Demi Wanita Pilihannya, Petrus Surio Lawan Orangtua Sendiri
Sumber: Jawaban.com

Family / 22 January 2019

Kalangan Sendiri

Demi Wanita Pilihannya, Petrus Surio Lawan Orangtua Sendiri

Lori Official Writer
26033

“Masalah terbesar saya adalah, sejak kecil saya merasa tidak diterima dalam keluarga,” ucap Petrus Surio saat mulai membagikan kisah kehidupannya.

Perlakuan yang tidak baik secara fisik sudah menjadi makanan sehari-hari yang diterima Petrus sejak kecil dari kedua orang tuanya. Tak ada kasih sayang seperti biasanya diberikan orang tua kepada anak dalam hidup Petrus. Bahkan telat bangun pun menjadi bahan olok-olokan terhadapnya, dan perlakuan itu sering kali membuat dia marah dan kecewa.

Begitu pula dengan masalah asmaranya dengan wanita yang dicintainya, Susan. Ibunya menjadi salah satu pihak yang menolak keras hubungan tersebut. Meski begitu, Petrus tetap saja bersikeras tak ingin putus dengan Susan.

“Saya kenal satu wanita dan wanita itu namanya Susan. Saya memilih Susan karena dimata saya, Susan itu lemah lembut. Dia tidak dominan dan tidak menuntut,” terang Petrus.

Apa daya, kisah asmara itu sejenak penuh hambatan lantaran Petrus harus berangkat ke Australia seturut dengan keinginan keluarganya. Cinta membuat keduanya saling terikat dan takut kehilangan. Jarak memang memisahkan, namun kedua hati itu tetap saling merindukan sampai setahun sudah berlalu dan membuat Petrus berpikir untuk kembali pulang ke tanah air, hanya demi bertemu Susan.

“Tapi kemudian setelah saya di sana (Australia) hampir setahun kurang, saya tidak begitu nyaman (di Australia) karena saya seringkali kepikiran Susan. Pada akhirnya, saya putuskan untuk pulang ke Indonesia”.

Kepulangannya ke Indonesia membuat orang tua Petrus bertanya-tanya. Namun dengan terang, ia tetap menjadikan Susan sebagai alasan kepulangannya.

Kebahagiaan tampak terpancar di wajah Susan karena pria yang dia cintai dan rindukan sudah ada dihadapannya. Mereka kembali memadu kasih setelah kepulangan Petrus.

Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Orang tua Petrus bersikeras dan memaksa Susan untuk mengakhiri hubungan   dengan Petrus. “Ketika saya bekerja tiba-tiba dia ada di depan meja saya. Sambil berkata: Berani-beraninya kamu jatuh cinta sama anak saya. Kamu harus tinggalkan anak saya,” terang Susan.

Ancaman dari ibu Petrus membuat keduanya bingung tanpa punya pilihan. Hingga satu-satunya jalan adalah melakukan hubungan di luar nikah. Mereka berpikir dengan kehadiran seorang anak, akan mengubah pikiran orang tua Petrus dan menerima hubungannya dengan Susan. “Tujuan kami agar hubungan kami bisa direstui oleh orang tua kami,” ucap Petrus.

Susan pun akhirnya positif hamil. Petrus semakin mantap untuk menyampaikan kabar ini kepada kedua orang tuanya. Ia sudah meyakini bahwa mereka akan direstui dan segera menikah. Namun nyatanya, Petrus semakin kecewa dan tidak punya pilihan. “Waktu orang tua saya dengar Susan sudah hamil, papa bilang, 'Kenapa kalau hamil? Beresin dia, kasih duit dia. Apa mau dipiara itu anak atau mau digugurkan silahkan. Kamu tetap pergi, kamu tetap ke Australi'".

Petrus spontan menolak segala usulan papanya. Ia kokoh ingin tetap tinggal di Indonesia dan menikahi Susan. Bantahan Petrus membuat sang papa marah dan melontarkan kenyataan yang sangat pahit tentang dirinya, bahwa dia adalah anak yang dipungut sejak kecil dari tukang jual kue keliling. sMereka mengangkat Petrus sebagai anak karena orang tua kandung Petrus kala itu tidak punya biaya untuk membesarkannya. “Bahwa memang orang tua (kandung) saya itu, orang tua yang sulit ekonomi. Dan mereka memiliki anak kembar. Untuk keluar dari kesulitan ekonomi itu, salah satunya itu dijual kepada orang tua yang adopsi saya”.

