Sama seperti sebuah taman, dimana seorang pekerja kebun harus
memilih antara mencabut gulma atau membiarkannya tumbuh dan merusak tanaman.
Begitu pula dengan orangtua. Anak ibarat taman yang penuh dengan beragam keindahannya.
Anak ibarat sumber kreativitas yang gak pernah berhenti. Tapi ada masanya ketika
rumput liar atau gulma mulai muncul dalam karakter mereka. Orangtua gak punya pilihan untuk merusak seluruh isi tanaman itu bukan?
Cara untuk mencabut gulma dari karakter anak adalah dengan
memperbaiki perilaku dan menyelamatkan karakter baik yang ada di dalam diri anak.
Gulma yang tumbuh di dalam diri anak bisa berbentuk kenakalan
dan keras kepala. Untuk mencabut gulma ini orangtua perlu melakukan cara yang tepat seperti:
1. Menerapkan pola disiplin yang konsisten
Saaat belajar naik sepeda, kita pasti akan jatuh beberapa
kali sebelum bisa menaikinya. Hal yang sama juga berlaku untuk anak-anak. Anak bisa mengulangi kesalahan yang sama dari waktu ke waktu.
Ingatlah Efesus 6 dan secara konsisten tunjukkan kepada anak perilaku yang benar. Jangan sampai kehilangan kesabaran untuk melakukannya.
“Dan kamu,
bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Efesus 6: 4)
2. Sampaikan ekspektasimu dengan jelas
Anak-anak umumnya berhasrat untuk menyenangkan orangtuanya. Saat
mereka melakukan hal itu, anak akan merasa aman. Tapi saat mereka tidak melakukannya, mereka akan bereaksi dengan satu atau dua cara.
Mereka akan merasa bersalah karena mengecewakan orangtua atau
menantang dan bertahan karena anak tahu orangtua sedang kesal. Mereka perlu
tahu bahwa mereka melanggar aturan. Ekspresikanlah kemarahanmu dengan jelas supaya anak mengerti bahwa mereka melakukan kesalahan.
3. Libatkan anak dalam mengambil keputusan
Kalau kamu sudah menerapkan dua pirnsip pertama, saatnya orangtua mulai menerapkan langkah ini.
Koreksilah perilaku buruk anak secara konsisten. Dengan cara
itu, anak akan berpikir dan menyadari kalau tindakan mereka menentukan konsekuensi yang akan mereka terima.
4. Terapkan displin saat dalam keadaan tenang
Waktu sedang kesal, orangtua sangat disarankan untuk tidak
mendisiplin anak. Karena emosi bisa sangat membunuh dan merusak tujuan yang
baik. Karena itu, cobalah menenangkan diri lebih dulu sebelum mendisiplinkan perilaku buruk anak.
Baca Juga:
Belajar Jadi Figur Ayah Teladan Dari Sosok Kobe Bryant
Biar Anak Sukses di Masa Depannya, Yuk Belajar Jadi Ibu Seperti di Film ‘The Blind Side'
5. Buat aturan tertulis
Aturan tertulis ini adalah semacam kesepakatan bersama antara orangtua dan anak.
Aturan tertulis ini bisa sangat membantu anak-anak belajar tentang apa yang penting untuk dilakukan.
Buatlah beberapa aturan di rumah dan sampaikan kepada anak bahwa
apa yang dituliskan harus dipatuhi. Semisal, anak harus mengerjakan pekerjaan rumah,
menonton televisi atau bermain di luar di jam-jam yang ditentukan. Dan di luar dari jam itu, anak harus melakukan hal lain.
Hal ini akan mengajarkan anak tentang pengaturan waktu dan membuat prioritas.
6. Bangun komunikasi yang baik
Komunikasi adalah kunci utama menjaga hubungan yang baik
dengan anak. Jangan biarkan anak memilih untuk diam dan tak melakukan komunikasi yang intens dengan orangtua.
Alkitab memerintahkan setiap orangtua untuk selalu
membicarakan tentang iman kepada anak. Jadi, bangunlah komunikasi dengan percakapan seputar firman Tuhan dan karakter Allah yang perlu anak tiru dan teladani.
7. Pilihlah kata-kata yang tepat
Kata-kata bisa jadi pisau yang tajam untuk melukai perasaan
anak. Salah memilih kata-kata atau mengucapkan kata-kata kasar kepada anak, maka anak akan selamanya mengingat ucapan itu.
Jadi, pilihlah untuk selalu memakai kata-kata yang tepat dan
baik saat sedang menasihati atau mengingatkan anak.
Hal yang paling penting untuk menyaksikan anak tumbuh dengan karakter
yang baik adalah selalu mendoakannya.