Setelah terungkapnya
kasus pelecehan seksual di Gereja Katolik Roma di Pennsylvania, kini negara bagian
Missouri meluncurkan penyelidikan untuk kasus yang sama pada gereja Katolik keuskupan di St Louis. Hal ini diungkapkan oleh jaksa agung
negara bagian Missouri, Josh Hawley, pada Kamis (23/8/2018).
Menurut Hawley, Uskup
Agung St Louis telah menyatakan bersedia untuk membantu dan bekerja sama untuk
proses penyelidikan tersebut.
“Mereka berkata
bersedia bekerja sama sepenuhnya dan saya percaya diri mereka akan
melakukannya,” demikian pernyataan Hawley yang dikutip oleh Theguardian.com.
Hawley menyatakan bahwa pihaknya akan mengumpulkan bukti dari gereja, dan juga dari para korban, keluarga mereka dan orang-orang yang tidak terkait dengan keuskupan. Penyelidikan akan dipimpin oleh Christine Krug, kepala divisi keamanan kejaksaan dan jaksa penuntut yang telah lama fokus pada kejahatan seksual.
(Jaksa agung negara bagian Missouri, Josh Hawley ; Sumber gambar : Kansascity.com)
Sebuah organisasi advokasi yang berbasis di St Louis mengklaim setidaknya ada 170 imam Katolik di Missouri yang terbukti, mengaku atau dituduh secara kredibel melakukan kekerasan seksual. Walau beberapa sudah dibawa ke meja hijau namun menurut advokasi ini pejabat gereja terus menutupi tuduhan itu selama bertahun-tahun.
Baca juga :
6 Keuskupan Katolik di Pennsylvania Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual Ribuan Anak-anak
PM Turnbull Minta Paus Copot Uskup Agung Australia Ini Karena Menutupi Kasus Pedofil
Kasus pelecehan oleh
para imam di gereja Katolik bukanlah hal baru, namun yang terjadi di
Pennsylvania sangat mengejutkan publik, karena 300 lebih imam dan pemuka
katolik disebut sebagai pelaku pelecehan dan yang bertanggung jawab menutupi
tindakan kriminal tersebut. Kejahatan yang terjadi sekitar 70 tahun tersebut
memakan korban 1000 an orang.
Hal serupa juga
terjadi Eropa, Australia dan Chili yang membuat banyak pihak mempertanyakan
otoritas moral para pemimpin di gereja Katolik yang memiliki jemaat lebih dari
1,2 miliar orang di seluruh dunia tersebut.
Kejahatan bisa terjadi
di mana saja, dan kapan saja, bahkan di tempat yang seharusnya disebut kudus
seperti rumah ibadah. Pelakunya pun dapat siapa saja, bahkan mereka yang
disebut rohaniawan justru rawan menjadi predator anak karena posisinya yang
dipercaya sebagai penyambung suara Tuhan, sehingga suara para korban seringkali
diabaikan. Untuk itu, keluarga dan warga jemaat harus lebih peka dan peduli
terhadap perlindungan anak, karena merekalah yang akan menjadi penentu seperti
apa nasib gereja dan bangsa ke depannya.