Nilai tukar rupiah (kurs) pada
dollar Amerika Serikat kian merosot. Hingga Selasa malam kemarin, nilai rupiah
menembus angka Rp. 15.029 per dollar. Nilai ini mencapai level terendah sejak
krisis 1998. Hingga artikel ini di tulis, kurs rupiah masih dinyatakan lemah hingga Rp. 14.973.
Tentu saja sebagai warga negara,
hal ini memicu kekhawatiran kita semua. Biar nggak panik, berikut adalah 4 hal yang bisa kita lakukan saat ada di kondisi sekarang ini.
1. Tekan impor, tingkatkan ekspor
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla
sendiri minta masyakrat untuk membantu pemerintah dengan mengurangi impor untuk mengatasi lemahnya kurs rupiah terhadap dollar ini.
"Mungkin jumlahnya tidak
besar tetapi perlu untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa suasana ini,
suasana berhemat," ungkapnya di Kantor Wakil Presiden, Selasa kemarin, seperti yang dikutip dalam Tribunnews.
Pemerintah sendiri kini sedang
berupaya untuk meningkatkan ekspor sumber daya dan sedang mencoba untuk
menurunkan impor yang tidak perlu. Penting nih buat kita yang cenderung konsumtif,
apalagi dengan adanya fasilitas online yang memudahkan kita, mulai sekarang kita perlu mengerem kebiasaan ini.
Kemudian, buat kita yang terjun dalam usaha
kecil dan menengah, memanfaatkan momentum ini untuk mendorong kegiatan ekspor.
Sebab nilai tukar dollar terhadap rupiah yang kian naik dapat meningkatkan daya jual.
2. UMKM: Turunkan biaya produksi, bukan menaikkan biaya produk
Dampak yang paling mungkin terjadi saat nilai
dollar meroket adalah naiknya harga pasaran dan kebutuhan sampai ke UMKM. Buat
kita yang memanfaatkan bahan baku impor, ada baiknya untuk tidak mengatrol harga jual agar bisa menutup tingginya biaya produksi.
Sebab kalau hal ini tetap dilakukan, kenaikan
harga yang tidak terkendali bisa berujung pada tingginya inflasi. Tentu saja
hal ini membuat keadaan ekonomi di Indonesia ini makin tidak stabil. Untuk itu,
kita perlu mencari alternatif lain sebelum memutuskan untuk mengambil langkah
menaikkan harga produk. Misalnya, dengan menekan biaya produksi, mengurangi porsi, atau mencari opsi bahan baku lainnya.
3. Tanpa panik, tetap lakukan transaksi dalam negeri dengan normal
Sebagai konsumen, kita tetap bisa berkontribusi
untuk menjaga stabilnya kondisi ekonomi di negara kita ini. Pola transaksi dan
konsumsi di masyarakat juga turun serta mempengaruhi inflasi. Meskipun ada
kemungkinan kebutuhan pokok akan ikut naik karena lemahnya kurs rupiah, tapi selama daya beli masyarakat stabil dan baik, kondisi ini masih bisa diatasi.
Seharusnya, kondisi ini tidak kemudian membuat
kita panik apalagi takut dalam menanggapinya. Ketahanan ekonomi di Indonesia yang
dinilai cukup baik bisa dilihat dari daya beli masyarakatnya. Pemerintah saat
ini sedang berupaya untuk memastikan kepada masyarakat bahwa kondisi ini hanya bersifat temporer.
4. Naikkan minat investasi
Investasi jadi salah satu cara terbaik untuk
menjaga keuangan dari beragam dampak negatif, termasuk lemahnya nilai rupiah. Perihal
produk investasi yang sesuai, kita bisa memilih emas, reksadana, saham, surat
utang, atau juga properti. Apalagi pemerintah baru saja meluncurkan produk
saving bond ritel (SBR) seri 004.
Ingat deh, untuk bisa berkontribusi untuk
negara nggak perlu lewat hal-hal yang besar. Dengan mencintai produk lokal pun
sama artinya kita telah berupaya untuk membuat nilai rupiah menguat. Daripada
sibuk menyebarkan berita ini dan membuat banyak orang panik, yuk tanyakan pada
diri kita apa nih yang sudah kita lakukan untuk membantu negara?