Pendeta asal
Korea Selatan, Jinwook Kim ditemukan tewas dengan luka tikaman di sekujur tubuh
di kota Diyarbakir, wilayah tenggara Turki. Dia diketahui sudah menetap di sana
selama lima tahun untuk memimpin sebuah gereja kecil di sana. Menyedihkannya, Jinwook
meninggalkan seorang istri yang tengah hamil tua dan seorang putra berusia empat tahun.
Christian Solidarity
Worldwide (CSW) menyampaikan kalau kematian Pendeta Jinwook disebabkan karena keyakinannya.
Seorang penginjil
yang tinggal di Turki membenarkan hal ini. Dia membantah jika kematiannya dinilai
sebagai kasus perampokan. Karena sehari sebelumnya kejadian, dia juga mendapat ancaman pembunuhan dan hal itu sering dialami oleh para penginjil Kristen di Turki.
“Mereka datang untuk membunuhnya,” katanya.
Sebelumnya lima
orang pria telah menyerang sebuah toko penerbitan Kristen di Malatya dan membunuh
dua orang Kristen Turki. Kasus ini telah menjadi konspirasi besar di negara tersebut
karena melibatkan pejabat negara setempat. Namun para pelaku telah menerima ganjaran hukum yang setimpal. Mereka akhirnya dijatuhi hukuman seumur hidup.
Kematian Pendeta
Jinwook mendapat keprihatinan dari pemimpin CSW Mervyn Thomas. Dia menyampaikan belasungkawa sekaligus menuntut penegakan hukum dari pemerintah Turki.
“Kami menyampaikan belasungkawa yang setulus-tulusnya kepada keluarga, jemaat dan orang-orang terkasih Pendeta Kim. Kami mendesak pemerintah Turki untuk menyelidiki sepenuhnya pembunuhan ini, dan meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu,” kata Thomas.
Baca Juga:
Mulai Akrab Dengan Trump, Presiden Turki Bersumpah Lindungi Umat Kristen di Suriah
Serangan Militer Turki Terus Meningkat, Pemimpin Gereja Minta Doa Untuk Kristen Suriah
Dia juga menyerukan
supaya komunitas Internasional mendesak pemerintah Turki untuk mengakhiri segala
macam bentuk diskriminasi terhadap agama minoritas dan menghormati kewajiban konstitusional
untuk melindungi dan menghormati hak-hak semua warga negara terlepas dari afiliasi agama atau latar belakang suku.
Sementara Komunitas
Kristen Turki mengaku telah mengalami diskriminasi agama sejak 2016. Bahkan ada banyak pendeta yang dideportasi dari negara tersebut.
Andrew
Brunson, pendeta asal Amerika bahkan dipenjara selama dua tahun karena dituduh sebagai
mata-mata. Namun dia akhirnya dibebaskan setelah pemerintah Amerika melakukan
perundingan dengan pemerintah Turki.
Hubungan
kerja sama yang semakin membaik antara Turki dan Amerika Serikat belum lama ini
tampaknya masih belum membuahkan perubahan terkait diskriminasi di negara tersebut.
Jadi, mari terus mendukung saudara-saudara seiman kita di sana, supaya perlindungan
dan penjagaan Tuhan menyertai langkah dan pelayanan mereka.