Setelah bebrapa hari memprotes tindakan keras yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap rumah ibadah, beberapa umat Kristen di Aljazair tengah-utara diusir paksa oleh polisi dari gereja mereka.
Dari hasil pantauan Christian Solidarity Wordlwide, sebuah
organisasi non pemerintah yang berbasis di Inggris, ada 20 negara yang mengalami penganiayaan dan
memiliki status konsultatif dengan AS, nggak cuma itu mereka juga melaporkan bahwa ada 3 gereja Kristen Algeria yang sudah di tutup bulan ini.
Menurut CSW tersebut, jumlah gereja yang sudah di tutup di Algeria sejauh ini semakin meningkat menjadi 8 gereja.
Nah, ternyata sejak tahun 2017 gelombang penutupan gereja
sudah dilakukan oleh pihak berwenang di negara mayoritas Muslim dan berdasarkan
undang-undang tahun 2006, semua tempat ibadah Kristen diotorisasi oleh badan pemerintah nasional.
Para kritikus mengatakan bahwa agensi itu, Komisi Nasional
untuk ibadah Non-Muslim, sebenarnya nggak bertemu dan karena itu, aplikasi untuk membangun gereja baru pun tidak dipertimbangkan.
Pada hari Rabu (16/10/19), polisi kemudian menutup Light Church di kota Tizi Ouzou di Aljazair tengah-utara dan mengusir para jemaat yang ada di gereja.
Penutupan paksa ini, diikuti dengan penutupan gereja lainnya
yaitu Protestant Church of the Full Gospel di Tizi Ouzou dan Source of Life Church di Tizi Ouzou, Makouda.
Salah Chalah, kepala kelompok l'Eglise Protestante d'Algérie mengatakan kepada Morning Star News, bahwa ia menerima pesanan gubernur di Tizi Ouzou pada hari Minggu kemarin yang menyerukan Protestant Church of the Full Gospel. di tutup.
Menurut Chalah, pemerintah gubernur sengaja menutup gereja karena igin balas dendam atas penutupan protes gereja yang diadakan di markas besar Provinsi Bejaia pekan lalu. Dia mengatakan bahwa pemerintah melakukan penutupan pada tanggal 9 Oktober, di hari yang sama ketika orang Kristen duduk di gereja dan berdoa.
BACA JUGA : Pihak Berwenang di Cina Hancurkan Gereja dan Menyeret Jemaat Keluar Paksa. Kenapa Ya?
"Setelah Tarek membaca pemeritahuan, mereka meminta saya
untuk menandatanganinya , tapi saya menolak. Tapi mereka bilang bahwa mereka
akan tetap bertindak. Kemudian saya memberitahu mereka, 'Bagaimana pun, pada
saat kalian datang lain, kami akan menunggu kalian, tidak peduli seberapa
banyak kalian, kami akan menunggu di dalam ruangan ibadah sambil memuji Tuhan
dan berdoa. Itulah cara kami menentang tindakan kalian," kata Chalah kepada Morning Star News yang kami lansir dari Christianpost.
Sementara itu, menurut CSW, Komisi Nasional Kristen
menginspeksi semua gereja di Tizi Ouzou pada Januari 2018 lalu. Setelah itu,
barulah mereka memerintahkan beberapa gereja untuk berhenti melakukan kegiatan karena dianggap ilegal walaupun beberapa gereja memang sudah tidak ada dan berfungsi selama bertahun-tahun.
"Kami sangat prihatin dengan penutupan Light Church, , the Full Gospel Church, dan the Source of Life Church di Aljazair utara. Penutupan ini melanggap Pasal 42 Konstitusi Algeria, yang menyatakan tidak dpat menganggu gugat kebebasan nurani dan pendapat dan menjami kebebasan beribadah bagi semua warga negara," kata kepala Eksekutif CSW Merwyn Thomas dalam sebuah pernyataannya.
CSW juga meminta agar pihak berwenang Algeria mengizinkan gereja yang ditutup dibuka kembali dan ploisi berhenti untuk menganggu komunitas Kristen.
"Kami juga mendorong Algeria untuk mencabut undang-undang 2006, yang secara efektif mengkrimininalkan kebebasan berserikat yang diakui secara internasional dan agama juga kepercayaan, " tambah Thomas.
Menurut World Watch List 2019 Open Doors USA, dari populasi
Algeria hanya terdiri 1 persen orang Kristen sementara itu, negara ini
menduduki negara terburuk urutan ke-22 yang kerap menganiaya orang Kristen.