Tagar #uninstallGojek menjadi
salah satu topik yang ramai dibicarakan oleh warga net. Hal ini bermula dari
sebuah unggahan di pada akun Facebook Brata Santoso selaku Wakil Presiden
Pengembangan Bisnis Operasi yang dianggap sebagai tanda penerimaan Gojek terhadap kelompok LGBT di Indonesia.
Sampai Minggu, 14 Oktober 2018
kemarin, tagar #uninstallGojek sudah digunakan lebih dari 30.000. Dalam
unggahan tersebut, Brata menuliskan kalau terdapat 30 orang lebih yang merupakan karyawan Gojek merupakan bagian dari komunitas LGBT.
Tulisan yang diunggah sebagai
sebuah peringatan National Coming Out Day
atau Hari Melela Nasional pada 11 Oktober 2011 ini sukses membuat pihak PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) sampai harus memberikan pernyataan resmi.
“Kami tegaskan bahwa post
tersebut merupakan pendapat dan interpretasi pribadi dari salah satu karyawan
Gojek, terhadap salah satu event internal dengan tema keberagaman,” terang perwakilan manajemen Gojek dalam siaran pers kepada Tribunnews.com, Sabtu (13/10/2018).
Pihak Gojek juga menekankan kalau
mereka sangat menghargai keberagaman. Mereka meyakini kalau ide dan kreativitas
yang melahirkan sebuah inovasi datang dari orang-orang yang punya latar belakang, pendidikan, budaya, dan keyakinan yang berbeda-beda.
Hal ini membuat banyak orang yang
menyuarakan kekecewaannya pada pihak Gojek yang mendukung komunitas LGBT
tersebut. Meskipun demikian, beberapa orang juga mengatakan kalau dirinya
netral dan memilih untuk tetap menggunakan aplikasi transportasi online
tersebut. Hal ini karena
mereka menyadari kalau baik mereka maupun para driver juga masih membutuhkan jasa transportasi ini.
Menanggapi hal di atas, penting buat kita untuk
menyadari bahwa hal yang seharusnya kita hindari adalah fenomena LGBT ini, bukan mereka yang terlibat dengan LGBT. Menggunakan
aplikasi transportasi online Gojek nggak menunjukkan kalau kita juga setuju
dengan pernyataan dukungan terhadap pihak yang terlibat dengan LGBT.