Duh, kok anak saya cowok, tapi
senangnya boneka, ya? Nggak cuma itu, anak saya juga ternyata lebih suka warna
soft seperti pink. Apakah ini akan berpengaruh buat masa dewasanya kelak?
Apalagi sekarang kan sedang marak berita soal pindah gender atau jenis kelamin.
Pertanyaan ini diwakili oleh
seorang Ibu muda bernama Sasi. Ibu ini merasa cemas dengan perkembangan putra
bungsunya, Rian (4,5 th) yang sangat pemalu dan sikapnya cenderung lembut.
"Dia sering menolak kalau
disuruh main bola di luar bersama teman-temannya, maunya di dalam rumah terus.
Apakah ini ada pengaruhnya dengan ketiga kakaknya yang semua perempuan?" tanya Sasi.
Nggak sendirian, ternyata banyak orang tua yang khawatir dengan sikap ini, lho.
Beberapa orang tua sering
mempermasalahkan mainan yang dipilih putra-putrinya. Padahal, menurut Psikolog
Rose Mini, MPsi, dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, setiap anak
punya keunikan dan minat yang berbeda-beda. Jadi sebenarnya tak ada yang salah
jika anak perempuan main mobil-mobilan, atau cowok yang suka dengan bermain boneka.
"Yang menentukan anak
laki-laki harus main apa atau diidentikkan dengan warna biru adalah tendensi
sosial. Sebaiknya orang tua jangan mengkotak-kotakkan anak-anak. Justru mereka
harus diperkenalkan pada berbagai jenis permainan," kata psikolog yang biasa disapa Romi ini.
Mengenai pengaruh kakak atau adik
yang berbeda gender, menurut Romi mungkin saja ada pengaruhnya. Tetapi hal itu
tidak perlu dikhawatirkan. "Kalau ada anak laki-laki yang sikapnya lembut,
ada kemungkinan hormon perempuan dalam dirinya lebih dominan. Tapi hal itu harus dilihat lebih dalam lagi dan dikonsultasikan pada dokter," paparnya.
Hal yang perlu diperhatikan soal kebiasaan anak
Yang perlu dijaga, menurut Romi,
adalah jika anak tidak merasa dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
anak laki-laki tapi terlalu mengidentifikasi dirinya dengan anak perempuan, dan ingin selalu memakai rok.
Sementara itu, sifat pemalu pada
anak-anak adalah hal yang wajar, bisa terjadi pada anak lelaki atau perempuan.
Bisa karena pada dasarnya ia memang pemalu atau karena ia kurang nyaman bergaul dengan teman sebayanya. Orang tua sebaiknya jangan memaksa anak untuk bergaul.
Untuk menumbuhkan minat anak bermain
dengan teman-teman sebayanya, orang tua bisa membantu anak untuk berteman.
Misalnya dengan mengundang teman-temannya untuk main di rumah atau melakukan
aktivitas permainan yang disukai anak-anak. Bila ia sudah tampak nyaman
bergaul, tanpa disuruh pun anak akan mencari teman-temannya.
Kita harus ingat kalau pendidikan
karakter anak yang paling penting dibangun sedini mungkin. Karena itu, ruang
lingkup bermain anak juga sangat penting untuk menentukan kepribadian anak.
Sebagai orang tua, kita harus bisa membimbing anak-anak dengan memperhatikan
dengan siapa ia akan berteman.