"Aku udah capek sama kamu, aku lelah!"
“Yaudah kalau udah nggak sanggup lagi, tinggal cerai saja kan?”
Adalah setan yang akan selalu membisikkan manusia untuk berpikir gegabah, emosi dan nggak berpikir panjang.
Apalagi soal pernikahan, nggak sedikit pasangan suami istri
yang menggugat cerai pasangan hanya karena diliputi rasa marah sementara, salah paham dan kurangnya keterbukaan komunikasi.
Bahkan mereka memutuskan untuk berselingkuh dan lain sebagainya.
Padahal sebenarnya kan, ketika berumah tangga pasangan harus
bisa melatih kesabaran yang ekstra, dan saling terbuka satu sama lain mengenai
hal-hal yang di rasa tidak sesuai, lalu membicarakannya dengan baik-baik dan rendah hati.
Nah, asal kamu tahu saja bahwa inilah hal-hal yang kerap sekali menjadi pemicu
perselingkuhan, kekesalan, amarah hingga perceraian dalam rumah tangga. Kerap diabaikan nih!
1. Dikira
demi kebaikan pasangan, kamu menjadi orang yang kerap menuntut pasangan untuk menjadi yang terbaik dan memenuhi setiap kebutuhan kamu
Mulai dari gaya pakaian pasangan, rambut, hingga cara makan pun kamu permasalahin.
'Sayang,
please deh. Jangan pake baju begituan lagi. Aku nggak suka lihatnya. Ini saja biar makin cakep.’
Sementara pasanganmu menyukai gaya pakaiannya dan baju tersebut, kamu malah melarangnya alih-alih demi gengsimu.
Kalau itu seksi dan mencolok, okelah. Tapi bukan berarti selalu kamu permasalahin selalu kan?
Pasangan tentunya nggak suka di tuntut berlebihan dan ditekan begitu, bukan?
Nggak cuma itu, kamu juga ingin ini dan itu dari pasangan.
"Kerja
keras dong yank, biar bisa beli sofa yang merah itu, lalu mesin cuci diganti
yang otomatis dan secepatnya pake AC. Panas. Kamu gimana sih, nggak kasian liat aku?"
Akhirnya suamimu bekerja mati-matian tuk mendapatkan itu.
Akibatnya, dia menjadi sering marah-marah karena kamu nggak cuma nuntut beliin ini itu, tapi juga baju baru, make up dan lain-lain
Iya sih, untuk kepentingan bersama dan wajar minta uang sama
suami. Tapi bersabarlah sedikit, jangan menuntut terlalu paksa atau berlebihan juga. Itu bisa bikin dia marah dan lelah sama kamu. Dia masih manusia, euy!
2. Karena
sibuk kerja, pikirmu melakukan seks dengan pasangan bukan sebuah prioritas dulu. Tapi dia sudah menunggu lama!
Dalam hidup ini, kalau nggak bekerja, pastilah nggak makan.
Tetapi bukan berarti kamu menjadi seseorang yang sibuk sekali sampai mengabaikan seisi rumahmu kan? Apalagi pasangamu?
Perempuan itu suka dihargai, suka di beri kasih sayang seperti
hal-hal romantis, pelukan dan quality time, sedangkan pria suka dihormati dan hubungan seks.
Jadi, tetaplah prioritaskan kebutuhan pasangan kamu.
Jangan mengabaikan keintiman seksual dan emosi, karena itu penting sekali.
Kalau kamu gagal melakukan ini, maka jangan heran kalau
pasanganmu selingkuh dengan perempuan lain atau pria lain karena mengharapkan seks atau kasih sayang yang tak ditemui darimu.
3. Karena kalian memberi diri untuk diracuni oleh sebuah kebencian
Yang namanya sebuah pernikahan, adalah wajar jika memilih kericuhan atau berantam kecil-kecilan.
Masalahnya, bagaimana cara kalian menyelesaikannya?
Apakah kalian menyimpan dengan kebencian, atau berdoa bersama dan saling mengampuni?
Banyak sekali pernikahan yang setelah berantem, tak lagi
saling komunikasi sekian hari. Lalu seminggu kemudian, berkomunikasi lagi seakan tak ada masalah yang terjadi.
Lalu berantem lagi, semua luka atau kejadian beberapa hari lalu muncul dan membuat amarah yang lebih besar.
Duh, kalau begini, kalian bisa pukul-pukulan loh suatu nanti karena banyaknya benci dihati kalian.
Akibatnya, kalian mulai ngerasa nggak cocok lagi dan ingin
bercerai. Padahal kebencian itulah yang jadi tembok dalam pernikahan kalian.
Kalau kebencian itu diruntuhkan dengan cara berdoa dan mengampuni, maka kalian mungkin tak akan bercerai. Kasihan anak-anakmu, euy!
Gimana? Segitunya loh. Nah, kalau kamu nggak mau bercerai
dengan pasangamu, sebaiknya jauhi sikap di atas deh. Daripada menyusahkan diri
ke depan dan kasihan anak-anakmu juga, mending kamu hidup dalam kasih deh.
Meski nggak mudah, pasti bisalah. Ya kan? Tuhan percaya, kamu bisa!
1
Korintus 13:4-7: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak
bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu."