Aksi protes masyarakat Myanmar atas kudeta yang dilakukan oleh pihak junta militer terus berlanjut, walau sudah ribuan orang ditangkap dan belasan orang tewas. Peluru tajam, granat kejut, dan gas air mata ditembakkan ke arah demonstran oleh pihak kepolisian yang didukung pasukan militer di beberapa kota besar Myanmar.
Kudeta Dengan Tuduhan Aksi Kecurangan Paska Pemilu
Hari ini menandai satu bulan aksi protes anti-kudeta di Myanmar yang dimulai pada 1 Februari 2021 lalu. Hal ini juga menjadi pengingat mahalnya harga demokrasi di negeri itu, mengingat selama beberapa dekade pihak militer tetap berkuasa di Myanmar, sekalipun pada tahun 2015 lalu, mereka mengijinkan partai pimpinan Aung San Suu Kyi yang memenangkan pemilu untuk memerintah.
Namun dengan tuduhan adanya kecurangan paska pemilu, pihak militer mengambil alih pemerintahan di awal 2021 lalu, dan Suu Kyi dan beberapa pemimpin Myanmar ditangkap.
Aksi Protes Damai Berjudul Gerakan Pembangkangan
Aksi protes damai dalam skala besar terjadi di berbagai kota, dan mereka turun ke jalan. Para pekerja medis menjadi salah satu pelopor "Gerakan Pembangkangan Sipil" yang kemudian diikuti oleh para guru, mahasiswa dan pelajar, serta para pekerja dan bahkan masyarakat dari berbagai etnis. Bahkan di kota-kota kecil, puluhan ribu orang dengan penuh keberanian turun ke jalan. Namun pihak militer tidak berbelas kasihan menghadapi gerakan pembangkangan ini.
Pernyataan Kardinal Katolik Myanmar
"Myanmar jadi seperti medan perang," demikian pernyataan Kardinal Katolik pertama di negara mayoritas penganut agama Buddha, Charles Maung Bo yang dikutip oleh The Guardian.
Ia juga membagikan foto di akun Twitter-nya yang menggambarkan seorang suster Katolik yang berlutut di hadapan barisan polisi memohon mereka untuk menahan diri.
Penduduk di ibu kota Myanmar, Yangon bahkan membuat blokade di jalan-jalan untuk menahan gerak pihak kepolisian dan militer. Mereka juga meletakkan potern bergambar Aung San Suu Kyi dengan tulisan "Dia adalah kepercayaan kami."
PBB Mengecam Tindakan Myanmar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam aksi militer Myanmar yang sewenang-wenang dan menyatakan keprihatinan serius terhadap meningkatnya jumlah kematian dan orang terluka dalam unjuk rasa damai. Selain itu menurut data Assistance Association of Political Prisoners ada 1132 orang yang telah ditangkap oleh pihak militer pada hari Minggu (28/2/2021) lalu.
Pakar independen PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews menyerukan agar dunia tidak cukup mengutuk apa yang terjadi di Myanmar.
“Kata-kata kutukan memang perlu dan disambut baik tetapi tidak cukup. Dunia harus bertindak. Kita semua harus bertindak," demikian pernyataannya yang dirilis AP, Senin (1/3/2021).
Mari berdoa untuk Myanmar agar gejolak politik yang terjadi disana bisa segera dapat diselesaikan dengan damai dan korban tidak terus berjatuhan. Berdoa juga untuk gereja dan umat Kristen Myanmar, agar dalam masa-masa genting ini iman mereka tetap dikuatkan dan dapat memberi dampak positif bagi negerinya.
BACA JUGA :
AS Berikan Sanksi! Biden Bekukan Akses Aset Jenderal Myanmar
Penting! Kudeta Buat Umat Kristen Myanmar Ketakutan dan Butuh Dukungan Doa
Sumber : Berbagai Sumber