Ketua Umum Sinode Gereja Masehi
Injili di Timor (GMIT) Pdt. Dr. Mery Kolimon mengakui masih banyak pekerjaan rumah
yang menanti untuk diselesaikan olehnya. Salah satunya adalah pembenahan kurikulum pelayanan anak dan remaja di GMIT.
“Kawan-kawan di tim PAR
GMIT (pelayanan anak dan remaja) GMIT itu sudah bekerja 2 tahun terakhir, tapi
harus ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, tahun terakhir ini kami akan
berusaha untuk selesai,” ujar Pdt. Mery kepada Jawaban.Com di sela-sela acara Dedication Day para karyawan CBN-OBI-MCI di Kabupaten Bekasi, Rabu (16/1/2019).
Tidak hanya itu, Pdt. Mery
mengatakan hal selanjutnya yang akan diselesaikan oleh kepengurusannya di Sinode GMIT adalah untuk membuat pelayanan bagi kaum bapak.
“Kalau kita lihat ibu-ibu sangat aktif di gereja, mereka sangat setia, rajin, tetapi sulit sekali melihat melihat keseimbangan antara partisipasi perempuan dan laki-laki di gereja. Jadi salah satu agenda yang mau kami selesaikan adalah untuk menghasilkan juga modul pendidikan atau pelayanan untuk kaum bapak,” jelas Pdt. Mery.
Lalu, yang ketiga adalah terkait dengan partisipasi GMIT dalam politik.
“Kami rasa penting untuk
gereja berpartisipasi maka modul pendidikan demokrasi, teologi politik gereja
perlu juga kami rumuskan. Itu hal ketiga yang kami mau kerjakan karena gereja
tidak boleh sibuk dengan dirinya sendiri; bagaimana menjadi berkat bagi bangsa dan
karena itu kami rasa pendidikan demokrasi dalam gereja, sebuah teologi gereja dibutuhkan,” imbuh Pdt. Mery.
Pekerjaan rumah keempat keempat
yang akan dikerjakan di akhir-akhir kepungurusan adalah memperkuat pelayanan sinode GMIT untuk para buruh migran dan para korban perdagangan orang.
“Itu sudah dimulai GMIT tahun lalu dan kami sedang berusaha memperkuat kapasitas yang ada pada GMIT. Kami sudah mulai dengan shelter, tapi kami sedang menyelesaikan SOP – standard operational procedure, kalau bentuk pelayanan sejak kami tahu ada korban sampai ada korban pendampingan, pemulihan,” tutur peraih penghargaan Sylvia Michel Prize pada 2018 lalu ini.
Hal lain yang akan
dikerjakan, sambung Pdt. Mery, membangun kapasitas pelayanan untuk mendampingi para korban dan juga pelaku kekerasan di dalam rumah tangga.
Pekerjaan rumah terakhir adalah terkait dengan good governance yakni memastikan budaya sehat di dalam gereja, bebas dari korupsi.
Baca Juga: Terkait Yerusalem, Pewarna ID Gelar Talkshow Hadirkan Sekum PGI dan Cendikiawan Kristen
“Membangun memastikan
bahwa kita manusia yang bisa tergelincir ke dalam dosa, tetapi membangun
mekanisme di dalam gereja untuk memastikan akuntabilitas, transparansi,
pengelolaan keuangan di dalam gereja,” pungkas Pdt. Mery.