Dari Self-Centered Menjadi Christ-Centered: Ps. Rendy Chandradinata Bagikan Cara Ini...
Sumber: Jawaban.com

News / 6 April 2023

Kalangan Sendiri

Dari Self-Centered Menjadi Christ-Centered: Ps. Rendy Chandradinata Bagikan Cara Ini...

Bella Tiurma Official Writer
1157

Selama tiga tahun, walaupun dengan ruang gerak yang terbatas setiap kita telah berhasil melewati masa pandemi. Selama pandemi setiap orang tentu berfokus kepada dirinya sendiri, karena harus menjaga diri agar tidak terinfeksi virus Covid-19 kala itu. Hal ini mungkin bisa mengubah pusat hidup kita menjadi berpusat kepada diri sendiri (self-center). Tetapi bukan berarti selama pandemi kita tidak hidup bagi Tuhan, tentu saja bisa meskipun dengan cara-cara yang sangat terbatas. 

Ps. Rendy Chandradinata menjelaskan bahwa momen ketika setiap orang kembali bertemu secara langsung itu merupakan langkah awal setiap orang percaya belajar untuk tidak hidup bagi diri sendiri (self-center) tetapi hidup berpusat bagi Tuhan dan sesama (christ-center). 

Setiap orang yang menginginkan perubahan hidup untuk bisa meninggalkan self-center menjadi christ-center, salah satu prosesnya adalah melalui kehidupan yang berkomunitas. Berikut cara yang Ps. Rendy bagikan untuk setiap umat Kristiani bisa meninggalkan self-center dan beralih kembali ke christ-center

Baca Juga : Paskah Jadi Momen Beralih dari Self-Center Menjadi Christ-Center – Ps. Rendy Chandradinata

1. Saling Melayani 

Ketika setiap orang percaya membuka dirinya kepada orang lain. Dimana selama pandemi setiap kita menjadi susah untuk bertemu hanya sebatas layar. Hal ini membuat ruang gerak setiap orang untuk bisa saling mengenal dan terbuka menjadi sangat terbatas. 

Peralihan dari masa pandemi ke masa endemik akan menjadi sebuah cara untuk pengaplikasian hidup yang christ-center. Dengan membuka diri di tengah-tengah komunitas, menjadi tempat untuk setiap umat Kristiani dapat belajar saling melayani satu dengan yang lain. 

Ps. Rendy menjelaskan bahwa yang namanya pelayanan itu tidak bisa memposisikan diri sebagai pusat. Ketika kita menjadikan diri sebagai pusat, maka yang terjadi kita bukan melayani tetapi dilayani. Tentu kita tidak akan bisa rela untuk melayani orang lain. 

Di sisi lain, ketika setiap orang dapat membuka diri kepada komunitas, maka dapat menjadi sebuah pelajaran untuk bisa saling melayani. Jika setiap orang mau melayani, tentu mereka tidak lagi menjadi pribadi yang self-center. Hal ini dikarenakan, untuk mau melayani berarti harus mendahulukan kepentingan orang yang dilayani.

2. Menghadapi Konflik untuk Memiliki Kehidupan yang Selfless 

Di dalam sebuah komunitas tentu akan ada konflik yang terjadi, dimana melalui konflik setiap orang dapat belajar untuk memiliki hidup yang selfless. Jika kita mengingat perkataan Tuhan Yesus, siapa yang meu mengikut AKu, dia harus menyangkal diri dan memikul salib. 

Penyangkalan dan pemikulan salib ini bisa terjadi di tengah-tengah komunitas umat Kristiani. Ketika setiap orang saling bergesakan, maka tidak ada orang yang menjadi egois dan menang sendiri. Jika orang menjadi egois, maka akan menjadi marah, merasa tidak dihargai, hingga meninggalkan komunitas. 

Ps. Rendy menuturkan bahwa pribadi yang seperti itu membuat setiap orang tidak bisa menjadi serupa dengan Kristus. Tetapi jika merespon sebuah konflik dengan cara yang benar, maka setiap orang akan menjadi serupa dengan Kristus.

Baca Juga : Capek Mengahadapi Orang Yang Self-Centered Alias Egois? Sikapi Dengan 4 Cara Ini

Ps. Rendy juga berharap agar semua orang tidak ada yang anti dengan yang namanya konflik, karena konflik tidak perlu dicari tapi akan datang dengan sendirinya. Jika tidak ada konflik yang hadir di tengah-tengah komunitas yang sudah bertahun-tahun bersama, maka ada 2 kemungkinan yang terjadi.

1. Isi dari komunitas itu sudah menjadi malaikat, sudah memiliki sayapp, dan tidak mengijak bumi lagi. Sehingga sudah merasa menjadi pribadi yang sempurna dan tidak ada yang membuat salah. 

2. Hubungan satu dengan yang lain kurang dekat, masih ada jarak, dan batasan, yang membuat setiap orang menjadi “main aman aja”. 

Tetapi hal itu tidak akan terjadi kalau setiap orang berani membuka diri untuk lebih dekat satu dengan yang lain. Setiap orang yang berdekatan pasti akan terjadi gesekan dan konflik. Sehingga ketika setiap umat Kristiani yang dapat merespon gesekan tersebut dengan benar, maka hal itu akan membawa setiap orang pada level kedewasaan iman yang lebih tinggi. 

Meninggalkan Self-center dan beralih ke Christ-Center berarti setiap orang mau terbuka dengan orang lain dan mau menjadi pelayan Tuhan. Hal ini tentu akan menunjukkan setiap umat Kristiani memiliki kedewasaan iman yang baik.

Halaman :
1

Ikuti Kami