Gubernur NTT Dorong Pastor, Pendeta dan Suster Jadi Guru, Ini Tanggapan Pihak Hamba Tuhan!
Sumber: BaBe.com

Nasional / 26 November 2018

Kalangan Sendiri

Gubernur NTT Dorong Pastor, Pendeta dan Suster Jadi Guru, Ini Tanggapan Pihak Hamba Tuhan!

Inta Official Writer
2669

Pada Sabtu, 11 November 2018 lalu, bertempat di Aula St. Thomas Aquinas, dalam sebuah kuliah umum, Gubernur NTT menerangkan gagasan membangun NTT lima tahun ke depan.

"Saya tidak tertarik bangun rumah ibadah. Tapi saya tertarik bangun sistim pendidikan yang baik. Kalau bisa semua gereja di NTT berubah menjadi sekolah," tantang Viktor disambut penuh semangat mahasiswa STFK.

Hal ini kemudian menjadi ajakan agar pastor, pendeta dan suster juga ikut berperan menjadi guru agar tugas pemerintah menjadi lebih ringan.

Tepat pada 25 November 2018 yang bertepatan pada Hari Guru, anggota DPRD Sikka ikut menanggapi soal pendidikan di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Veky Laiskodat selaku Gubernur NTT mengatakan kalau gagasan agar para pastor, pendeta dan suster bukanlah gagasan yang baru. Mereka yang melayani sudah lama menjadi guru, bahkan sebelum pemerintah terjun dalam mengupayakan hal ini.

“Awal adanya semua umat Kristen dipanggil untuk menjadi Imam, Raja dan Nabi. Tugas pewartaan (guru) sudah ada sejak dibaptis menjadi anggota gereja,” ujar anggota DPRD  Sikka,  Stef Sumandi,  S. Fil, kepada  POS-KUPANG.COM, Senin (26/11/2018).

Stef sendiri beranggapan kalau hamba-hamba Tuhan sudah menjadi guru dalam pewartaannya. Spesifiknya, sejak karya kerasulan dulu, bidang pendidikan sudah banyak dilakukan oleh para pastor dan biarawan/wati.

“Justru pendidikan di NTT digerakkan gereja. Pemerintah saja  yang kurang peduli dengan nasib guru. Guru dibiarkan menderita dan menangis sendiri dalam keheningan. Guru dibiarkan berjuang sendiri dengan nasib diri dan anak didiknya. Konsentrasi pemerintah hanya membangun gedung dan sarana lain, tetapi honor guru tidak diperhatikan,” tandas  Stef.

Stef juga menjelaskan agar pemerintah meningkatkan kesejahteraan yang baik bagi guru juga fokus pada peningkatan kualitas masing-masing guru.

 “Saya yakin awampun bisa meningkatkan pendidikan kita. Pemerintah harus menjadi guru dalam memberikan upah. Bagaimana mungkin pemerintah begitu tegas dengan perusahan swasta dalam hal upah kerja, tetapi guru honor di sekolah negeri sendiri digaji dengan upah sangat rendah. Pemerintah harus memberi contoh dalam hal pelaksanaan UU ketenagakerjaan,” imbuh Stef.

Dalam mengubah sistem pendidikan membutuhkan proses yang panjang, sehingga kita perlu realistis dalam mengerjakannya, hal ini disampaikan oleh Kepala  SMAK  Bhaktyarsa Maumere, Suster Marcelina Lidi, SSpS. Yang paling penting, kita harus bisa mengubah mindset orang NTT agar jadi produktif, bukannya konsumtif.

 “Orang yang datang dari kampung pun bisa jadi agen perubahan. menurut saya yang jadi masalah dasar di NTT adalah pendidikan dalam keluarga.  Banyak nilai yang sudah merosot karena tidak ditanamkan sejak dini dalam keluarga,” terang Suster Marcelina.

Ia beranggapan bahwa kalaupun seluruh biarawan/wati melakukan sesuai harapan gubernur tetap mustahil diselesaikan dalam lima  tahun. Orang harus sejahtera baru bekerja profesional. Jika tidak tiap orang fokus untuk kekayaan diri.

 

Sumber : tribunnews
Halaman :
1

Ikuti Kami