Dengar Suara Ajaib, Kapten Ricoseta Mafella Luput Dari Bencana Maut Gempa Palu
Sumber: Jawaban.com

Family / 15 January 2019

Kalangan Sendiri

Dengar Suara Ajaib, Kapten Ricoseta Mafella Luput Dari Bencana Maut Gempa Palu

Lori Official Writer
6858

Siapa yang tak ingat dengan gempa dahsyat yang mengguncang tanah Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat, 28 September 2018 pukul 18.02 WITA. Gempa dahsyat berkekuatan 7.4 magnitudo itu berpusat di kedalaman 10 km di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu.  

Alhasil, gempa berkekuatan besar itu meluluhlantakkan sejumlah daerah di sekitar Palu. Bahkan juga menyebabkan tsunami dan likuifaksi yang menelan perumahan warga. Akibat peristiwa ini, 2113 orang dinyatakan meninggal dunia dan 4612 orang lainnya mengalami luka-luka. Serta sebanyak 1309 orang dinyatakan hilang.

Bencana alam besar ini pun jadi peristiwa paling menyedihkan yang menimpa bangsa Indonesia di tahun 2018 silam.

Namun siapa sangka dari bencana ini, ada saja orang-orang yang diberikan kesempatan hidup kedua oleh Tuhan. Dari sekian banyak kesaksian dari korban yang selamat, diantaranya mengaku bersyukur karena keselamatan itu semata asalnya dari Tuhan.

Inilah kesaksian yang diceritakan oleh Kapten Ricoseta Mafella, seorang pilot maskapai penerbangan Batik Air yang berhasil luput dari gempa Palu sesaat sebelum lepas landas dari Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu. Kesempatan untuk lolos dari maut, diakuinya adalah berkat intervensi Tuhan dalam hidupnya. Kapten Ricoseta mengaku tepat di hari nahas tersebut, dia mendengar bisikan suara dalam hatinya.

Siapa sangka bisikan itu rupanya diyakininya adalah Roh Kudus yang mengingatkan Kapten untuk segera bergegas beranjak dari bandara dan akhirnya terbang bersama ratusan penumpang yang dibawanya dengan selamat.

“28 September, hari itu biasa-biasa saja. Saya bangun, worship, menyanyi, nyembah. Kemudian menkmati perngumulan pergaulan dengan Tuhan. Jadi mengambil posisi untuk berdiam, kemudian berdoa. Itu bagi saya adalah keep point untuk kita bisa peka sama suara Tuhan. Supaya saya dengnge apa yang Tuhan atau Roh Kudus mau saya lakukan,” terang Kapten Ricoseta.

Baca Juga :

Keajaiban dari Gempa Palu

Kisah Kapten Mafella yang Selamat dari Gempa Palu Karena Dengar Suara Roh Kudus

Kebiasaan doa yang dibangun Kapten Ricosetta setiap hari membuatnya jadi pribadi yang peka mendengar suara Tuhan. Dan hal itulah yang membuatnya benar-benar yakin jika bencana gempa yang dialaminya pada 28 September lalu adalah berkat pertolongan dari Tuhan.

Tak ada yang tahu apa yang persis terjadi hari itu, bahkan kapten sendiri. Cuaca dan kondisi hari itu terbilang baik. Hanya saja anginnya cukup kencang. Bersama co-pilot nya, kapten Ricoseta melaju dari Makassar menuju Palu pada pukul 16.10 WITA.

Tapi sebelum tiba di Palu, tepatnya saat masih berada di udara kapten Ricoseta mengaku mendengar bisikan suara yang memerintahkannya untuk memutar kendali pesawat di udara sebelum akhirnya mendarat di Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu. Tanpa mempertanyakan apa maksud dari suara tersebut, kapten Ricoseta mengikutinya dengan taat.

Proses pendaratan itu membuat penerbangan tersebut mengalami keterlambatan selama 9 menit dari waktu yang sudah dijadwalkan.

Setiba di Palu, adalah kebiasaan lazim bagi pilot, awak kabin dan para kru pesawat untuk berswafoto bersama di depan pesawat. Hari itu, sebelum mendarat keinginan itu memang sudah direncanakan oleh kapten dan juga co-pilotnya. Sayang, suara kedua kembali terdengar.

“Sebelum saya beranjak dari kursi, saya dengar lagi (suara yang berkata) “Bergegaslah secepatnya”. Suara Tuhan yang kedua. Itu yang saya dengar. Saya uji, ini benar gak ya? Apa suara saya sendiri apa bukan? Itu saya diperhadapkan kepada satu pilihan. Saya mau ikut suara itu atau mau foto?”

Setelah menimbang-nimbang, dia kemudian memutuskan untuk menunda swafoto bersama dengan semua krunya. “Akhirnya saya organize, saya bagi-bagi, gramstaff, katering, cleaner, pramugari saya bilang, ‘Guys saya tidak mau delay kalau bisa before schedule,” terangnya.

Proses keberangkatan dari bandara pun dipercepat. Dari jadwal penerbangan yang tercatat pada pukul 17.55 WITA akhirnya mundur menjadi 17.52 WITA.

“Pada saat kami rolling, kami detik-detik terakhir sebelum roda mengangkat itu saya mengalami sedikit pergerakan ke kiri dan ke kanan. Dan itu saya cuman curiga sedikit. ‘Apa sih itu?’ Yaudahlah semua terbang baik-baik aja. Terus kami take off,” terangnya.

Saat hendak melaporkan bahwa penerbangan berhasil kepada pihak ATC Mutiara SIS Al Jupri, yang saat itu dimonitori oleh Antonius Gunawan Agung, Kapten Ricoseta sama sekali tak lagi mendapat jawaban dari siapapun. Ada beberapa kali panggilan, namun satupun tak mendapat jawaban.

Siapa sangka jika ternyata Antonius jadi salah satu korban yang meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Palu saat itu. Rupanya saat proses lepas landas, gempa memorakporandakan landasan bandara dan bahkan gedung ATC bandara pun roboh.

Saat mengudara, tak satupun dari mereka tahu persis apa yang sebenarnya terjadi di bawah sana. Dari atas udara, tepat di bawah tepian pantai kapten Ricoseta bahkan menyaksikan gelembung-gelembung air di tepian pantai yang dia sama sekali tak tahu apa itu. Dia bahkan sempat mengabadikan momen tersebut dalam bentuk video berdurasi 12 detik.

“Setelah sampai di Ujung Pandang, bahwa ada gempa dan segalanya. Saya akhirnya lihat waktu. Waktu itu waktu hanya 18.02 tampa detik. Detik itu saya dapat setelah saya minta ke kantor, ‘Tolong diakses untuk dilihat detailnya jam 18.02 berapa. Itu hanya komputer pesawat dan komputer kantor yang menghasilkan data itu. Jadi menitnya adalah 18.02.44, itu 7.4 Skala Richter (SR) yang menghantam Palu. 18.02.45, 7.7 Skala Richter (SR). Beda 1 detik. Saya lepas landas 18.02.40. Dari 40 itu dibilang saya leave off, artinya saya memulai lepas landas itu kira-kira butuh satu, dua, tiga detik untuk benar-benar lepas landas. Jadi God only spare me detik,” ungkapnya.

Dari peristiwa ini, kapten Ricoseta menyampaikan bahwa apa yang dialaminya tak hanya campur tangan Tuhan. Tapi dia benar-benar mengalami kalau Tuhan sendirilah yang sudah mengontrolnya, setiap orang dan bahkan semua penumpang untuk bisa masuk pesawat tepat waktu dan lepas landas dengan selamat saat gempa terjadi.

“Aku bangga dipakai Tuhan untuk gempa yang kemarin di Palu. Tetapi bukan itu kebanggaanku. Kebanggaanku dan kerinduanku adalah melakukan kehendak Bapaku di surga secara utuh. Once again, itu yang membuat penyertaan Tuhan menjadi nyata,” terang Kapten Ricoseta.

Kesaksian kapten Ricoseta menjadi viral setelah dirinya memposting penampakan tuju titiik gelembung air yang dilihatnya dari ketinggian di udara lewat akun Instagramnya. Kemudian dia menyampaikan kesaksian itu di depan mimbar sebuah gereja yang kemudian disebarkan oleh seseorang lewat pesan singkat dan menyebar dengan sangat cepat. Sebagai salah satu sosok yang ikut berada dalam peristiwa nahas gempa Palu, kapten Ricoseta telah dengan terbuka membagikan apa yang dialaminya itu di depan layar televisi. Bahkan tanpa ragu dan terkesan menutup-nutupi, kapten Ricoseta meyakini jika Tuhanlah yang jadi sosok dibalik keselamatan yang dialaminya saat itu.

Semoga kisah ini menginspirasi kita dan mendorong kita untuk semakin membangun keintiman dengan Tuhan lewat doa dan penyembahan yang benar.

Untuk kesaksian lengkapnya, bisa ditonton di video yang dicantumkan di bagian gambar di artikel ini.

Sumber : Solusi.tv/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami