Dua bom yang hanya
berjarak dua menit meledak di gereja Katedral Katolik Roma di wilayah selatan kepulauan
Jolo, Filipina dan menyebabkan setidaknya 20 orang tewas dan melukai ratusan
orang. Menurut pihak berwajib, serangan bom terjadi saat misa sedang berlagsung.
Kejadian pada hari
Minggu, 27 Januari 2019 itu menewaskan
15 orang penduduk sipil dan lima prajurit, ditambah dengan korban luka sebanyak
111 orang.
Melalui sebuah website,
kelompok radikal ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) mengklaim menjadi
dalang peristiwa mengerikan itu.
Menurut berita yang
dirilis Aljazeera.com, bom pertama meledak di dekap gereja katedral Jolo, di
pusat pemerintahan Provinsi Sulu, kemudian bom kedua meledak saat pihak
keamanan meresponi serangan itu.
“Angkatan bersenjata Filipina
akan bangkit untuk menantang dan menghancurkan para criminal tidak bertuhan
tersebut,” demikian pernyataan resmi juru bicara Presiden Duterte, Salvador
Panelo.
Paus Fransiskus mengutuk
serangan bom berdarah tersebut dan mengajak umat berdoa bagi para korban dan
keluarganya. Ia menyatakan bahwa “Komunitas Kristen tenggelam dalam duka.”
“Semoga Tuhan, Raja
Damai, mengubah hati yang penuh kekerasan dan mengaruniakan kepada penduduk di
wilayah itu hidup berdampingan secara damai,” demikian doa dari Paus
Fransiskus.
Pulau Jojo sendiri
dikenal sebagai sarang kelompok Abu Sayyaf, kelompok Islam radikal Filipina
yang kerap melakukan aksi pembajakan, penculikan dan meminta tebusan uang untuk
sejumlah warga negara asing yang diculiknya.