Kapan Sih Orang Pecaya Bisa Bercerai? Yuk Belajar Dari 3 Cerita Pernikahan Ini
Sumber: https://www.thenational.ae/image/policy:

Marriage / 10 August 2018

Kalangan Sendiri

Kapan Sih Orang Pecaya Bisa Bercerai? Yuk Belajar Dari 3 Cerita Pernikahan Ini

Inta Official Writer
2475

Sejak tahun 2009 hingga 2016, kenaikan angka perceraian meningkat 16-20 persen, tahun 2015, ada 40 sidang perceraian yang terjadi dalam satu jam. Jakarta Insight menuliskan kalau angka perceraian meningkat akibat dari perubahan gaya hidup setiap tahunnya.

Soal perceraian, yuk kita simak 3 cerita ini.

1.  Annie

Suatu siang yang cukup terik, Annie datang dengan muka murah. Baru saja kami berjabat tangan, tiba-tiba Annie langsung nyeletuk, "Aku udah nggak kuat lagi sama pernikahanku, mbak." Saat ditanya mengapa, Annie langsung menguraikan rentetan keburukan suaminya. Mulai dari kebiasaannya menonton video porno sampai sikapnya yang kasar.

2.  Monica

Salah seorang teman, Monica sering sekali menelepon perihal kehidupan rumah tangganya. Ia merasa selalu salah apapun yang dikerjakannya. Tidak ada satupun usahanya yang menyenangkan suaminya. Apalagi, Monica ini sangat terobsesi dengan 'contoh suami terbaik versi Tuhan' yang sering diumbar-umbarkan oleh seorang pendeta di gerejanya.

3.  Mary

Mary justru diselimuti perasaan bersalah mengenai masa lalunya. Setelah memutuskan untuk menerima Yesus dalam kehidupannya, ia mulai menyadari kalau keputusannya untuk bercerai adalah tindakan yang sangat salah dan tidak bisa diterima oleh Tuhan.

Ia berusaha untuk memperbaiki keadaannya, tapi tidak bisa. Terutama karena mantan suaminya ini sekarang telah memiliki seorang istri baru. Meskipun berulang kali kita menjelaskan kalau Tuhan itu maha kasih, Mary tetap tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Saat kita dihadapkan pada keadaan pernikahan, kita menyadari kalau pernikahan itu bukanlah perkara yang mudah. Bahkan tiga teman kita di atas membuktikan kalau hubungan pernikahan bisa saja mengalami kegagalan.

Lalu, apakah Alkitab memperbolehkan perceraian?

Kita harus menyadari kalau pernikahan adalah komitmen jangka panjang. Matius 19:6 menjelaskan kalau pernikahan menjadikan kita satu tubuh dengan pasangan. Ayat tersebut juga menjelaskan kalau perjanjian yang dibuat dihadapan Allah tidak bisa dipatahkan oleh manusia.

Secara eksplisit, Andreas J. Köstenberger merangkum bahwa Alkitab hanya memperbolehkan perceraian dengan dua alasan. Pertama, karena perzinahan Matius 19:9) dan kedua, Paulus menambahkan soal perceraian antara pasangan yang tidak seiman (1 Korintus 7).

Bagaimana kalau pasangan melakukan kekerasan secara berulang? Dr. Craig Keener sebagai seorang profesor di bidang teologia menjelaskan kalau ada suami yang melakukan kekerasan pada istrinya, maka hal ini adalah sebuah pelanggaran dari 'kesatuan daging'. Saat suami melakukan tindakan kekerasan pada istrinya, sama saja ia sedang menyakiti dirinya sendiri. Inilah sebabnya suami ini membutuhkan bantuan dan bimbingan dari konselor gereja atau psikiater.

Ketika kita sudah terlanjur bercerai, 1 Yohanes 1:9 mengingatkan kita untuk mengakui dosa kita, sebab Tuhan adalah setia dan adil, Tuhan akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kesalahan.

Sebuah pertobatan tidak selalu berarti kita mendapatkan kesempatan kedua. Salah satu contohnya adalah saat kita bercerai dan mantan pasangan sudah menikah dengan orang lain. Sikap terbaik kita adlaah untuk mengakui dan melakukan segala yang yang dianggap mungkin untuk memperbaiki keadaan dengan orang lain yang terlibat, termasuk mantan pasangan, anak-anak, atau siapapun yang terkena dampaknya.

 

 

 

Sumber : christianitytoday
Halaman :
1

Ikuti Kami