Menjadi pemimpin tentu saja sangat berbeda dengan menjadi seorang pelayan. Sebagian gereja mungkin akan sangat mudah mempercayakan jemaat baru untuk terlibat dalam pelayanan. Tapi untuk menjadi pemimpin, ada standar tertentu yang harus dimiliki.
Kepemimpinan bukan soal karisma yang dimiliki seseorang. Tapi kepemimpinan lebih kepada karakter dan kompetensi yang ditunjukkan melalui kedewasaan.
Untuk merekrut anggota staf baru atau melibatkan pemimpin sukarelawan baru di gereja, kalau kamu gak mempertimbangkan kedewasaan, maka kamu sedang dalam masalah.
Karena dewasa:
Hanya karena seseorang lulus dari pendidikan teologi, bukan berarti dia siap untuk memimpin sebuah gereja atau melayani.
Ada lima ciri-ciri seorang pemimpin yang dewasa rohani, diantaranya:
1. Pemimpin yang dewasa rohani mampu menghadapi tekanan.
Masalah akan muncul saat seseorang melayani di sebuah pelayanan. Untuk memilih seorang pemimpin yang baik, perhatikanlah bagaimana caranya menghadapi masalah. Apakah dia siap menghadapi tekanan dengan respon yang positif? Atau sebaliknya, menggerutu dan kesal?
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1: 2-4)
2. Peka terhadap orang lain.
Yakobus menyampaikan bagaimana sikap kita seharusnya memperlakukan orang lain. Dia memberi tahu kalau kita jangan pilih kasihm menghakimi orang berdasarkan penampilannya, menghina atau mengeksploitasi mereka.
Yakobus menekankan bahwa seorang pemimpin yang dewasa adalah sosok yag konsisten menegakkan kebenaran yaitu mengasihi sesama seperti mengasihi dirinya sendiri.
Para pemimpin yang dewasa rohani tak lagi hanya memikirkan tentang diri mereka sendiri. Sebaliknya, lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya.
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk...” (Yakobus 2: 1-3)
3. Bertanggung jawab atas apa yang dikatakan.
Di masa Perang Dunia II, ada sebuah pepatah yang berkata ‘Mulut yang ringan menenggelamkan kapal.’ Artinya, mulut yang dipakai untuk bergosip hanya akan menghancurkan gereja.
Kalau ingin tahu apakah seseorang itu dewasa atau tidak, periksalah cara dia berbicara dan korelasinya dengan tindakannya.
Pemimpin yang dewasa adalah mereka yang bisa memegang kata-katanya, yang tak suka bergosip dan bertanggung jawab dengan setiap ucapannya.
“Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya….” (Yakobus 3: 2-6)
Baca Juga:
Mana yang Akan Kamu Pilih? Jadi Pemberi atau Penerima
Kemenangan Diawali Sejak Dari Pagi Hari
4. Pembawa damai.
Seorang pemimpin yang dewasa rohani adalah mereka yang selalu membawa damai kemanapun mereka pergi. Sebaliknya pemimpin yang belum dewasa akan suka membuat onar dan gemar berdebat.
“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?” (Yakobus 4: 1)
5. Penuh sabar dan hidup dalam doa.
Kesabaran dan doa adalah dua hal yang akrab dalam hidup seorang pemimpin yang dewasa.
Orang yang suka berdoa lebih terlatih menjadi dewasa. Mereka juga gak mudah putus asa dalam meraih apa yang mereka inginkan. Tapi juga akan tetap puas dan sabar dalam mengejarnya.
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5: 16)
Karena itulah gereja butuh pemimpin yang dewasa rohani. Dengan sosok pemimpin yang dewasalah gereja akan tumbuh dengan sehat dan baik.
Sumber : Pastors.com | Jawaban.com