Belakangan
ini, istilah resesi banyak didengung-degungnya di tengah masyarakat kita. Gak dipungkiri
pandemi global yang kita alami sepanjang tahun 2020 menghantam kondisi ekonomi banyak negara.
Salah satu
dampaknya adalah resesi ekonomi yang didefinisikan dimana perekonomian sebuah
negara tidak mengalami pertumbuhan selama 2 kuartal berturut-turut. Penyebabnya
adalah karena proses produksi maupun konsumsi barang suatu negara turun drastis selama periode yang sangat singkat (berkisar tiga sampai enam bulan).
Setiap kali
resesi ekonomi melanda, rasanya seperti akhir dunia bagi mereka yang terdampak. Banyak orang kehilangan pekerjaan, tabungan, rumah, dan rasa aman mereka.
Tapi siapa sangka,
apa yang kita alami saat ini rupanya sudah terjadi ribuan tahun yang lalu di
zaman Alkitab. Kalau kita baca secara menyeluruh, Alkitab mencatat dua kisah resesi ekonomi besar yang terjadi di masa itu.
Resesi pertama adalah ketika kelaparan melanda di zaman Abraham.
Bencana ini
berdampak pada kegiatan perekonomian bangsa yang dipimpin oleh Abraham
tersebut. Di tengah situasi itu, Ishak, putra Abraham pun terpaksa pindah ke wilayah Filistin untuk bisa tetap bertahan hidup.
Resesi kedua terjadi di masa kepemimpinan Yusuf di Mesir.
Kisah Yusuf
sebagai Perdana Menteri memiliki latar belakang bencana kelaparan besar yang
sedang melanda dunia. Bangsa-bangsa mendatangi Mesir untuk mendapatkan bahan
pangan. Mesir adalah negara super power
pada masa itu dan menguasai hampir seluruh dunia.
Sebagai Perdana
Menteri di Mesir yang dikenal sangat dekat dengan Tuhan, Yusuf sudah
mempersiapkan bangsanya jauh hari sebelum resesi terjadi (Kejadian 41).
Sehingga bangsa Mesir tidak terdampak resesi sama sekali. Sebaliknya, bangsa ini justru dipakai untuk memberkati bangsa-bangsa lain yang menghadapi kelaparan besar.
Yusuf
mendorong produktivitas pertanian untuk menghasilkan sebanyak mungkin bahan
pangan selama 7 tahun masa kelimpahan. Yusuf juga memastikan hasil panen
tersimpan dengan baik di lumbung-lumbung kerajaan Mesir. Sehingga ketika resesi
atau masa kelaparan tiba, Mesir bisa memenuhi kebutuhan pangan warganya, bahkan bangsa-bangsa lain di bawah kekuasaan Mesir.
Kisah Yusuf
menjadi contoh bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi resesi. Lalu,
bagaimana kalau ternyata kita gak punya persiapan apa-apa dan mengalami dampak resesi yang cukup berat? Apa sih yang harusnya kita lakukan?
Saat Ishak pindah
ke wilayah Filistin, dia berpikir kalau wilayah itu punya potensi perekonomian
yang lebih baik dari bangsanya. Tapi sebelum memutuskan untuk pindah, Ishak melakukannya dengan tuntunan Tuhan (Kejadian 26).
Walaupun di
masa-masa awal, dia tidak punya apa-apa. Ishak memilih untuk menabur (Kejadian
26:12). Ishak bekerja keras mengusahakan tanah, membuka sumber mata air, mengembangkan ternak hingga kondisi ekonominya pulih.
Baca Juga: Jadi Bahan Perbincangan, Apa Sih Resesi Ekonomi Itu?
Seperti apa
yang dialami Ishak, Alkitab di dalam Perjanjian Baru juga memberikan kita strategi yang tepat saat berhadapan dengan resesi.
Yakobus 5
mengingatkan para pengusaha untuk tetap berlaku bijak dan penuh kasih kepada
orang lain. Bahkan sekalipun sedang menghadapi tekanan ekonomi, para pengusaha
tidak boleh menahan upah karyawannya. Sebaliknya, mereka harus memastikan para pegawai tetap memperoleh bagian mereka.
"Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena
upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah
sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu." (Yakobus 5: 4)
Sementara bagi
setiap orang yang terdampak masa krisis resesi ini, Alkitab mengingatkan supaya
kita jangan takut dan kuatir. Melainkan tetap mengandalkan Tuhan dan memakai kreativitas yang Tuhan berikan untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi.
2 Timotius 3
juga menuliskan bahwa saat di tengah masa sukar, orang-orang akan memikirkan
dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Tapi sebagai orang percaya, kita justru
diminta untuk melakukan hal sebaliknya yaitu saling bertolong-tolongan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Tuhan sendiri
akan melindungi orang-orang yang mengasihi-Nya selama masa resesi terjadi. Kita
akan memperoleh perlindungan dan segala kebutuhan kita akan dicukupkan (Yesaya 33: 15-16).
Jadi, mari hadapi resesi ini seperti yang dilakukan oleh Yusuf dan Ishak. Jangan berpikir hanya untuk melindungi diri sendiri dan menjadi hamba uang. Di masa-masa krisis inilah, kesetiaan kita diuji. Jadi, pastikan kalau kita tetap melekat erat pada Tuhan. Sehingga kita bisa menghadapi situasi krisis ini sesuai dengan pimpinan-Nya, supaya kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus di tengah dunia ini.
Jika ada diantara kamu yang butuh seseorang untuk jadi
tempat mencurhatkan masalah yang sedang kamu hadapi, silahkan hubungi konseling
center SAHABAT 24 kami yang akan menjadi sahabat curhat, tapi juga berdoa
buat kamu. Kami siap untuk melayani 24 jam dengan klik DI SINI.