Saya percaya bahwa rata-rata dari kita menyukai menonton film,
mulai dari film kartun, drama asia hingga action. Namun, hanya sedikit orang
yang memiliki kepekaan terhadap film yang ditonton, bahwa ada beberapa film
yang sepertinya menarik namun menceritakan atau menyelipkan ajaran-ajaran atau simbol yang menyihir kita sehingga setuju saja dengan hal-hal itu.
Meskipun sedikit, atau kecil hal itu ternyata sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan iman kita loh, mungkin tidak saat dimana kita selesai menonton film, tapi sedikit demi sedikit menjadi bukit yang akhirnya menjadi pemahaman atau pemikiran yang akan merusak iman kita, baik itu adegannya ataupun lirik lagu yang menjadi soundtrack.
Tahu film The Greatest Showman? Ketika mendengar film musical ini,
baik pas lagi menontonnya atau search di YouTube, pasti beberapa dari kamu menyukainya.
Film yang dibintangi Hugh Jackman ini menceritakan mengenai
kisah seorang pengusaha sirkus P.T. Barnum dengan koleksinya yang penuh dengan keanehan, seperti ada wanita yang berjenggot, orang yang sangat tinggi, besar dan kecil, ada yang bertato dan lain sebagainya.
Dalam film ini, ada satu lagu yang sangat populer yaitu This is Me. Ketika saya mendengar, saya
sangat menghargai lirik lagu yang menyimpan pesan-pesan yang menarik. Lagu ini ditulis sebagai tanggapan terhadap kebencian yang diterima oleh para anggota sirkus.
Tapi coba perhatikan lirik lagu yang saya ambil dari reff ini :
When the sharpest words wanna cut me down
I’m gonna send a flood, gonna drown them out
I am brave, I am bruised
I am who I’m meant to be, this is me
Look out ’cause here I come
And I’m marching on to the beat I drum
I’m not scared to be seen
I make no apologies, this is me
Lirik lagu ini lebih dari sekedar sikap yang menginspirasi dan benar melawan prasangka tertentu. Lagu ini adalah deklarasi bahwa tujuan hidup adalah menjadi
diri sendiri.
Terjemahannya lagu ini kurang lebih mengatakan bahwa kita
harus menerima siapa diri kita sendiri, dan melakukan apa yang diri kita sendiri anggap benar dan baik.
Seperti yang sering sekali kita dengar bahwa kita harus
menjadi diri kita sendiri, kita harus mengikuti hasrat kita, melihat ke dalam hati kita, agar kita menemukan jawaban atas apa yang kita cari. (Yang buruk adalah ketika kita nggak bisa menerima orang lain karena siapa mereka, maka kitapun dianggap sebagai pembenci.
Lirik lagu seperti itu begitu banyak dalam kehidupan kita.
Ide lagu seperti ini ada dimana-mana bahkan dalam setiap film hari-hari yang
beriorentasi pada anak. Misalnya lagu lainnya yang kebanyakan orang tua sudah tahu dengan baik, yaitu lagu Frozen.
The wind is howling like this swirling storm inside
Couldn’t keep it in, heaven knows I’ve tried
Don’t let them in, don’t let them see
Be the good girl you always have to be
Conceal, don’t feel, don’t let them know
Well, now they know
Let it go, let it go
Can’t hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn away and slam the door
I don’t care what they’re going to say
Let the storm rage on
The cold never bothered me anyway
Yap, sekali lagi, Frozen
adalah salah satu film favorit semua orang bahkan saya sendiri, dan saya sangat suka sekali dengan sentuhan akhir yang mengangkat cerita mengenai keluarga ini. Tapi, jangan terperdaya
oleh ilusi liriknya yang seakan berkata "terimalah dirimu sendiri agar kamu menemukan kebebasan dalam menjalani seluruh kehidupanmu."
Sekali lagi kita harus sadar bahwa ada dua sisi pesan yang terdapat dalam lagu -lagu tersebut, satu sisi yang melawan rasa malu, kebencian, dan diskriminasi. Namun sisi
kedua adalah bagaimana mereka menekankan bahwa menerima diri sendiri adalah
kunci untuk mengalami kebebasan, pada akhirnya hal ini mengarah pada egosentris atau sifat egosi.
Jangan sampai dimanipulasi oleh pesan dalam lagu-lagu itu, bahkan anak-anak
kita pun jangan. Kita seharusnya mengerti ini, bahwa kehidupan Kristen bukanlah
tentang menemukan kemudian menerima diri sendiri tetapi menyadari siapa kita dan kemudian mati untuk diri sendiri.
Siapa kita yang sesungguhnya adalah sesuatu yang sangat rusak
karena dosa. Kita nggak perlu menerima diri kita sendiri, tapi bertobat dari diri kita sendiri.
Setidaknya kita menemukan kebebasan dan penyembuhan bukan
dengan melihat ke dalam diri kita sendiri, tetapi dengan melihat keluar dari kita sendiri yaitu melihat kepada Yesus Kristus.
Jadi ya, terimalah siapa diri kamu, jika hari ini kamu merasa
sangat berdosa dan tak bisa menerima diri sendiri, maka ingat satu hal bahwa "orang berdosa membutuhkan Juruselamat."
So, datanglah kepada Yesus Kristus, terimalah karunia yang
hanya daripadaNya, yang benar-benar kita butuhkan. Karena hanya ini yang membuat hubungan kita dengan Allah bisa dipulihkan sehingga kita bisa masuk ke
dalam sesuatu yang jauh lebih bermakna dan memuaskan dan nggak sekedar menerima siapa kita saja.
So, saya pikir kita perlu memilih dan memperhatikan film-film yang kita tonton dan lagu yang kita dengarkan.
Jika itu tidak membangun dan setiap lirik lagu maupun adegannya tidak membangun, bertobatlah dan jangan ulangi lagi.
Saya juga menonton film, tetapi sadar betapa perlu bagi saya untuk mencari tahu tentang film tersebut sebelum menontonnya.
Saya menemukan beberapa film yang membawa nama Yesus sembarangan, misalnya "Jesus Christ" sebagai pengganti
kata "astaga," dalam hal ini, saya akan berhenti menonton dan memilih
keluar bioskop. Saya sedang memulai dan ayo kita mulai bersama. Menghargai Kristus dan memastikan kita bertumbuh dan tak terpengaruh dari sebuah film.
Orangtua juga pastikan anak-anak menonton film yang membangun dan memiliki nilai-nilai yang bagus ya!
1 Korintus 6:12: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.”
Sumber : crosswalk | jawaban