Ini Alasan Kenapa Gereja Harus Siap Beradaptasi Dengan Budaya Baru
Sumber: gkridc

Kata Alkitab / 2 June 2020

Kalangan Sendiri

Ini Alasan Kenapa Gereja Harus Siap Beradaptasi Dengan Budaya Baru

Lori Official Writer
2944

Bagian kitab 2 Samuel 6 mengisahkan tentang bagaimana Daud pertama kalinya menari dengan girang untuk Tuhan. Sayangnya, tindakan itu dipandang memalukan oleh istrinya Michal. Sebagai orang Kristen kita mungkin sering berada di posisi Michal. Kita merasa risih dan tidak menerima budaya baru yang masuk ke dalam gereja. Karena kita dibesarkan dengan tradisi gereja yang sangat konvensional dimana banyak gereja yang menganggap bernyanyi dengan musik dan bertepuk tangan saat menyembah Tuhan itu adalah sesat. Karena pandangan-pandangan semacam inilah ada banyak gereja yang pecah karena hanya mempermasalahkan tentang izin pemakaian piano saja. Hal ini membuktikan bahwa ada banyak gereja yang tidak belajar tentang budaya beribadah yang berbeda seperti yang dilakukan oleh gereja-gereja di India, dimana mereka memisahkan antara laki-laki dan perempuan saat beribadah.

Kebanyakan dari gereja hanya membicarakan budaya setelah hal itu dianggap bertentangan dengan tata cara ibadah pada umumnya.

Budaya dan Kekristenan

Dalam kisah Alkitab, Yusuf menyadari bahwa Dia akan menjalani kehidupannya dengan beradaptasi dengan budaya orang Mesir. Sebelum Yusuf menghadap Raja Firaun, dia mencukur jengotnya sebagaimana layaknya orang Mesir (Kejadian 41: 14) yang secara budaya sangat siginifikan. Dalam budaya Yahudi, menumbuhkan jenggot adalah sesuatu yang dihormati di Israel (2 Sam 10: 4-5) dan tidak di Mesir.

Yusuf mengungkapkan hikmat dengan menyesuaikan diri dengan budaya pada zamannya. Tapi dengan cara yang tidak melanggar prinsip alkitabiah. Jenggot benar-benar masalah budaya, bukan keyakinan. Dengan memakai bahasa Mesir, pakaian dan juga istri orang Mesir (Kejadian 41: 45), Yusuf mengidentifikasi dirinya sebagai orang Mesir dengan cara yang membuat pelayanannya lebih diterima. Tapi tidak dengan cara melanggar prinsip alkitabiah.

Selain itu, Daniel juga contoh paling kelihatan yang telah beradaptasi dengan budaya dalam Perjanjian Lama. Di Daniel 1 kita bisa menemukan bahwa dirinya dan ketiga teman nya ditawan di Babel. Secara berani mereka menolak perintah yang sangat bertentangan dengan keyakinan mereka dimana mereka harus memakan makanan yang dikaitkan dengan penyembahan berhala.

Tapi Daniel menolak untuk berhenti berdoa dan ketiga temannya nemilih menolak untuk menyembah patung emas. Apa yang dialami oleh keempat orang beriman ini jadi bukti bagaimana mereka harus menolak budaya baru yang bertentangan dengan iman mereka.

Sementara di gereja mula-mula di Yerusalem, budaya Yahudi sangat menentang aktivitas yang dilakukan orang-orang Kristen. 

Bagaimanapun budaya baru gak pernah salah selama nilai-nilai budaya itu tidak bertentangan dengan Alkitab. Apa yang dihadapi Daniel dan teman-temannya adalah contoh budaya yang bertentangan. Namun cara Daud menari untuk Tuhan tentu saja sesuatu yang sangat baru pada zaman itu, tapi sama sekali tidak bertentangan dengan iman. 

Orang-orang Kristen bisa saja beradaptasi dengan budaya tertentu, seperti yang dilakukan Yusuf, asalkan tidak bertentangan dengan Alkitab. 

Dengan kata lain, ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk mengatur praktik budaya kita. Budaya kita hendaknya tidak menjadi penghalang bagi ppemberitaan injil. 

Paulus sendiri mempraktikkan hal ini kepada semua orang Kristen.

"Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya." (1 Korintus 9: 21-23)

Bagi Paulus, injil adalah yang paling utama dan budaya adalah yang kedua.


Baca Juga: Hadapi New Normalmu Seperti Tindakan Filipus dan Nathanael Ini


Perubahan Budaya Dalam Gereja

Belakangan ini gereja secara besar-besaran mengalami perubahan kebiasaan. Sama seperti yang dilakukan Daud saat menari untuk Tuhan, gereja juga melakukan hal yang sangat asing dalam budaya gereja yaitu beribadah lewat layar ponsel atau secara online. Gereja pastinya gak pernah berpikir untuk menggantikan ibadah langsung. Tapi justru hal semacam itu terjadi saat ini. Gereja gak lagi dibatasi oleh gedung, tapi justru dianggap sangat terbuka dengan dunia di luar gerejanya. 

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami