Setiap orang bisa mengalami depresi tanpa aba-aba. Tingkat depresi setiap orangpun berbeda-beda, ada yang ringan dan ada juga yang kronis parah.
Dengan memahami jenis depresi yang dialami seseorang, akan sangat membantu untuk memilih jenis pelayanan kesehatan mana yang paling tepat. Dan bagi mereka yang mengalami depresi juga penting untuk memahami kondisi yang mereka hadapi.
Berikut 11 jenis depresi yang perlu Anda pahami.
1# Gangguan Depresi Mayor
Di tahun 2020, sekitar 21 juta orang dewaa Amerika mengalami depresi mayor. Berdasarkan hasil diagnose American Psychiatric Association, gangguan depresi mayor ini umumnya disertai dengan gejala seperti:
Gangguan depresi mayor terdiri dari dua jenis yaitu depresi atipikal dan depresi melankolis. Orang yang termasuk ke dalam depresi atipikal biasanya akan cenderung banyak tidur dan makan. Tetapi secara emosional, mereka kerap reaktif dan penuh kecemasan. Sementara yang mengalami depresi melankolis cenderung mengalami gangguan tidur dan rasa bersalah.
Depresi ini bisa diobati dengan obat, terapi dan perubahan gaya hidup.
2# Depresi Akibat Resisten Terhadap Obat
Kadang-kadang mereka yang mengalami gangguan depresi mayor terus bertahan karena mereka tidak segera mendapatkan pengobatan.
Untuk membantu mereka yang mengalami depresi akibat resisten terhadap obat, bisa dilakukan dengan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan diagnosis yang tepat dan mengidentigikasi penyebab psikiatris dan medis lainnya dari gejala yang mereka alami. Pasien diberi konseling tentang dosis dan durasi pengobatan yang tepat. Jika obat tidak bekerja, penyedia layanan kesehatan akan mencoba menawarkan obat serupa atau obat dari kelas yang berbeda. Obat antidepresan bahkan bisa bermanfaat untuk meringankan gejala.
3# Depresi Subsindrom
Seseorang dengan gejala depresi tetapi tidak mengalami gejala depresi berat dapat dikategorikan dengan depresi subsindromal.
Penderita depresi ini bisa ditangani dengan obat-obatan saja.
Baca Juga:
7 Mazmur untuk Melawan Rasa Depresi
Susah Doa Karena Depresi? Coba Dengar 4 Lagu YouTube Ini Aja
4# Gangguan Depresi Persisten
Mereka yang mengalami gangguan depresi persisten (PDD) biasanya mengalami suasana hati yang buruk dan merasakan kesedihan hampir setiap hari.
Pada anak-anak dan remaja, PDD bisa didiagnosa melalui reaksi anak, seperti mudah marah, mengalami gangguan tidur, tidak bertenaga dan kelelahan, tidak percaya diri, memiliki nafsu makan yang buruk dan sebaliknya, mengalami penurunan konsettrasi serta munculnya perasaan putus asa.
Untuk pengobatan jenis depresi ini bisa dilakukan dengan obat-obatan sekaligus psikoterapi.
5# Gangguan Disforia dan Pramenstruasi
Sebanyak 10% wanita di usia subur akan mengalami gangguan disforik pramenstruasi (PMDD). Depresi ini biasanya ditandai dengan munculnya emosi kesedihan, kecemasan, mudah marah dan gejala ekstrim lainnya.
Profesor Spikiatri dan Ilmu Perilaku dari Fakultas Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern, Chicago, Dorothy Sit, MD menyampaikan jika penderita jenis depresi ini biasanya akan mengalami kelemahan, kelumpuhan dan merasa tidak nyaman.
Para ilmuwan percaya jika depresi ini terjadi karena perubahan hormonal selama siklus menstruasi. Namun gejala ini bisa menjadi lebih ringan dengan mengkonsumsi obat antidepresan, seperti inhibitor reuptake serotonin selentif (SSRI) selama dua minggu sebelum menstruasi atau selama sebulan sebelum menstruasi.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->
6# Depresi Karena Gangguan Bipolar
Perubahan suasana hati dan tenaga yang tiba-tiba, seperti dari bahagia menjadi sedih, adalah tanda-tanda dari gangguan bipolar.
Depresi bipolar biasanya muncul pada usia dewasa muda (baik laki-laki maupun perempuan). Gangguan ini bisa lebih buruk jika tidak menjalani pengobatan. Gejala depresi secara khusus bisa diobati dengan mengkonsumsi antidepresan.
7# Gangguan Depresi Disregulasi Mood
Berteriak dan mudah marah adalah ciri utama dari depresi disregulasi mood. Depresi ini banyak dialami oleh anak-anak yang kesulitan mengatur emosi mereka.
Menurut NIMH, depresi disregulasi mood bisa diobati dengan obat-obatan, psikoterapi dan juga bimbingan dari orangtua.
Baca Juga:
6 Hal yang Harus dan Tidak Boleh Dilakukan untuk Mendukung Seseorang yang Memiliki Depresi
Orang Kristen Juga Rentan Terserang Depresi, Begini 5 Tandanya…
8# Depresi Pascapersalinan (atau perinatal)
Depresi pasca melahirkan umumnya dialami oleh satu dari empat wanita yang baru melahirkan. Depresi pasca persalinan ini kemungkinan dipicu oleh perubahan hormone, kelelahan dan juga faktor lain.
Uniknya, depresi ini juga bisa dialami oleh kaum pria, yang kebanyakan disebabkan oleh pergeseran peran dan perubahan gaya hidup pasca kelahiran anak.
Depresi ini bisa muncul di tahun pertama setelah kelahiran anak. Gejala yang biasa dialami oleh para ibu diantaranya perasaan sedih, cemas dan kelelahan intens yang bisa berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri maupun bayi.
Sebagai pencegahan, penderita depresi pascamelahirkan disarankan untuk mengkonsumsi obat antidepresan, terapi maupun konsultasi parental.
9# Gangguan Afektif Musiman
Depresi musiman adalah jenis depresi berulang yang biasanya menyerang sekelompok orang di musim dingin. Seiring dengan perubahan suasana hati, penderita gangguan afektif musiman ini cenderung tampil dengan kondisi tubuh yang lemah. Mereka mungkin akan makan berlebihan, tidur berlebihan dan menarik diri dari interaksi sosial.
Belum diketahui penyebab utama dari depresi ini, namun penelitian menunjukkan jika kekurangan zat serotonin di dalam otak bisa jadi pemicunya.
10# Depresi Psikotik
Penderita depresi psikotik merupakan bentuk depresi dimana penderita kehilangan kontak dengan dunia nyata. Gejala psikosis ini umumnya ditandai dengan kerap mengalami halusinasi dan delusi. Cara pengobatannya biasa dilakukan dengan terapi electroconvulsive (ECT) atau terapi untuk mengirimkan arus listrik kecil ke otak saat seseorang sedang dibius.
11# Depresi Karena Penyakit
Seseorang bisa jatuh dalam depresi setelah didiagnosa menderita penyakit kronis tertentu seperti penyakit jantung, kanker, multiple sclerosis dan HIV/Aids.
Peradangan-peradangan yang disebabkan oleh penyakit juga bisa memicu munculnya depresi. Karena radang pada bagian yang sakit melepaskan bahan kimia tertentu oleh sistem kekebalan yang masuk ke otak. Proses inilah yang menyebabkan perubahan di dalam otak dan memicu depresi.
Mengkonsumsi obat antidepresan menjadi salah satu pilihan pengobatan terhadap pasien depresi ini. Selain itu, Psikiater dari Einstein Healthcare Network di Philadelphia, Sarah Noble, DO menyampaikan jika depresi karena penyakit ini bisa juga dicegah dengan terapi.
Jika Anda merasa memiliki beberapa gejala seperti yang disebutkan di atas atau Anda menemukan seseorang sedang menghadapi salah satu depresi di atas, segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan profesional untuk menjalani pengobatan yang tepat.
Sumber : Health.com