Tersangka Penembakan Massal Saat Hari Kemerdekaan AS Tertangkap, Apa Motifnya?

News / 6 July 2022

Kalangan Sendiri

Tersangka Penembakan Massal Saat Hari Kemerdekaan AS Tertangkap, Apa Motifnya?

Aprita L Ekanaru Official Writer
2243

Dikabarkan terjadi kembali penembakan massal di Amerika. Kali ini penembakan terjadi di Highland Park, Illinois, Chicago, saat parade hari kemerdekaan Amerika Serikat pada Senin (4/7).

Dikutip dari AFP dan CNN, penembakan tersebut terjadi sekitar pukul 13.14 waktu setempat. Tersangka merupakan seorang pria dengan senapan bertenaga tinggi yang melepas tembakan dari atap sebuah bangunan.

"Dia dianggap bersenjata dan berbahaya," kata juru bicara departemen sheriff Christopher Covelli dikutip dari Reuters, seraya menambahkan bahwa warga tidak boleh mendekatinya jika mereka melihatnya.

Tersangka telah ditangkap di hari yang sama (4/7), hanya berselang beberapa jam setelah insiden penembakan massal di Chicago. Tersangka bernama Robert E Crimo III, pria kulit putih berusia 22 tahun dan berasal dari area tersebut.

Salah satu video ponsel yang dilihat Reuters tetapi belum bisa diverifikasi memperlihatkan suara sekitar 30 tembakan cepat, jeda, kemudian sekitar 30 tembakan lagi. Lebih dari 36 korban yang terluka kebanyakan karena luka tembak, kata Jim Anthony, juru bicara Sistem Kesehatan Universitas NorthShore.

Pada Selasa (5/7), Crimo didakwa dengan tujuh tuduhan pembunuhan tingkat pertama. Hal ini diungkapkan oleh Jaksa Negara Bagian Lake County Eric Rinehart kepada wartawan.

"Akan ada lebih banyak dakwaan. Kami mengantisipasi lusinan dakwaan lainnya yang berpusat di sekitar masing-masing korban," kata Rinehart, sebagaimana dikutip dari AFP.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA >>

Di hari itu, juru bicara polisi Christopher Covelli juga mengatakan telah terjadi peningkatan jumlah korban tewas menjadi 7 orang pada Selasa (5/7), setelah satu korban yang terluka meninggal di rumah sakit. Sementara 35 orang lebih mengalami luka-luka.

Di antara yang tewas adalah Kevin McCarthy (37 tahun) dan istrinya, Irina (35 tahun). Mereka adalah orang tua dari seorang bocah lelaki berusia dua tahun yang ditemukan berkeliaran sendirian setelah penembakan itu, menurut CBS News.

Covelli juga mengatakan Crimo memiliki riwayat masalah kesehatan mental dan perilaku mengancam. Polisi pernah dipanggil dua kali ke rumah Crimo pada 2019. 

Yang pertama, untuk menyelidiki upaya bunuh diri, dan yang kedua karena seorang kerabat mengatakan dia mengancam akan "membunuh semua orang" di keluarga itu.

"Kami tidak memiliki informasi yang menunjukkan pada titik ini bahwa itu bermotivasi rasial, dimotivasi oleh agama atau status dilindungi lainnya," tambahnya.

Sumber : Kompas | detikcom
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami