Jim Howard, salah satu pendeta di Kampus Valencia yang merupakan bagian
dari Real Life Church (RLC) California ditemukan tewas di rumahnya dengan luka tembak di bagian kepala pada hari Rabu, 23 Januari 2019 lalu.
Berdasarkan berita yang dirilis oleh ChristianToday.com, Howard diyakini bunuh diri lantaran mengalami depresi akibat penyakit mental yang dideritanya.
“Dengan berat hati saya mengkonfirmasi bahwa kami mengalami kehilangan
yang tragis atas staf gereja kami minggu ini. Pada hari Rabu, 23 Januari 2019, Jim
Howard, seorang pendeta terkasih di RLC bunuh diri,” tulis Rusty George, seorang pendeta RLC dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Facebook.
George mengaku, Howard adalah sosok pria luar biasa yang
memiliki kasih mendalam kepada Tuhan dan memiliki keinginan kuat untuk membagikan kasih itu kepada siapapun yang ia temui.
“Ketika berbicara dengan beberapa temannya saya menemukan bahwa dia diketahui sedang dalam pengobatan dan tiba-tiba bunuh diri, sesuatu yang sangat tidak disarankan,” terangnya.
Baca Juga :
Disayangkan, Pendeta California Putuskan Bunuh Diri Karena Alasan Ini
Lagi-lagi, Pendeta Prancis Ditemukan Tewas Bunuh Diri
Dia mengaku, tak seorang pun yang tahu betul soal pergolakan
dan masalah batin yang sedang dialami Howard. Bahkan orang paling dekat dengannya
pun tak sepenuhnya tahu. Kadang dia berkomentar tentang masalahnya ke beberapa orang, namun seperti biasanya mereka sering tak menganggapnya serius.
“Karena Jim suka bercanda dan bersenang-senang. Dan saat melihat ke belakang, saya pikir kapan pun kalian melihat ke belakang kemungkinannya adalah 20/20,
kamu akan mulai menyatukan beberapa tanda-tandanya. Tapi kamu tidak akan pernah benar-benar tahu kegelapan di balik hidup seseorang,” lanjutnya.
Seperti informasi yang didapatkan dari LinkedIn, Howard
adalah pendeta utama di Kampus Valencia RLC pada Juli 2018. Dia juga melayani sebagai direktur eksekutif di RLC selama tiga tahun terakhir.
Sayangnya, Howard ditemukan tewas dengan luka
tembak yang dilakukannya sendiri di halaman belakang rumahnya di Valencia. Dia diyakini telah mengidap penyakit mental yang membuatnya mengalami ketergantungan dengan obat.
George menjelaskan semoga kematian Howard menjadi pelajaran penting
bagi orang-orang Kristen yang mengalami sakit mental untuk tidak mengabaikan obat-obatan
dari dokter saat sedang sakit.
“Obat adalah sesuatu yang sangat kuat dan saya pikir di
komunitas Kristen ada stigma yang berkata, saya tidak akan minum obat, saya
hanya akan berdoa saja. Yah, kadang-kadang jawaban Tuhan kepada kita adalah ‘OK’ tapi juga kita perlu mengkonsumsi obat,” kata George.
Dia juga berjanji agar gerejanya terus menyuarakan soal masalah kesehatan mental dan masalah bunuh diri lebih terbuka.
“Baru 15 tahun di komunitas ini dan melihat tingkat bunuh
diri yang meningkat di komunitas kami. Menurut beberapa statistik, RLC adalah salah
satu yang mengalami kasus bunuh diri tertinggi di negara ini (Amerika Serikat),
dan yang kebanyakan dilakukan oleh pria berusia 40 dan 55 tahun. Ini adalah epidemic
yang perlu kita bicarakan,” tandasnya.
Dalam beberapa tahun ini, kasus bunuh diri terus meningkat di
kalangan pemimpin gereja. Salah satu masalah terbesar bagi mereka yang memilih
bunuh diri adalah karena masalah kesehatan jangka panjang. Jadi, mari gereja-gereja
untuk terus terbuka untuk membicarakan masalah kesehatan mental mengingatkan bahwa pengobatan kesehatan itu penting di
tengah pelayanan.