“To the ancients, friendship seemed the
happiest and most fully human of all loves; the crown of life and the school of virtue. The modern world, in comparison, ignores it.”
(Buat orang-orang terdahulu,
pertemanan adalah sesuatu yang paling bahagia dan manusiawi dari segala bentuk
kasih; mahkota kehidupan dan sekolah kebajikan. Sementara di dunia modern ini, jika dibandingkan, kita justru mengabaikannya.)
Kutipan di atas ditulis oleh CS Lewis. Penulis
yang dikenal oleh karya fiksi yang berjudul Narina ini sudah menuliskan kutipan
ini sejak 50 tahun lalu. Namun, sepertinya kutipan justru menjadi sangat dekat dengan kehidupan kita sekarang ini.
Pertemanan yang sejati dan dekat adalah salah satu hubungan yang paling dibutuhkan, tetapi banyak orang yang mengabaikannya.
Kalau dahulu, orang sangat menghargai sebuah
pertemanan. Sementara sekarang ini, kita justru sering mremehkan pertemanan
ini. Teman lebih dari sekedar mereka yang bisa diajak menghabiskan waktu bersama, tetapi lebih daripada itu.
Berikut adalah tahapan membangun pertemanan sekaligus mengenali arti teman yang sesungguhnya.
1. Kita semua membutuhkan sosok seorang sahabat
Teman bukan hanya sebuah aksesoris sosial,
melainkan juga adalah sebuah kebutuhan. Ketika Tuhan menciptakan manusia, ia
memulai dengan menciptakan Adam, dimana dirinya dikelilingi oleh tanah, laut,
dan udara. Kemudian, Kejadian 2:18 menjelaskan bahwa tidak baik bagi manusia
untuk sendirian. Tuhan mengatakan ini jauh sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Meskipun dosa merupakan permasalahan kita,
tetapi kesendirian adalah masalah pertama yang ada bagi manusia. Setiap kita
butuh orang lain untuk bisa menjalani kehidupan yang berlimpah, yang baik dan
yang telah Tuhan rencanakan buat kita. Itulah sebabnya Tuhan menyediakan seorang penolong.
2. Sebuah perjalanan bersama
Kita perlu memulihkan visi pertemanan sejati
yang sekarang ini sering dilupakan. banyak orang yang menghadiri sebuah seminar
pernikahan. Orang tua bisa membaca buku tentang pola asuh anak. Tetapi,
bagaimana dengan pertemanan? Tidak banyak buku atau seminar yang menjelaskan tentang hal ini.
Tetapi, ketika mulai menggalinya, kita akan
mendapati kalau pertemanan lebih dari sekedar tahu, atau juga persamaan minat dan selera.
Pertemanan yang sejati merupakan ikatan kasih
yang dialami oleh dua orang saat mereka memilih untuk terbuka dan saling percaya
satu sama lain. Seperti kisah Yonatan dan Daud. 1 Samuel 18:1-3, "Ketika
Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan
Yonatan mengasihi s dia seperti jiwanya
sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah
ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri."
Amsal 18:24, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."
Seorang teman sejati akan bersama dengan kita
saat pasang surut kehidupan, melalui musim-musim yang terdapat matahari maupun
kegelapan, ia tetap konsisten mengasihi kita. Ia bisa jujur tentang apa yang
dipikirkan dan bisa meluapkan perasaannya kepada kita. Teman yang sejati akan saling memaafkan dan membuat kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Untuk 2 lainnya, bisa dilihat pada artikel
selanjutnya yaa..
Sumber : relevant