Kita pasti mengenal Abraham dengan sebutan bapa orang percaya. Dalam sebuah perjalanan ketaatannya, Abraham pernah diminta Tuhan untuk naik ke Bukit Moria untuk mempersembahkan putra tunggalnya, Ishak sebagai korban bakaran kepada Tuhan.
Lewat permintaan ini, Tuhan sendiri memuji keberhasilan Abraham yang bisa melewati ujian tersebut. Di atas gunung, kemudian Abraham melihat seekor domba yang tersangkut dalam belukar dan mengorbankannya sebagai korban bakaran, pengganti anaknya. Inilah yang menyebabkan Abraham menyebut tempat tersebut dengan Jehovah Jireh, yang berarti Tuhan menyediakan. (Kejadian 22:14)
Seekor domba yang tidak ia beli di pasar, tidak dibawanya jadi rumah, tapi seekor domba yang secara khusus Tuhan persiapkan ketika kasih dan ketaatan Abraham terlihat jelas di mata Tuhan. Jehovah Jireh ini bicara tentang berkat-berkat khusus Tuhan yang diberikan kepada kita di tengah situasi yang tidak terduga. Setiap dari kita mungkin punya pengalaman Jehovah Jirehnya masing-masing.
BACA JUGA: Satu Hal Yang Paling Pasti Dalam Kehidupan: Perubahan
Seperti saya, misalnya. Saat masa kuliah dulu, saya merasa 'buntu' dalam menyelesaikan tugas akhir karena kekurangan bahan penelitian yang harus dikumpulkan dengan tenggang waktu 2 hari. Setelah berdoa dan berserah kepada Tuhan, di detik-detik terakhir, entah bagaimana caranya, ada seorang kakak tingkat yang bersedia memberikan bahan penelitian yang saya butuhkan.
Hal serupa juga pernah dialami oleh George Muller. Ia adalah seorang pendiri dari sebuah pelayanan anak yatim piatu. Hal yang paling luar biasa tentang seorang George Muller adalah iman percaya dan kerendahan hatinya. Dia selalu menjelaskan kalau iman adalah satu-satunya penyedia sekaligus penopangnya.
Pada tahun-tahun pertama pelayanannya, George benar-benar hidup hanya cukup untuk sehari itu. Jadi anak-anak hanya bisa makan makanan yang cukup di hari itu saja, tanpa tahu besoknya akan makan apa lagi. Meski begitu, George selalu percaya kalau Tuhan akan menyediakan.
Pada bulan Maret 1839, George dihantui oleh berbagai tagihan, belum lagi para staf yang menagih bayaran mereka, ditambah dengan kebutuhan sehari-hari untuk anak-anak asuhannya. Seperti biasa, George membawa permasalahan ini dalam doa.
Kemudian ada seorang wanita berkecukupan yang sering menghabiskan uangnya untuk kepentingan pribadi dan bersenang-senang. Ia mendengar karya George melalui pembicaraan orang-orang. Wanita ini memutuskan untuk memberikan koleksi perhiasan mahalnya untuk disumbangkan pada panti asuhan George sebagai salah satu caranya bertobat.
Dengan penjualan perhiasan itu, George berhasil membayar semua tagihannya, bahkan kebutuhan anak-anak tercukupi sampai seminggu ke depan. Jawaban doa ini sangat menyentuh hati seorang George, sehingga ia menempelkan tulisan Jehovah Jireh yang mengingatkannya akan kesetiaan Tuhan selama masa-masa sulit dalam kehidupannya.
Jehovah Jireh nggak bicara tentang nilai atau harta yang kita punya karena orang dunia bisa punya harta yang lebih banyak dibandingkan kita. Namun, Jehovah Jireh ini bicara tentang bagaimana kita bisa mengalami pemeliharaan Tuhan dalam berbagai situasi dan keadaan yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Mazmur 4:8, “Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.” Ingat deh, Tuhan nggak pernah kehilangan cara buat memberkati kehidupan kita kalau kita bisa menempatkan Tuhan di atas segalanya. Saat orang dunia kebingungan sebab hartanya telah habis, kita akan selalu tetap tenang sebab Tuhan akan selalu memelihara kita.
Sumber : berbagai sumber/jawaban.com