Menurut wikipedia, puasa adalah
tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau keduanya,
perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu
tertentu. Kegiatan puasa sejak dikenal sejak jaman dahulu untuk mendekatkan
dirinya kepada Tuhan.
Kuasa dari puasa sendiri sudah
banyak kita saksikan. Karena puasa, beberapa orang bersaksi telah sembuh dari
sakitnya, juga ada mereka yang akhirnya mendapatkan sesuatu sesuai dengan
keinginan mereka. Biasanya, puasa sendiri dianjurkan oleh pohak-pihak gereja
untuk mendukung program tertentu. Lantas, bagaimanakah puasa yang Tuhan
kehendaki?
Banyak orang yang setuju kalau
doa dan puasa itu sangat besar kuasanya. Bersama dengan Pendeta Rahmat Manullang, yang kini aktif sebagai
pengajar, juga merupakan Ketua Yayasan STT (Sekolah Tinggi Theologia) LETS
(Lighthouse Equipping Theological School) Jakarta.
"Inti dari puasa adalah
berpantangan," buka Pendeta berdarah Batak-Sunda ini. Banyak orang yang
mengartikan puasa sebagai tindakan yang berpantangan makan. Padahal, puasa
nggak hanya berpantangan makan, melainkan ada pantangan lain yang perlu
dijalani. Salah satunya adalah berpantangan untuk tidak melakukan dosa atau hal
yang tidak dikehendaki Tuhan.
Yesaya 58:6, "Bukan!
Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu
kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang
teraniaya dan mematahkan setiap kuk."
Dalam ayat di atas me jelaskan
bahwa puasa rasanya percuma kalau kita tidak makan, tapi tetap melakukan
tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan hati Tuhan.
"Justru menurut saya, kalau
puasa adalah ibadah yang hilang," terang Pendeta Rahmat. Puasa sendiri
merupakan cara beribadah untuk menjalin kedekatan dengan Tuhan. Sayangnya, banyak
orang Kristen meninggalkan ibadah ini karena menganggap kalau puasa adalah
tindakan yang hanya harus dilakukan dalam Perjanjian Lama.
Pendeta Rahmat menekankan, kalau sebenarnya puasa merupakan ibadah penting untuk kita lakukan. Banyak orang yang berpuasa untuk mencari kehendak Tuhan, atau saat mencari kekuatan kita ditengah-tengah pergumulan yang ada. "Padahal, puasa itu ya harus dijadikan sebagai sebuah kebiasaan," ungkapnya.
Baca juga:
Apakah puasa itu wajib?
"Dalam kekristenan,
sebenarnya tidak ada kata wajib,”
ungkapnya. Karena dalam Kristus, semuanya sudah diselesaikan. Pendeta Rahmat
kembali mengingatkan kepada kita kalau hal utama dalam puasa adalah satu
kerinduan kita untuk mengenal Tuhan.
"Ketika tubuh kita istirahat, perut kita
istirahat, maka kita akna lebih mudah mendengar yang tidak terdengar. Yaitu
mendengar suara Tuhan sendiri," jelas pria kelahiran Bandung 25 April 1962
ini. Pendeta Rahmat juga kembali menggarisbawahi bahwa kehidupan seorang anak
Tuhan yang paling penting adalah mendengar. ”Mereka yang salah mendengar, maka
kehidupannya juga akan salah semua.”
Apakah doa dan berpuasa membuat jawaban doa kita jadi semakin cepat untuk dijawab?
Doa dan berpuasa bukanlah sesuatu hal yang
menjamin keinginan kita akan dikabulkan oleh Tuhan. Tuhan meresponi iman kita
dan apakah hal yang kita minta tersebut sesuai dengan kehendakNya. Dengan kita
melakukan puasa, maka kita akan jadi lebih mengerti soal kehendakNya.
Jadi, ketika kita meminta sesuatu kepada Tuhan,
permintaan tersebut bukanlah sesuatu hal yang sembarangan, melainkan permintaan
yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
"Saya sendiri setuju kalau puasa akan mempercepat jawaban doa kita. Tetapi bukan karena puasanya, melainkan karena dengan puasa, kita jadi lebih mengenal kehendak-Nya, sehingga yang kita minta tersebut juga sesuai dengan kehendak Tuhan,” tutup Pendeta Rahman sekaligus menutup percakapan JC Channel ini.
Sumber : jc channel