dorongan untuk terus bersandar kepada Tuhan dan komunitas supaya kita mendapatkan dukungan dan penghiburan. Tuhan akan bekerja dengan kuasaNya dalam hidup kita ketika menghadapi rasa sakit dan kesedihan. Pengalaman ini mengajarkan kita untuk berjuang mengatasi kesedihan dengan berbagai proses penyembuhan. 

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” - Roma 8 : 28 

Akhir dari proses kesembuhan kita adalah saat kita menyerahkan diri kepada waktu dan rencana Tuhan. Ia akan menghibur kita dan membantu kita bergerak maju dengan sukacita. Kita akan merasakan kasih dan kemurahan Tuhan yang kekal bahkan dalam kesedihan kita.

Apakah Anda diberkati dengan artikel ini dan rindu agar orang lain ikut diberkati? Mari bersama-sama dengan kami terus menghasilkan konten-konten inspiratif dengan terus mendukung pelayanan kami dengan klik link di bawah.

 

DONASI

Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami