Berada Pada Level Yang Sama Bisa Jadikan Pasangan Kita Sepadan, Yuk Dalami Prinsip Sepadan

Single / 3 June 2019

Kalangan Sendiri

Berada Pada Level Yang Sama Bisa Jadikan Pasangan Kita Sepadan, Yuk Dalami Prinsip Sepadan

Inta Official Writer
2088

"Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia."

(Kejadian 2:20)

Saat kita mencari pasangan, Alkitab bilang kita perlu mencari sosok yang sepadan. Disini, sepadan bisa disamakan sebagai pribadi yang seimbang. Kita perlu mempertimbangkan kesesuaian atau kompabilitas antara diri kita dengan pasangan. Tuhan sendiri mau kita punya pasangan yang seimbang di dalam kehidupannya.

Sepadan merupakan kunci dari sebuah hubungan yang kuat. Tidak selalu berarti sama persis, tetapi bisa jadi berbeda namun tetap bisa melengkapi dan saling menerima. Kesesuaian yang diminta dari sosok yg sepadan ini bisa meliputi berbagai bidang. Baik itu ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kerohanian, dan juga sikap atau gaya hidup.

Inilah kenapa sebaiknya kita cukup berhati-hati juga cermat saat mencari pasangan yang sepadan ini. Pikirkan kembali deh, pernikahan cuma kita alami sekali seumur hidup, lho. Masa iya kita mau salah pilih dan menghidupinya sepanjang waktu?

Sepadan juga berbicara soal komunikasi yang terjalin antara kita dan pasangan. Komunikasi yang intens, contohnya. Lewat komunikasi ini, kita bisa menjadi kedekatan bersama dengan pasangan.

Beberapa respon yang perlu kita perhatikan adalah komunikasi dua arah, informasi yang dibagikan, tanggapan, pesan atau kesan yang didapatkan dari komunikasi tersebut. Jelas dong, kita yang cuma tamatan SMA, sementara pasangan bergelar doktor akan sedikit 'jomplang' saat membangun pola komunikasi.

Mungkin mereka akan baik-baik saja di tahun pertama, tetapi tahun berikutnya, mereka akan sadar kalau ada beberapa obrolan yang dianggap tidak nyambung.

Bicara sepadan juga nggak berari seiman. Tapi juga mencangkup satu level yang sama, serupa, termasuk dalam hal kerohanian. Kadang meski kita seiman, satu gereja, tingkat kerohanian yang berbeda juga bisa menjadi hambatan dalam membangun hubungan.

Coba aja deh, misal kita terbiasa dengan membayar perpuluhan, dan membangun mezbah doa di pagi hari, sementara pasangan tidak. Pasti akan ada selisih paham yang bisa terjalin kalau tidak dibicarakan bersama.

Sepadan itu perlu diusahakaan

Karena itu carilah pasangan hidup yang sebanyak mungkin persamaannya, dan terus kembangkan, bangun persamaan itu selama pacaran. Bahas hal-hal penting dalam hidup ini selama pacaran. Bahas cita-cita, nilai uang, konsep hidup, tujuan hidup, bagaimana nantinya pola keuangan rumah tangga dengan saling bertanya dan bercerita bagaimana orang tua masing-masing mengelola uang mereka dan berikan tanggapan pribadi mengenai pola semacam itu dan juga katakan soal cita-cita kita.

Bangun "kesepadanan" dalam hal kerohanian yang akan menjadi fondasi yang sangat kuat dalam pernikahan kita. "kesepadanan" juga tidak turun dari langit tetapi bisa dibangun, namun tetap memerlukan dasar-dasar kesepadanan yang kuat.

Dikutip dari pengalaman Ir. Jarot, ia menikah dengan teman hidup yang sangat banyak perbedaannya. Ia berasal dari suku Jawa, sementara istrinya keturunan Tionghoa.

Kulitnya berwarna coklat, sementara istrinya putih.  Pak Jarit berlatar belakang ekonomi jauh di bawah garis kemiskinan, sementara istrinya kelas menengah. Dia dididik dengan norma, etika, dan kebersihan yang longgar, sementara istrinya tidak.

Namun, ada hal lain yang memperkuat hubungan mereka. Yaitu tingkat pendidikan yang sama, sehingga mereka bisa menjadi teman yang baik dalam bertukar pikiran.

Tujuan mereka juga sama, yaitu dengan berlandaskan Firman Tuha, pun nilai-nilai kekristenan yang mereka miliki, karena sama-sama mengikuti "pemuridan" yang radikal selama beberapa tahun semasa kuliah dan pelayanan di kampus dan di persekutuan.

Ia dan istrinya merupakan guru sekolah minggu dan mencintai Yesus secara sungguh-sungguh, sama-sama warga Kerajaan Sorga, sama-sama hamba Allah.

Sepadan bukan berarti sama, tetapi memiliki sebanyak mungkin persamaan. Teman hidup, adalah pasangan yang saling melengkapi. Pernikahan bukan untuk menjadi sama, tetapi untuk menjadi satu, untuk saling melengkapi.

Bahkan orang yang sepadan pun bisa ounya banyak sekali perbedaannya. Kalau sudah begitu, jangan langsung ambil kesimpulan kalau kita telah salah pilih atau tidak berjodoh. Tetapi bangunlah kesepadanan dan luruskan sendiri konsep-konsep pernikahan.sebab menikah berarti melengkapi.

Sekali lagi, Menikah bukan untuk menjadi sama, tetapi menjadi satu.

Mengapa untuk menjadi satu dan bukannya menjadi sama? Karena pria dan wanita memang berbeda. Ada sesuatu yang diambil dari pria dan tidak ada lagi dalam dirinya, tetapi menjadi ada dalam diri wanita. Menikah mempersatukan pria dan wanita kembali untuk saling melengkapi. Fungsi saling melengkapi akan berjalan dengan baik, jika pasangan tersebut sepadan, seimbang, atau selevel.

"Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (Kejadian 2:21-23).

Sumber : Love Sex Dating – Ir. Jarot Wijanarko

Sumber : jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami