Kay Warren,
istri gembala Gereja Saddleback Pendeta Rick Warren dengan terbuka mengakui bahwa
dirinya pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil. Bahkan sampai saat ini dirinya masih terus berjuang untuk pulih dari kenangan menyedihkan itu.
Kay pun menceritakan
kalau peristiwa itu terjadi di belakang auditorium gereja. Waktu itu dia masih berusia
enam tahun dan membuatnya harus menanggung rasa malu, cemas dan pronografi sampai dirinya beranjak dewasa.
Latar
belakang keluarga yang memandang pembicaraan soal seksual adalah tabu membuat Kay harus menyimpan pengalaman buruk ini sendirian.
“Aku tidak
memberitahu (masalah ini kepada) siapapun. Aku gak bisa bilang apa-apa. Entah
bagaimana aku tahu hal itu buruk, dan aku langsung menghapusnya dari ingatanku. Dan sejauh yang aku tahu, semua hal itu terkubur,” katanya.
Namun Kay menyadari
kalau ingatan soal pelecehan yang dialaminya terus muncul seiring dirinya
bertambah dewasa. Hal itu bahkan mempengaruhi cara pandangnya soal tubuh, seks
dan hubungannya. Dia mengalami ketertarikan seksual yang aneh dimana dirinya merasa seperti dua pribadi yang berbeda.
“Aku ingin
tahu, tapi rasa ingin tahuku tidak membuatku berani membicarakannya kepada orangtuaku karena sikap mereka yang sangat tertekan dan tidak nyaman,” katanya.
Pada
akhirnya Kay diserang depresi dan tindakan seksual yang membuatnya seperti baik di luar fisik dan menjadi pribadi yang sangat buruk di dalam.
Dia
bercerita bagaimana dia pertama kali bertemu dengan suaminya Rick di kampus. Dia
berkata kalau dirinya merasa tidak layak dicintai oleh Rick karena luka masa lalu itu masih terus menghantuinya.
Untuk itulah Kay mengaku masih terus menjalani pemulihan dari pelecehan seksual tersebut. “Aku berharap hari ini aku bisa mengatakan kalau tak lagi ada efek pelecehan itu,” katanya dalam Konferensi Caring Well yang diadakan oleh komisi Etika dan Konvensi Kebebasan Beragama Baptis Selatan terkait krisis pelecehan yang dihadapi gereja-gereja.
Sebagai korban
pelecehan seksual, Kay mendukung semua orang, khususnya orang percaya, untuk sembuh
dari pengalaman buruk yang mereka alami. Baginya, pemulihan itu pasti bisa terjadi dan hal itu harus dilakukan setiap hari.
“Setiap hari
itu adalah satu hari lebih dekat dengan pemulihan total dan penuh yang selalu
dirindukan oleh jiwaku, dan pemulihan itu akan terjadi dan menjadi milikku selamanya sampai pada hari kebangkitan datang,” terangnya.
Soal pengalaman
dilecehkan secara seksual ini sendiri sudah ditulisnya dalam bukunya berjudul Sacred Previlage. Ibu dari Amy, Josh dan
mendiang Matthew ini juga mengakui jika di awal-awal pernikahannya dengan Rick, ada banyak masalah yang muncul.
“Kami hanya
tak tahu harus berbuat apa atau bagaimana menciptakan pernikahan yang sehat dari potongan konflik, kekecewaan, disfungsi, dan sakit hati,” katanya.
Pemulihan dalam pernikahan mereka terjadi setelah keduanya mencari bimbingan konseling pernikahan. Dia mengaku bahwa Tuhan sepertinya memakai perjuangan dan kegagalan di dalam rumah tangga untuk menarik keduanya semakin dekat dengan Tuhan dan memperkuat hubungan satu sama lain.
Baca Juga : Tidak Terduga, Kay Warren Ungkap Sisi Kelam Diri dan Rumah Tangganya Bersama Rick Warren
Sampai saat
ini, Kay bersyukur karena Tuhan masih terus berkarya dalam hidupnya dan juga keluarganya.
“Kami sudah
melewati masa-masa dimana saya menderita kanker payudara dan melanoma. Kami
tetap bertahan di saat anak kami, Matthew, menderita gangguan jiwa dan bunuh
diri. Dan sekarang kami tahu. Kami mengetahui bahwa kami adalah hal terbaik
yang pernah terjadi satu sama lain,” tandasnya.
Pelecehan seksual
bisa terjadi kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Bahkan istri seorang
pendeta sekalipun menyimpan pengalaman pahitnya selama puluhan tahun karena pelecehan
seksual masih dianggap sebagai tindakan yang tabu untuk dibicarakan. Tapi zaman
telah berubah, sebagai orang-orang percaya yang tahu soal kebenaran, menjadi korban
pelecehan seksual adalah hal yang harus dibicarakan dengan serius. Sehingga menjadi
tanggung jawab kita untuk mencegah tindakan tersebut terjadi atas anak-anak kita
dan sekaligus mendukung para korban untuk mengalami pulihan sepenuhnya.