Sejak itu Petrus menyadari kenyataan yang begitu pahit, bahwa ia bukan anak kandung di keluarga itu. Ia bahkan tidak pernah tahu siapa keluarga kandungnya dan dimana keberadaan mereka hingga saat ini. Setelah mendengar hal itu, hati Petrus begitu terluka dan disudutkan dengan pilihan yang begitu sulit. “Kalau kamu tetap menikahi Susan, kamu pergi dari rumah ini,” kata papanya.

Pilihan itu menjadi begitu sulit. Petrus harus menanggung segala risiko terkait rencana yang sudah dia lakukan, khususnya saat Susan sudah dalam kondisi hamil. Petrus lalu diusir dari rumah dan tak lagi punya apa-apa saat itu. Hari depan serasa gelap baginya. Dengan kondisi kalut yang begitu mendalam, Petrus memutuskan untuk menggugurkan kandung. Meskipun hal itu juga tetap gagal. Tak hanya itu saja, kekecewaan membuat Petrus menjadi semakin putus asa dan nekat untuk mengakhiri hidupnya bersama dengan Susan. Lagi-lagi, tindakan itu tidak berhasil!

“Ternyata Tuhan punya rencana lain. Kendaraan yang kami tumpangi tidak bisa membentur batang pohon karena roda kendaraan kami terkait pada akar pohon. Pada saat itu justru kami sepertinya tersadarkan mengapa kami melakukan hal yang demikian bodohnya. Mengapa tidak jalani hidup ini apa adanya. Jalani saja dimana nanti. Saya tetap mengambil keputusan untuk menikahi Susan apapun keadaannya”.

Pernikahan pun tidak membuat hidup Petrus semakin membaik. Ia masih menyimpan banyak kepahitan dan kekecewaan. Ia masih sering merasa ditolak dan dihina. Belum ada pemulihan yang terjadi dalam dirinya. Kehidupan demikian dijalani hingga bertahun-tahun lamanya.

Sampai pada akhirnya, Petrus mengikuti sebuah acara pengisian untuk camp pria sejati dari gerejanya. Bukan dengan alasan karena tertarik, namun justru karena dia merasa tidak ingin menyia-nyiakan biaya pendaftaran yang sudah dibayarkan sang istri. Di sanalah Petrus menemukan pemulihan sejati.    

“Dalam sesi pengampunan tersebut, disinilah saya mengerti bahwa kepahitan itu harus segera diselesaikan. Jangan sampai kepahitan yang tidak saya selesaikan, menjadi celah bagi setan untuk merusak hidup saya lebih jauh. Di situ saya dengar bagaimana Kristus sedemikian rupa menerima kita. Sehingga di situ saya tersadar bahwa selama ini telah menyimpan kepahitan yang amat dalam,” ucap Petrus.



Ia menyadari bahwa ia berharga di mata Tuhan dan menerima dia apa adanya. Hati Petrus terbuka dan mulai melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang telah mengecewakannya. Kata maaf menjadi awal bagi kehidupan baru Petrus bersama keluarga besarnya. Tak hanya memulihkan dirinya secara pribadi, tetapi juga memulihkan hubungannya dengan keluarganya.

“Setelah saya mengenal Tuhan secara pribadi, di situ saya mulai melihat. Saya tidak lagi merasa tertolak. Saya tahu bahwa kasih Tuhan telah menyembuhkan diri saya”.


Apakah kamu memiliki pergumulan dan rindu pertolongan Tuhan, yuk hubungi konselor Sahabat24 sekarang juga di SMS/WA 081703005566 atau telp di 1-500-224 dan 0811 9914 240 bisa juga email ke [email protected] atau lewat  Live Chat dengan KLIK DI SINI.

Sumber : Petrus Surio
Halaman :
1

Ikuti Kami