Mazmur 96:9, "Sujudlah
menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapanNya, hai segenap bumi!"
Masih ingat kejadian gempa bumi
yang dialami oleh Palu, Donggala dan Sigi? Salah satu orang yang berhasil mendokumentasikan proses gempa
tersebut adalah Kapten Ricosetta. Di atas pesawat Batik Air, dirinya merekam kejadian gempa yang menewaskan ribuan orang tersebut.
Banyak orang menceritakan
kesaksiannya ini, bahwa dirinya memutuskan untuk melakukan take off lebih cepat
daripada biasanya. Pilot Batik Air 6231, Capt. Ricosetta Mafella membagikan kisah kedekatannya dengan Tuhan melalui pujian.
"Musik adalah suatu
instrumen yang diciptakan oleh Tuhan, dan hanya digunakan untuk memuliakan nama Tuhan saja musik
seharusnya digunakan," ungkap Captain Ricosetta Maffela, yang ditemui oleh tim Jawaban pada 7 Desember 2018.
Pada hari kejadian yang
mengguncang Palu, Capt. Ricosetta merasakan sesuatu yang tidak biasa. Ia
mendengar suara Tuhan yang berkata dengan lembut untuk bergegas dan meninggalkan Palu segera.
Biasanya, ia hanya menyanyi
dengan suara pelan. Sebelum terbang, pilot yang luwes bermain saxophone ini bernyanyi dengan sangat
lantang. Sampai-sampai kopilot yang adalah seorang muslim meledek, "Kenapa captain nggak rekaman aja sekalian?"
Ketika ditanyai soal kedekatannya dengan Tuhan,
ia berkata kalau dirinya selalu melantunkan lagu-lagu penyembahan setiap saat.
Buat Captain Ricosetta, kita ini hidup untuk beribadah, pekerjaan adalah sampingannya.
Pernahkah kita merasakan Roh Tuhan hadir di
tengah-tengah pujian dan penyembahan? Lalu, salah siapa kalau masih ada orang yang tidak merasakan damai sejahtera ketika sedang melakukan penyembahan?
“Worship yang powerful harus diawali oleh sikap
kita yang benar,” terangnya. Kita memuji Tuhan karena kita mencintai Tuhan,
bukan karena sebuah perintah atau sebuah program. Saat pemimpin pujian datang ke atas panggung, maka itu adalah tentang dirinya dan Tuhan.
Untuk itu, Captain Ricosetta selalu
mengingatkan kepada kita untuk kembali pada firman Tuhan. Tentang setiap hal
yang dilakukan, ingatlah kalau tidak ada persembahan yang paling baik selain diri kita sendiri.
Captain juga menggaris bawahi kalau sebelum
naik ke atas mimbar, seharusnya tidak ada lagi yang perlu dipersiapkan, sebab
kita sudah mempersiapkan kehidupan kita untuk menjadi persembahan yang hidup bagi Tuhan.
Kita menyembah Tuhan untuk Tuhan, bukan untuk
manusia. Ketika kehidupan kita sudah berada dalam kebenaran dan menjaga
kekudusan, maka itu adalah sebuah penyembahan yang paling baik yang bisa kita
berikan kepada Tuhan.
Banyak orang yang menganggap kalau kehidupan
kita ini lebih ditujukan untuk bekerja, sementara beribadah hanya sebagai
pelengkapnya saja. Sebagai orang percaya, satu-satunya persembahan yang bisa
kita berikan kepada Tuhan adalah diri kita sendiri ini.