Bukan Sekedar Perjanjian Nikah, Inilah 2 Hal Yang Perlu Diingat Untuk Tetap Bahagia

Marriage / 27 September 2018

Kalangan Sendiri

Bukan Sekedar Perjanjian Nikah, Inilah 2 Hal Yang Perlu Diingat Untuk Tetap Bahagia

Naomii Simbolon Official Writer
3032

"Sekarang, semua orang yang sudah menikah di sebuah gereja sudah membuat janji dan serius untuk tetap setia pada pasangannya sampai maut memisahkan... seperti yang Christerton perlihatkan, mereka yang jatuh cinta memiliki kecenderungan yang alami untuk mengikat diri mereka dengan janji, dan tentu saja, janji itu dibuat ketika aku jatuh cinta dan karena aku jatuh cinta, maka aku harus jujur kepada kekasihku selama aku hidup, dan itu membuatku berkomitmen menjadi orang yang benar sekalipun aku berhenti jatuh cinta."- C.S Lewis, “Pernikahan Kristen” yang ditulis dalam bukunya Mere Christianity.

Dalam janji pernikahan, kita tentunya berjanji untuk setia kepada kekasih kita untuk bersama sampai maut memisahkan. Tetapi mungkin yang nggak kita janjikan dan tak bisa kita lakukan adalah untuk tetap "jatuh cinta."

C.S Lewis berkata," Janji adalah sesuatu yang harus bisa saya lakukan, tentang tindakan; nggak ada yang bisa berjanji untuk terus terus memiliki suatu perasaan tertentu."

Tapi bukannya seharusnya kita selalu jatuh cinta? Bukankah pernikahan tujuannya untuk itu?

Lalu apa gunanya menikah, kalau tidak jatuh cinta terus? Gimana kita bisa mendefenisikan keadaan bahagia dalam pernikahan? Dan bagaimana kita memupuk perasaan cinta yang romantis sehingga bulan madu tak akan pernah berakhir dalam pernikahan?

Nah, ini adalah pertanyaan-pertanyaan  yang mungkin muncul dalam pemikiran kita.

Pertanyaan itu muncul karena adanya kecanduan pada budaya perceraian dan keinginan akan sebuah hubungan yang seperti pernikahan tapi tanpa ikatan formal.

Jika kita udah nggak jatuh cinta lagi, maka kita akan berpikir untuk mengakhiri hubungan atau pernikahan dari pada sengsara.

Yap, jaman sekarang, setiap tahun jutaan orang bercerai dan mengakhiri hubungan rumah tangga mereka karena merasa sengsara dan tak ada lagi perasaan jatuh cinta.

Lewis juga mengatakan bahwa jatuh cinta adalah hal yang baik tapi itu bukan yang terbaik, dalam arti bahwa jatuh cinta adalah perasaan yang baik tapi itu hanyalah sebuah perasaan, dan nggak ada perasaan yang bisa setara dengan realitas yang lebih tinggi.

Perasaan bisa datang dan pergi, pengetahuan bisa bertahan, prestasi bisa bertahan, dan prinsip bisa abadi atau kekal, tetapi emosi bersifat sementara dan berumur pendek.

Perasaan itu baik, dan tak ada orang yang bisa menyelanya, sebab ada begitu banyak orang yang bahkan menghabiskan puluhan juta uang demi mengalami perasaan yang baik.

Tapi kita nggak bisa bergantung pada perasaan, itulah masalahnya! Harus ada sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang bisa diandalkan.

1. Mencintai bukan sekedar perasaan, tapi tindakan

Ketika kita memutuskan menikah dan mengucap janji sehidup semati dengan pasangan kita, maka berarti kita harus selalu setia kepadanya dan melakukan hal-hal yang penuh kasih untuknya setiap hari dalam hidupmu.

Misalnya, kamu harus menghormati dia setiap saat, kamu nggak akan menghianatinya, kamu nggak akan melanggar janji kesetiaanmu, kamu nggak akan main mata kepada wanita atau pria lain, dan kamu juga nggak akan terlibat secara romantis dengan orang lain.

Untuk melakukan hal-hal yang penuh dengan cinta kepada pasangan kita dalam pernikahan terlepas dari perasaan kita, maka kita harus melakukan perbuatan baik kepada pasangan kita, memberkati dia, berdoa untuknya dan bersikap kasih kepadanya.

Tindakan-tindakan ini bisa kita baca di Lukas 6:27:"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;"

Kepada musuh saja kita harus mengasihi, apa lagi kepada pasangan sendiri ya, harus lebih lagi. Meskipun mungkin pasangan kita tidak melakukan hal yang sama, tapi kita tetap harus melakukannya.

2. Mencintai atau jatuh cinta lebih dari sekedar emosi namun pengabdian yang intens

Jika kita sudah membaca firman di Lukas 6:27 yang saya bahas sebelumnya di atas, maka kita akan menemukan bahwa cinta adalah sesuatu yang kita lakukan. Perasaan cinta tentu saja indah, tetapi cinta lebih dari sekedar emosi.

Jika cinta hanyalah sekedar emosi, maka Tuhan nggak akan beralasan dalam memerintahnya, karena nggak ada yang bisa mengatur emosinya. Kita nggak bisa membuat diri kita marah, takut atau cinta.

Namun jatuh cinta lebih dari sekedar perasaan, tetapi juga pengabdian yang intens dan peduli terhadap yang lain.

Jadi, sebuah janji pernikahan sehidup semati bisa berasa hambar jika kita hidup bersamanya karena sebuah perasaan cinta belaka. Tapi berjanjilah untuk mencintai pasangan kamu dan setia kepadanya dengan melakukan hal-hal yang menunjukkan cinta itu, karena cinta bukan hanya perasaan tapi serangkaian tindakan dan komitmen.

Dalam prosesnya tentu ada masalah tetapi tetaplah bertindak kasih bukan berpaut pada perasaanmu saja! Dan terimalah pernikahan yang penuh cinta itu, dan diberkatilah kalian.

Sumber : crosswalk | jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami