Tergerak dari pengalaman pahit yang dia alami di masa remaja,
Normala tergerak untuk merawat anak terlantar dan korban permerkosaan. Tindakan mulia ini bahkan sudah dimulai sejak dirinya masih berusia 19 tahun.
Tentu saja gak banyak remaja yang berpikiran demikian. Kalau sebagian
besar remaja masih berpikir tentang dirinya sendiri, maka Normala justru banyak
berpikir tentang apa yang dia bisa lakukan untuk orang lain selama dia hidup. Dan
panggilan inipun muncul suatu kali ketika dia banyak mendengar kabar tentang kasus penelantaran anak dan pemerkosaan.
Bersama dengan rekan-rekan lainnya, Normala mendirikan Rumah
Pengharapan Baru sebagai tempat penampungan dan pembinaan anak-anak terlantar dan
korban pemerkosaan sejak tahun 2001. Rumah ini sendiri berbasis di Bandung, Jawa Barat.
"Dengan anak jalanan, dengan pemulung, saya merasa ada
sesuatu yang beda dari kehidupan saya yang saya ingin berikan kepada mereka. Dan
kalau saya hanya menjumpai mereka, saya hanya memotivasi mereka dan memberi sedikit
yang saya miliki untuk mereka. Ya mendoakan mereka. Saya merasa masih kurang.
Dan akhirnya saya dan teman-teman berbicara dan kami mulai, dari satu teman
membawa seorang anak pemulung. Bertambahnya waktu anak-anak kita itu bertambah," demikian Normala mengisahkan perjalanan awal Rumah Pengharapan Baru.
Baca Juga: Henny & Yoanes Kristianus, Pasangan yang Layani Ribuan Anak Pedalaman dengan Modal Kemustahilan
Di Rumah Pengharapan Baru, dia dan tim telah menangani hampir
500 lebih anak dan wanita yang hamil di luar nikah. Anak-anak ini pun dibina baik
secara pendidikan maupun kerohanian. Setiap anak diberikan tanggung jawab untuk
menjalani berbagai rangkaian pembinaan yang sudah ditetapkan oleh Rumah Pengharapan Baru sampai mereka benar-benar mandiri dan pulih dari kondisi masa lalunya.
“Ketika mereka masuk ke tempat ini, di dalam ini ada kegiatan
internal dan eksterna. Kegiatan di dalam ini berupa mereka ada pembinaan, konseling,
seperti saat teduh pagi, teduh malam, ada kelas-kelasnya, ada mentoring juga,” terangnya.
Sementara untuk kelas eksternal, anak-anak yang ditampung di tempat
itu juga diperlengkapi untuk menggali pengalaman baru lewat kursus maupun kunjungan sosial ke daerah-daerah.
“Hal itu kami lakukan supaya anak-anak ini merasa bahwa diri mereka berharga, mereka dibutuhkan oleh banyak orang,” lanjutnya.
Ketulusan hati Normala dan rekan-rekannya yang lain dalam merawat
dan membina banyak anak-anak yang tidak diinginkan ini pun membuahkan hasil. Secara
pribadi, dia bersyukur karena dia menyaksikan apa yang dia kerjakan diberkati oleh
Tuhan. Khususnya melalui pertumbuhan yang dilewati oleh seorang anak yang dia
rawat sejak berusia dua minggu. Dia menyaksikan bagaimana anak tersebut dipulihkan Tuhan dan memiliki hati untuk mau menolong orang lain juga.
Melalui perjalanan pelayanan yang sudah berdiri selama 19
tahun ini, Normala menyampaikan bahwa menemukan panggilan hidup itu sangatlah
penting. Karena melalui panggilan, setiap orang berubah fokus dari mencintai diri sendiri menjadi lebih tergerak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.
Kepada semua anak muda, dia pun berpesan untuk ikut ambil bagian melakukan sesuatu untuk bangsanya dan orang lain sejak saat ini.
“Jadi mulailah dari sekarang. Yang mumpung masih muda, masih banyak tenaga, masih kuat dalam menghadapi setiap proses di dalam menjalankan panggilan itu sendiri,” pungkasnya.
Bagi kamu yang diberkati melalui kisah ini, yuk ikut bagikan ke
orang-orang terdekatmu. Dan bagi kamu yang mungkin butuh curhat atau dukungan
doa, kamu juga bisa mendapatkan pelayanan lewat konseling center kami Sahabat 24
DI SINI.