Kebiasaan yang kita lakukan, memang seringkali disepelekan.
Tetapi jangan salah, kebiasaan tersebutlah justru akan membuat pengeluaran kita
menjadi membengkak. Misalnya, membeli barang sekali pakai, menunda ganti oli
mobil, membawa uang cash dalam jumlah yang banyak, belanja tanpa rencana, hingga mengambil ATM dari mesin ATM bank lain.
Sebagai orang Kristen, sepatutnya kita bisa berhikmat dalam
hal ini. Mendengar nasihat-nasihat mengenai keuangan dari Alkitab, seperti dibawah ini, misalnya :
1. Bersyukur
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki adalah dari Tuhan.
Rasul Paulus bertanya, "Sebab siapakah yang menganggap
engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?
Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"(1 Korintus 4:4)
Kamu mengerti maksudnya kan? Alkitab mengajarkan kita bahwa
bumi adalah milik Tuhan, dan semua isinya (1 Korintus 10:26), jadi poin yang
pertama yang harus kita miliki sebagai orang Kristen adalah bersyukur kepada
Tuhan untuk apa yang kita miliki, termasuk uang meskipun rasanya tidak mencukupi.
Dan sebelum kamu menghabiskan uang yang kamu terima, bersyukurlah kepada-Nya untuk itu.
2. Waspada
Ketika Yesus secara ajaib memberi makan 5.000 orang, maka
ribuan lainnya mulai muncul pada hari berikutnya dengan harapan Yesus akan
melipatgandakan ikan dan roti lagi seperti sebelumnya. Tetapi Yesus nggak melakukannya loh!
Mengapa? Karena Dia tahu betul bahwa mereka cuma datang untuk makanan dan bukan untuk Roti Kehidupan sejati yang memuaskan yang ada pada Yesus (Yohannes 6:26-27).
Sebagai orang Kristen pun, kita perlu menggunakan
kebijaksanaan yang benar ketika kita hendak memberikan uang untuk membantu orang lain.
Jangan sampai memberi uang namun disalahgunakan kan?
Berdoalah mengenai hal itu, carilah hikmat soal itu, dan gunakan hikmat itu dalam kehidupan kamu.
3. Jadilah pemberi yang penuh dengan kasih dan ceria
Rasul Paulus memberitahu bahwa apa yang kita tabur akan sebanding
dengan apa yang akan kita tuai, seperti yang dilakukan petani, tetapi ini bukan
semata-mata apa yang kamu tabur saja, melainkan kondisi hati kamu ketika menabur.
Nggak seorang pun yang bisa memberi tahu kamu berapa banyak
yang harus diberikan, karena:"Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7)
Jadi, kalau aku memutuskan apa yang harus kuberikan, lalu
hatiku ragu akan apa yang kuberikan, maka aku nggak akan sukacita memberikannya.
Taburlah dengan sukacita dan jangan pernah berharap panen kamu berlimpah jika kamu menabur sedikit dan penuh ragu.
4. Jangan membandingkan diri dengan orang lain
"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:41-44)
Dalam ayat di atas, persembahan janda tidak lebih banyak kalau
dibandingkan dengan yang lain, yang memberi dengan jumlah yang besar. Tetapi
hanya itulah yang dia miliki. Karena hal ini, dia mendapatkan bantuan di mata Tuhan.
Di sisi lain, kadang hanya karena tetangga kamu memberikan 500
ribu, bukan berarti kamu harus memberikan segitu juga. Mungkin hanya itu yang bisa dia berikan. Jadi, kalau kamu bisa memberi lebih, lakukanlah!
Jadi, jika kamu mengikuti kelima nasihan keuangan versi
Alkitab di atas, mungkin kamu akan menemukan hikmat gimana cara yang tepat
untuk menangani keuangan dan memuliakan Allah dengan keuangan kita.