Seorang penjual buku dari kotab Bukan di Iran di ketahuan menjual Alkitab dan ditangkap oleh Otoritas alias polisi Iran.
Dia adalah salah satu dari banyaknya orang di Iran yang dianiaya bahkan ketika menyebarkan injil.
"Jika kita tetap setiap pada panggilan kita, keyakinan
kita adalah melihat bangsa berubah di masa depan kita, "kata seorang pemimpin gereja setempat kepada Open Doors.
Jadi, pada tanggal 11 Juni, pihak berwenang berhasil menangkap
Mustafa Rahimi, seorang pria Kurdi dari Bukan di sebuah Provinsi dekat Azerbaijan Barat lantara menjual Alkitab.
Tapi organisasi HAM di Hengaw berhasil melaporkan sehingga
Rahimi dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu keputusan hukumannya, dan
sekarang dia berada di penjara Bukan setelah ditahan kembali pada pertengahan Agustus lalu.
Menurut HAM Hengaw, hukumannya cuma 3 bulan dan satu hari,
tapi dikutip dari Mohabat News, Rahimi kembali ketahuan menjual Alkitab lagi sehingga akhirnya dia hukum menjadi 6 bulan.
Sementara itu, International Christian Concern melaporkan
bahwa daerah dimana Rahimi tinggal secara konsisten menjadi diawasi secara ketat
oleh petugas intelojen dan pejabat politik karena daerah tersebut berdekatan dengan perbatasan Irak dan ada banyak kelompok asing yang juga tingga disana.
BACA JUGA :
Setelah Diubahkan, Pendeta Ini Bikin Serial Untuk Membantu Anak Kecil Mengenal Yesus
Bukan rahasia umum lagi bahwa sebenarnya pemerintah Iran kerap
menindas orang Kristen, bahkan menurut Mohabat News, penindasan orang Kristen
oleh pemerintah Iran semakin meningkat secara signifikan selama 40 tahun
terakhir. Setelah Revolusi Iran dan pendirian Republik Islam disana tahun 1979
silam, pihak berwenang secara remsi melarang Alkitab, atau membuat penginjilan menjadi ilegal, atau memaksa misionaris untuk meninggalkan negara itu.
Meski demikian, Iran termasuk negara dengan pertumbuhan gereja tercepat di dunia.
Tapi, Open Doors justru memiliki data dimana Iran termasuk
negara yang terburuk dan menduduki urutan ke 9 di dunia sebagai negara yang
penuh penganiayaan terhadap orang Kristen, bahkan ini sangat menonjol sekali, dan tampak jelas dari para pejabat tertinggi negara tersebut.
Mahmoud Alavi sebagai Menteri Intelijen Iran, secara terbuka menyatakan
bahwa lembaganya mengambil langkah-langkah untuk memerangi konversi massal ke agama Kristen yang menurutnya terlihat tepat dibawah matanya.
Perlu dicatat bahwa Alavi nggak meremehkan jumlah orang yang
beralih ke agama Kristen, dan dia juga tidak menyalahkan konversi pada plot
Barat terhadap satu negara. Sebagai gantinya, ia justru mengatakan bahwa orang
yang bertobat ini adalah orang-orang biasa yang pekerjaannya menjual roti lapis.
Ini adalah berita baik dan benar-benar menggembirakan, tapi
bagaimana pun orang Kristen tetap berbahaya di Iran bahkan ada banyak dari
mereka yang percaya malah lari ke luar negeri. Sayangnya nasib mereka tetap
berakhir buruk, seperti seorang pengungsi Iran yang melarikan diri ke Yunani dan dipenjara 2 kali di Iran karena ketahuan menginjil.
Nggak cuma dipenjara selama 2 kali, dia juga kehilangan uang
100 pound dan dipukuli dengan begitu kejam, tapi apapun yang di deritanya, dia
berkata bahwa itu tidak sia-sia bagi Yesus.
Dikutip dari Churchleader bahwa Open Doors melaporkan bahwa
ada 37 orang Kristen yang ditangkap pada tahun 2019 ini. Penangkapan yang
terakhir ini menjadi sebuah pengingat bagi kita semua, bahkan bangsa Indonesia
sekalipun untuk benar-benar berdoa agar semua orang yang ditangkap tersebut
bahkan di seluruh bangsa yang tidak terekspos media, diberikan kekuatan. Perlu
juga kita berdoa untuk saudara kita di Iran yang sudah mengancam dan menangkap
atau memenjara, bisa berpaling kepada Yesus dan mengikutinya.