Dengan nama lengkap Sri Rejeki Magdalena Saragih, atau Nana Saragih, aku merasa kalau dunia politik memang sangat menarik. Sejak November 2000, aku mulai terjun dalam bisnis perkapalan. Usaha yang awalnya hanya punya 8 orang karyawan, lewat kerja keras dan dedikasi yang tinggi, aku bisa punya hingga 819 orang yang bekerja untuk perusahaanku.
Saat itu, pikiranku hanya untuk
uang. Uang sudah kudapat, kini aku ingin punya posisi di ranah politik. Menjadi
dewan, buatku bagai sedang menyambung pipa yang sedang mampet. Setiap calon legislatif
pasti punya caranya masing-masing untuk mendapat kesuksesan. Tidak terkecuali
aku. Aku fokus dan punya ambisi yang besar pada pencalonan diri menjadi seorang anggota dewan.
Hal ini membuatku melakukan segala cara agar bisa memperoleh sukses dalam pencalonan. Ada ajakan-ajakan dari tim sukses untuk pergi ke 'orang pintar'. “Kita ini kalah satu langkah karena mereka pakai orang ‘kuat’ dibaliknya, bu,” lapor salah seorang tim suksesku.
Mereka juga sering berbisik bahwa sekarang ini,
untuk bisa sukses menjadi anggota dewan tanpa adanya ‘orang pintar’, rasanya
sangat mustahil. Karena keinginan yang cukup kuat untuk menang, aku pun mengikuti ajakan-ajakan tersebut.
Aku mendatangi seorang dukun yang
katanya ‘spesialis politik’ ini untuk mendukung kesuksesan pemilihan. Setelah
menyodorkan uang kurang lebih seratus juta, dukun tersebut menyuguhkan sebuah
gelas yang berisikan air dan perasan daun jeruk purut yang kemudian habis kuteguk.
Sebagai seorang ibu sekaligus wanita karir, ada rasa kasihan pada anak-anakku yang sering kutinggalkan. Sering kulihat mereka tertidur di ruang tamu menungguku datang untuk pulang ke rumah. Pasti ada kerinduan dari anak-anak untuk bisa berkumpul bersama-sama dengan ibunya. Namun, rasa kasihan tersebut kuabaikan karena keinginan yang kuat untuk bisa memenangkan kampanye politik ini.
Baca juga: Aku Pilih Banggakan Orang Tua Dengan Menjual Obat Terlarang, Robert Nainggolan
Aku bisa melihat kalau calon A, calon B
berhasil memenangkan pemilu, sementara tidak denganku. Ada perasaan pesimis dan
marah dalam hatiku. Aku sudah melakukan segala kemampuanku untuk bisa memenangkan kampanye ini.
Dengan rasa kesal karena telah banyak hal yang dikorbankan, aku mendatangi ‘orang pintar’ kembali. Katanya, kuasa yang
dimiliki oleh pesaingku jauh lebih kuat dibandingkan milikku. Siapa yang tidak
marah dengan hal ini. Meskipun demikian, ada perasaan juga ajakan untuk mencari orang yang jauh lebih sakti agar aku bisa menang.
Kali ini, ‘orang pintar’ yang kudatangi berada
di luar pulau. Setelah memesan tiket dan mempersiapkan barang bawaanku, aku
siap untuk berangkat keesokannya. Pada malam harinya, ada cahaya yang sangat
terang. Terangnya melebihi terang lampu daripada biasanya. Aku yakin detik itu juga kalau itu adalah Tuhan.
Bersama dengan cahaya tersebut, Tuhan berkata
kepada saya, "Kamu minta rumah, perusahaan, keluarga, semuanya sudah Aku
berikan untukmu." Tanpa pikir panjang, aku langsung mohon ampun pada
Tuhan. Aku merasa, siapakah aku ini, yang sampai Tuhan sendiri datang padaku
untuk mengingatkanku. Padahal, mataku ini telah dibutakan dengan kesuksesan
duniawi.
Saat itu aku kembali pada Tuhan. Aku langsung
mengatakan tidak pada dunia kegelapan yang katanya akan membawa kesuksesan
bagiku. Aku percaya kalau satu-satunya kunci sukses adalah dengan mengikuti
semua kehendak Tuhan. Sebab ketika kita sudah berjalan seturut dengan
kehendakNya, maka tiap-tiap tingkap langit akan dibukakan buat kita.