Dalam Hal Menyelamatkan, Diri Kita Sendiri Itu Nomor Satu, Lho
Sumber: marineinsight

Kata Alkitab / 14 June 2019

Kalangan Sendiri

Dalam Hal Menyelamatkan, Diri Kita Sendiri Itu Nomor Satu, Lho

Inta Official Writer
1952

Belum lama ini, saya membaca sebuah status Whatsapp teman sekantor mengenai misi penyelamatan untuk orang-orang yang tenggelam. Ia bercerita soal korban yang tewas saat tenggelam dalam air. Banyak berita yang mengungkapkan bahwa ada orang yang berusaha menolong orang yang tenggelam, tetapi malah dia yang jadi korban yang meninggal. Ada pula yang keduanya tidak selamat.

Bagi orang yang sudah terlatih menyelamatkan orang tenggelam, ada beberapa syarat yang perlu diikuti saat hendak mengikuti proses penyelamatan korban tenggelam, yaitu: merupakan perenang profesional dan tubuhnya harus fit saat bertugas.

Selain itu, salah satu prosedur yang penting untuk diikuti adalah untuk tidak langsung melompat ke arah korban. Seseorang yang pernah bekerja menjadi relawan menuliskan, "Bila seseorang tenggelam, jangan langsung melompat ke arahnya untuk menolong. Biarkan dia untuk beberapa saat higga ia lemas dan saar seluruh badannya sudah masuk ke dalam air: hitung hingga 3 detik lalu lompal dan langsung angkat dia ke atas air.”

Prosedur ini bukan tanpa alasan, tetapi merupakan cara keamanan bagi pihak relawan dan korban itu sendiri. Prosedur menunggu korban sampai lemas dan tubuhnya tenggelam dapat mempermudah relawan saat menolong korban tenggelam.

Sebab, kalau kita nekat langsung nyemplung dan menolong korban, biasanya kondisi orang yang tenggelam punya tenaga dua kali lebih kuat dari biasanya. Ia akan merusaha untuk meraih apa pun yang ada di dekatnya dengan sekuat tenaga dan berusaha untuk menjadikannya sebagai pijakan agar ia bisa selamat.

Inilah yang sering menjadi alasan kenapa ada orang yang bermaksud menolong, tetapi malah ia yang menjadi korban.

Melihat cerita dari teman saya ini mengingatkan kita pada berita yang nggak asing lagi buat orang percaya. Kita sering mendengar kalau orang-orang yang meninggalkan Tuhan nggak Cuma berasal dari kalangan jemaat, melainkan juga mereka yang disebut sebagai pakar dan ahli teologi.

Setelah mereka memberitakan Kabar Baik dan banyak orang yang percaya karena pemberitaan yang ia sampaikan, malah ia sendiri yang meninggalkan imannya. Hal ini bukan karena pemberitaan yang disampaikan itu salah. Tetapi karena ia tidak tahu cara menyelamatkan dirinya sendiri.

Dalam 1 Korintus 9:26-27,

“Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”

Aayat di atas mengingatkan kita untuk mengetahui dengan jelas soal tujuan kita. Sehingga kita nggak menjadi petinju yang memukul dengan sembarangan. Sebelum memulai misi penyelamatan, Paulus mengingatkan untuk bisa menguasai tubuh kita.

Sehingga ketika menemui tantangan, godaan, dan hambatan saat menjalani misi, ia tetap tahu cara untuk bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Cara yang bisa ikut kita teladani adalah milik Paulus ini, dimana ia mempersiapkan diri dengan bergantung pada hikmat Tuhan. Kita harus bisa tahu kapan waktu yang tepat dan bagaimana ara berbicara yang bisa diterima oleh orang yang kita kabarkan tersebut.

Kita tidak bisa asal pukul. Caranya? Dengan melatih diri kita untuk bisa menguasai keinginan duniawi kita. Seperti para relawan yang tahu prosedur penyelamatan yang benar, seharusnya kita juga tahu mengenai cara menyelamatkan jiwa-jiwa yang benar dan tepat.

Untuk itu, yuk jadi pemberita Kabar Baik yang menguasai ilmu misi penyelamatan. Dengan begitu, saat orang lain selamat dari pemberitaan kita, kita sendiri tidak ditolak oleh Tuhan. Atau, buruknya,  justru kita dan orang yang kita injili sama-sama ditolak oleh Tuhan.

 

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami