Saat saya mengantarkan teman
untuk menjalani sebuah operasi, dokter menyarankannya untuk diberi anestesi
lokal. Di kutip dari Wikipedia, anestesi atau pembiusan berasal dari bahasa
Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesth?tos, "persepsi, kemampuan
untuk merasa", secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
Anestetik pertama yang dipakai
dengan aman adalah gas yang disebut ether. Di tahun 1842 seorang dokter dari
Georgia menggunakan ether untuk membuat pasiennya tidur selama pembedahan
berlangsung di ruang operasi. Tiga tahun kemudian dokter tersebut juga
menggunakan ether untuk proses persalinan.
Sebelum tahun 1844, gas eter
maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta mabuk-mabukan. Mereka
menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas
ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.
Saat ia gencar memakai ether,
muncullah pengakuan bahwa yang menemukan ether adalah William Morton. Akan
tetapi ketika pemerintah hendak memberi penghargaan kepadanya atas jasanya itu,
banyak orang mengatakan bahwa bukan dia tapi Charles Jacksonlah penemunya.
Pada saat itu, seorang dokter
bernama Oliver Wendell Holmes Sr. menyarankan kedua nama itu harus dicantumkan
dalam penghargaan tadi. Karena tindakannya itu, di kemudian hari nama Oliver
Wendell Holmes Sr justru lebih terkenal ketimbang dua ilmuwan tersebut.
Bahan perenungan:
Setelah menyelidiki mengenai
sejarah obat bius, saya jadi merenungkan mengenai sikap yang adil. Lewat cerita
ini saya jadi tahu kalau ternyata sikap adil sama pentingnya dengan sikap –
sikap benar lainnya seperti jujur, bijaksana, rajin, dan seterusnya.
Sikap yang adil itu pun memberi
keuntungan bagi si pelaku. Dalam keseharian kita, sudahkan kita bersikap adil
terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita? Mungkin kita menjawab, ‘sudah,
dong’. Tapi kenyataannya sering kali tidaklah seperti itu.
Bukankah kadang kita suka
membeda-bedakan orang? Kalau mereka kaya, pintar, cantik, tampan, kita mau
berlama- lama mengobrol dengannya. Kita tidak keberatan kalau ditanya ini itu
sama mereka. Kita tidak marah waktu orang – orang tersebut berbuat salah.
Namun tidak demikian saat kita
berhadapan dengan orang yang biasa-biasa saja, dengan mereka yang keadaan
ekonominya biasa bahkan cenderung kurang, kita malah ‘males’ kalau harus
berurusan dengan mereka. Meskipun kita anggap hal ini kecil, tapi sering kita
lakukan bukankah itu membuktikan jika kita tidak adil dalam memperlakukan
orang?
Amsal 21:3, “Melakukan kebenaran
dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.” Bangsa Indonesia yang hari
ini sedang merayakan kemerdekaannya juga mati-matian untuk bersikap adil pada
masyarakat. Itulah sebabnya kita puny hak dan kewajiban sebagai warna Negara.
Selain itu, Tuhan juga mau kita
bersikap adil dengan sesama. Firman-Nya bilang kalau Tuhan lebih senang dengan
sebuah keadlian daripada korban atau persembahan sekalipun itu mungkin
jumlahnya banyak. Oleh sebab itu, yuk belajar melakukan hal- hal yang adil.
Dari yang sederhana dulu, lama – lama kita akan biasa melakukannya.